Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjijikkan



Menjijikkan

0Anya melihat wajah panik Natali dan hanya membalasnya dengan tatapan dingin. "Aku mengusirmu dari rumah karena kamu tidak pantas tinggal di rumah ibuku. Ibuku bahkan tidak punya uang untuk berobat, tetapi kamu malah menempati rumah miliknya. Mengapa kamu melakukan semua ini kepada kami?"     

"Kamu sudah membunuh adikku dan membuat ibuku menderita karena tidak bisa mengandung lagi. Rumah itu adalah ganti rugi atas kematian adikku untuk ibuku. Apa hakmu mengusir kami dari rumah itu?" teriak Natali.     

Kemarahan di hati Anya seolah sudah tidak bisa dipadamkan lagi. Kata-kata Natali sama seperti minyak yang semakin mengobarkan api kebencian di hati Anya. "Apa yang terjadi saat itu adalah kesalahan ibumu sendiri. Sebagai seorang wanita yang mengandung, ia sengaja memperlakukan anak tirinya dengan kejam. Ia sendiri yang terpeleset dan terjadi, mengapa semua itu jadi kesalahanku? Kalau aku tidak berusaha untuk membela diri, tidak berusaha untuk bertahan hidup, mungkin sepuluh tahun yang lalu aku lah yang akan mati. Aku tidak salah. Mengapa aku harus memberikan rumah itu sebagai ganti rugi kepada kalian?"     

Ketika mendengar kata-kata Anya, Aiden merasa bangga padanya. Istri kecilnya perlahan tumbuh menjadi wanita dewasa. Sekarang, ia berani membela dirinya dan melawan orang-orang yang berbuat kejam kepadanya.     

Akhirnya, Anya tahu bagaimana harus memperlakukan orang-orang yang tidak pantas seperti mereka ...     

Sebelumnya, Anya merasa takut Aiden akan memandangnya dengan cara yang berbeda dan menyalahkannya atas semua kejadian ini.     

Sepuluh tahun lalu, ia hanyalah anak-anak dan Mona memperlakukannya begitu kejam. Kalau ia tidak melawan dan melarikan diri, meski ia tidak mati, mungkin mentalnya sebagai anak-anak akan hancur.     

Bahkan selama ini Anya juga menyalahkan dirinya sendiri.     

Ia takut Aiden akan menganggapnya sebagai wanita jahat yang sengaja mencelakai ibu tirinya, menyebabkan ibu tirinya mengalami keguguran dan mandul.     

Namun, kalau hari itu ia tidak melawan, apakah Anya masih akan berdiri di sini sekarang?     

Apakah ia masih bisa hidup, bertemu dengan Aiden dan hidup bahagia seperti ini?     

Oleh karena itu, Anya menyadari bahwa semua ini bukan kesalahannya. Mona yang bersalah karena telah memukulinya dan Deny juga bersalah karena tidak melakukan apa pun untuknya.     

"Apa hakmu mengatakan bahwa kami kejam, padahal kamu sendiri tidak mau menyelamatkan ayahmu yang sedang sakit? Mengapa kamu selalu berpura-pura sebagai wanita baik di hadapan orang lain, padahal sebenarnya hatimu sangat busuk?" kata Natali.     

Anya tertawa mendengarnya. "Ia tidak layak disebut sebagai ayah, oleh karena itu aku tidak akan bersikap sebagai anak yang berbakti. Cintanya sebagai seorang ayah diberikan kepadamu dan kamu sendiri tidak mau memberikan ginjalmu padanya. Apakah kamu pantas disebut sebagai putrinya dan pantas mendapatkan cintanya?"     

"Kamu ..." Natali tidak tahu bagaimana harus membalas perkataan Anya. Memang benar ia tidak mau mendonorkan ginjalnya pada ayahnya sehingga ia terus mengulur waktu.     

Ia berharap ayahnya akan mendapatkan donor ginjal yang cocok di luar sana. Tidak peduli berapa pun biayanya, asalkan bukan ginjalnya yang harus diambil.     

"Sejak kecil hingga dewasa, kamu menikmati cinta dari kedua orang tuamu. Kamu hidup dimanja dan disayang. Apakah semua hal di dunia ini harus menjadi milikmu? Raka juga tidak mencintaimu karena kamu tidak pantas dicintai. Kamu pikir, selamanya semua orang akan percaya kepadamu? Berapa lama lagi kamu pikir mata Raka dan Raisa terbuka kalau kamu terus menggunakannya sebagai tumbalmu?"     

"Raisa pergi ke luar negeri karena perbuatanmu. Tetapi kamu terus mengulang perbuatan yang sama dan kali ini menggunakan Yura untuk menyerangku. Apakah kamu pikir aku tidak berani mengotori tanganku dan menghukummu?" Anya tidak bisa menahan kemarahannya lagi.     

Ia bangkit berdiri dari tempatnya dan hendak berjalan menghampiri Natali. Namun tangan Aiden memegangnya dan berusaha untuk menghentikannya. Dari uluran tangan tersebut, Aiden berharap bisa sedikit mengurangi rasa sakit hati Anya.     

Melihat wajah dingin Anya, Natali merasa semakin ketakutan. Ia melirik ke arah dua pria yang tergeletak di lantai dengan gugup.     

"Apa yang kamu inginkan? Kalau kamu berani melukaiku, ayah tidak akan memaafkanmu. Raka tidak akan mengampunimu. Jangan lupa, aku adalah menantu Keluarga Mahendra dan putri kesayangan Keluarga Tedjasukmana. Saat kamu menikah dengan Aiden, kamu tidak akan memiliki keluarga. Semua orang di keluarganya akan mempermalukanmu!" Natali melihat dua pria yang berada di lantai itu merangkak ke arahnya. Ia begitu takut hingga kursinya terjungkal ke belakang dan jatuh ke lantai.     

Tubuhnya masih terikat pada kursi tersebut sehingga ia tidak bisa melakukan apa pun. Ketika kursi itu terjatuh, roknya pun terbuka, menunjukkan pahanya yang putih.     

Dua pria yang merangkak ke arahnya langsung menyerbu ke arah Natali. Salah satu dari mereka berusaha untuk melepaskan talinya sementara yang lainnya menggerayangi kaki Natali.     

"Apa yang kalian lakukan? Pergi. Anya, cepat usir dua pria yang menjijikkan ini," teriak Natali.     

"Dua pria yang menjijikkan? Kamu merasa jijik pada mereka, tetapi kamu yang menyiapkan mereka untukku," Anya menatap dua pria itu, tetapi tidak berusaha untuk menghentikannya.     

Ia hanya menatap mereka dengan dingin. Meski ia berusaha untuk tetap tenang, bahunya tetap sedikit gemetar.     

Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya kalau Aiden tidak menyelamatkannya tepat waktu!     

"Tidak, jangan! Kakak, aku bersalah! Aku minta maaf. Ketika aku tahu Yura merasa kesal padamu dan ingin balas dendam, seharusnya aku memberitahumu. Aku benar-benar tidak melukaimu. Yura yang melakukan semuanya sendirian," Natali berusaha untuk menghindari kedua pria tersebut, tetapi ikatan di tubuhnya membuat ia tidak bisa melarikan diri.     

Anya terlihat sama sekali tidak peduli padanya. "Selama ini kamu selalu melemparkan tanggung jawabmu pada orang lain. Aku tidak bisa melakukan apa pun untukmu sekarang," Setelah itu, Anya berbalik dan pergi. Ia tidak mau berbicara lagi pada Natali.     

"Anya! Dasar berengsek! Tidakkk!" Natali melihat dua pria itu mulai merobek pakaiannya, sementara Anya membalikkan badan dan mengabaikannya.     

Anya menoleh dan menatap ke arah suaminya. "Aiden, serahkan dia kepada polisi saja. Hanya hukuman yang bisa menyadarkannya atas kesalahannya."     

"Ya! Serahkan saja aku kepada polisi. Aku akan mengakui kesalahanku!" harapan terpancar di mata Natali.     

"Ayo kita pergi," Aiden kembali menutup mata Anya dan membawanya pergi dari tempat tersebut.     

Sebelum pergi, ia memandang ke arah Harris. Harris langsung mengerti dan menyuruh semua pengawal Aiden untuk keluar dan menutup pintu ruangan tersebut.     

Anya mendengar teriakan Natali di belakangnya, diiringi dengan suara kain yang tersobek-sobek.     

Tangannya memegang lengan Aiden dengan lebih erat. "Aiden ..."     

"Memaafkan orang seperti Natali sama saja dengan melukai dirimu sendiri. Kalau kamu yang mengalami hal ini, apakah kamu pikir Natali akan membantumu? Ia mungkin malah akan mengadakan pesta, tidak peduli kamu akan mati atau tidak. Ia ingin menghancurkanmu," kata Aiden dengan dingin.     

Ia segera membawa Anya kembali ke mobil. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, semua suara yang terdengar di luar langsung menghilang.     

Anya tidak bisa mendengar teriakan Natali lagi dan ia tidak mau memikirkannya.     

Karena kebodohannya sendiri, Anya terus menempatkan dirinya di situasi yang membahayakan. Penderitaannya juga membuat orang-orang di sekitarnya terus mengkhawatirkannya, termasuk suaminya.     

Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi padanya, bagaimana perasaan Aiden?     

Bagaimana perasaan ibunya? Apakah ibunya masih bisa hidup dengan tenang?     

"Ayo pulang!" Anya tidak bertanya bagaimana Aiden akan mengyhukum Natali. Ia juga tidak berusaha membela Natali lagi.     

Mereka langsung pergi dari tempat tersebut.     

Pada saat itu, Natali sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawan dua pria tersebut. Ia hanya bisa berusaha menutupi tubuhnya.     

"Jangan sentuh aku. Aku bisa memberi kalian uang sebanyak yang kalian mau," Natali memohon, mencoba cara terakhirnya untuk menyadarkan dua pria tersebut.     

Tetapi sayangnya dua pria itu sudah dibutakan oleh gairah ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.