Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Cukup Bukti



Tidak Cukup Bukti

0"Natali memberi mereka uang sebesar 100 juta rupiah untuk membuatmu keguguran di saat pemeriksaan," Aiden memeluk tubuh istrinya erat-erat sambil berusaha untuk menenangkan emosinya.     

Anya bisa merasakan kepalanya berdengung.     

Membuatnya keguguran?     

"Bagaimana kamu bisa tahu rencana Natali?" tanya Anya. Aiden tidak menjawabnya, membuat Anya semakin kebingungan.     

Tiba-tiba saja, Anya teringat di hari pertunangan Nico, Aiden sengaja memberitahu Bima dan Maria bahwa mereka akan menemui Dokter Norah di hari senin.     

"Aiden, kamu menggunakanku sebagai umpan? Kamu sengaja memberitahukan tanggal pemeriksaan kita, menunggu orang-orang itu untuk mencelakaiku. Kalau kamu datang terlambat hari ini, kita akan kehilangan bayi kita. Bagaimana bisa kamu menggunakan aku dan bayi kita seperti ini?" Anya berteriak ke arah Aiden dengan histeris.     

Aiden tidak menyangka Anya akan semarah ini. Ia memeluk tubuh Anya dan berusaha untuk menenangkannya. "Aku tidak akan pernah membahayakanmu. Aku tidak pernah pergi. Aku mengikutimu hingga ke rumah sakit. Aku bisa melihat situasimu dengan jelas dari rekaman CCTV. Kamu baik-baik saja dan aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu."     

"Aiden, kamu bukan Tuhan. Kamu adalah manusia, sama sepertiku. Bagaimana bisa kamu menggunakan aku dan bayi kita sebagai umpan untuk menangkap Natali? Kamu terlalu sombong. Kamu sama sekali tidak mencintaiku dan bayi kita," Anya memukul dada Aiden dengan keras sambil menangis.     

"Anya, aku tidak memberitahumu karena takut kamu merasa gugup. Natali terus menerus berniat untuk melukaimu sehingga kita tidak bisa hidup dengan tenang. Sekarang semuanya baik-baik saja. Kamu dan bayi kita akan selalu aman," Aiden menenangkannya.     

"Aman? Kamu sengaja memberitahukan tanggal pemeriksaan dan dokterku di depan semua orang. Di meja itu, selain Keara, siapa lagi yang berniat untuk mencelakaiku? Apa gunanya kamu menangkap Natali? Kalau kamu bisa, cepat urus Keara juga!" teriak Anya.     

Melihat pertengkaran mereka berdua, Diana bisa menebak apa yang terjadi.     

Ia langsung menghampiri putrinya dan berusaha untuk menenangkannya. "Anya, jangan emosi. Itu tidak baik untuk janin di dalam kandunganmu. Ayo kita pulang dan bicarakan baik-baik," Diana menepuk punggung Anya dengan lembut.     

Dengan air mata yang masih mengalir di wajahnya, Anya berkata pada Aiden. "Aku sangat kecewa padamu. Aku tidak ingin bicara denganmu."     

Wajah Hana yang sedang berdiri di ambang pintu terlihat sangat sedih. Ia tidak menyangka akan jadi seperti ini!     

Tentu saja ibu mana pun akan marah kalau diperlakukan seperti ini!     

Meski Anya baru pertama kali mengandung, insting keibuannya untuk melindungi anaknya sudah tumbuh di dalam hatinya.     

Anya merasa sangat marah karena Aiden menggunakan dirinya dan calon anak mereka sebagai umpan untuk memancing orang jahat.     

"Anya, aku tahu kamu tidak akan mau mendengarkan apa pun yang kukatakan saat ini. Kita akan membicarakannya setelah kamu tenang." Aiden tidak menjelaskan lebih lanjut. Saat ini pikiran dan perasaan Anya sedang kacau balau. Tidak ada gunanya ia berusaha menjelaskan.     

Kemudian ia menoleh pada Hana dan berkata, "Bu Hana, tolong antar Anya dan ibu pulang untuk beristirahat."     

Aiden yakin setelah tenang, Anya akan mengerti mengapa ia melakukan semua ini.     

Aiden begitu peduli dan cinta setengah mati pada Anya dan bayi di dalam kandungannya. Bagaimana mungkin ia membiarkan sesuatu terjadi pada Anya dan bayinya?     

Natali baru saja mengancam Anya pada saat pesta pertunangan Nico. Setelah hari itu, setiap malam Anya tidak bisa tidur dengan tenang dan bahkan sering bermimpi buruk.     

Hal pertama yang Anya lakukan saat bangun adalah menyentuh perutnya, memastikan bahwa anak mereka baik-baik saja.     

Aiden memang sengaja memberitahu tanggal pemeriksaan mereka untuk mengetahui siapa yang berniat mencelakai Anya.     

Memang benar, Keara tidak bisa tinggal diam. Walaupun ia tidak melakukannya secara langsung, ia memberitahukan berita itu pada Natali.     

Dengan dukungan Keluarga Mahendra, Natali begitu yakin tidak akan ada yang terjadi padanya dan mengambil resiko untuk mencelakai janin di perut Anya.     

Aiden menggunakan kesempatan ini untuk mencari tahu dan menangkap orang-orang yang ingin mencelakai keluarga kecilnya, tetapi perbuatannya itu malah menghancurkan hati Anya.     

Melihat Anya pergi dari rumah sakit dengan sedih, Aiden hanya bisa mengepalkan tinjunya dengan erat. Wajahnya terlihat seperti ingin membunuh seseorang.     

…     

Natali sedang berbelanja bersama dengan Irena ketika tiba-tiba saja polisi menangkapnya.     

"Apakah benar Anda adalah Natali Tedjasukmana? Anda dicurigai ingin melakukan pembunuhan berencana. Tolong ikut dengan kami," polisi itu langsung menjelaskan mengapa ia menangkap Natali.     

"Natali, apa yang sudah kamu lakukan? Katakan padaku, mereka salah kan? Kamu tidak melakukan apa pun kan?" karena perintah dari suaminya, Irena benar-benar menjaga dan mengawasi Natali dengan baik. Ia tidak membiarkan Natali menimbulkan masalah.     

"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku dituduh. Selama ini aku tidak pergi ke mana pun dan tidak melakukan apa pun," Natali menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan panik.     

"Tenanglah dan ikuti polisi ini. Ibu akan menyelamatkanmu," kata Irena dengan sama paniknya.     

"Ibu, aku selalu bersama denganmu akhir-akhir ini. Kamu selalu mengawasiku. Aku tidak melakukan apa pun! Pak polisi, kalian pasti salah!" kata Natali.     

"Apakah Anda mengenal Anya Tedjasukmana? Ia baru saja bertemu dengan Dokter Norah spesialis obstetri dan ginekologi. Menurut suster rumah sakit bernama Dina, Anda menyuruhnya untuk membawa Nona Anya ke ruang ultrasound nomor 6. Dokter yang berjaga di ruang nomor 6 itu mengatakan bahwa Anda menjanjikan uang sebesar 100 juta rupiah untuk menggugurkan kandungan Nona Anya selama pemeriksaan," kata polisi tersebut.     

"Aku tidak mengenal siapa itu Dina atau dokter mana pun. Meski hubunganku dengan kakakku tidak terlalu baik, aku tidak akan pernah melakukan hal yang sekejam itu. Bagaimana keadaan kakak saya sekarang, Pak polisi?" Natali berpura-pura khawatir terhadap kondisi Anya.     

Kedua polisi itu saling bertatapan satu sama lain dan kemudian menjawab. "Nona Anya baik-baik saja. Dina sudah mengaku bahwa Anda yang memerintahkannya untuk mencelakai Nona Anya …"     

"Aku dijebak. Aku tidak mengenal Dina yang kalian ceritakan. Bagaimana mungkin aku bisa menyuruhnya melakukan itu?" Natali menangis.     

"Tolong serahkan ponsel Anda."     

Natali langsung memberikan ponselnya dan berkata dengan marah. "Aku adalah menantu Keluarga Mahendra. Kalian tidak punya bukti apa pun untuk menangkapku. Kalian tidak bisa mendengarkan pernyataan dari satu pihak saja untuk menangkapku."     

Tentu saja polisi itu juga tahu bahwa mereka tidak bisa menangkap orang sembarangan. Menurut prosedur, ketika Dina menyebut nama Natali, mereka hanya bisa meminta kerja sama dari Natali untuk membantu penyelidikan mereka.     

Kedua polisi itu langsung menelusuri isi ponsel Natali, tetapi tidak menemukan apa pun yang berguna.     

"Apakah Anda memiliki ponsel lain?" tanya polisi tersebut.     

"Tidak," Natali menggelengkan kepalanya.     

Polisi itu merasa tidak berdaya. Dina mengatakan bahwa perjanjian mereka dilakukan melalui chatting, tetapi tidak ada bukti apa pun di ponsel Natali.     

Itu artinya, mereka tidak punya cukup bukti yang kuat. Dan penyelidikan mereka harus terhenti di tengah jalan, kecuali kalau mereka bisa menemukan ponsel cadangan Natali.     

"Nona Natali, tolong ikut dengan kami untuk membantu penyelidikan kami. Kami juga akan menggeledah rumah Anda," dalam menjalankan pekerjaannya para polisi itu tidak menggunakan perasaan dan bertindak dengan sangat tegas.     

"Ibu, tolong hubungi Raka dan minta dia untuk menolongku. Aku benar-benar tidak melakukan apa pun," Natali merasa sangat cemas dan berharap Keluarga Mahendra bisa menghentikan penggeledahan ini.     

Natali duduk di dalam mobil polisi dengan hati yang cemas.     

Di hari pertunangan Nico, Keara memberitahunya jadwal pemeriksaan Anya. Selain itu, Keara juga memberitahu hal lain. Hal lain yang membuatnya berani mengambil resiko untuk mencelakai Anya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.