Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Liburan



Liburan

0"Bagaimana keadaannya?" tanya Raka dengan khawatir.     

"Sepertinya kondisinya baik-baik saja. Bibi bilang ia akan mengikuti kompetisi parfum dan harus bersiap-siap sehingga ia langsung kembali ke ruang kerjanya," kata Nico.     

"Anya memang sudah merencanakan masa depannya dengan baik. Akhirnya ia mau ikut kompetisi parfum. Aku yakin ia pasti akan menang," kata Raka dengan senyum tipis di wajahnya.     

Nico mengerutkan keningnya melihat reaksi sahabatnya. "Apakah kamu belum bisa melupakannya?"     

Raka tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia berpura-pura menyisir rambutnya seolah tidak mendengar pertanyaan Nico.     

Nico juga tidak berniat bertanya lagi karena diamnya Raka adalah jawaban untuknya. Ia segera naik ke lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.     

Raka duduk di meja makan dengan tenang. Ia membuka setiap bungkusan dan melihat semua makanan di atas meja.     

Apakah ini makanan yang sama dengan makanan Anya hari ini?     

Ia mencicipinya satu per satu dan pikirannya dipenuhi dengan Anya.     

Anya sudah pernah memperingatinya bahwa Natali tidak sepolos kelihatannya.     

Sebenarnya, Raka sudah tahu. Tetapi ia tidak punya pilihan lain.     

Ia tahu bahwa Natali yang memperalat adiknya. Tetapi ia memutuskan untuk menyembunyikan semua ini dari keluarganya dan menanggung semuanya sendirian.     

Ia tidak mau mengecewakan Raisa. Bagaimana pun juga, Raisa sangat mempercayai Natali dan menganggap Natali sahabat terbaiknya.     

Ia juga tidak ingin Aiden terus mencurigai hubungannya dengan Anya karena ia bisa melihat bahwa Anya benar-benar peduli pada Aiden.     

Selama Raisa tidak merasa sedih, selama Anya juga bahagia, Raka sudah cukup puas. Ditambah lagi, Keluarga Mahendra bisa mendapatkan tanah dari Deny. Tidak masalah ia berhubungan dengan Natali demi kebaikan semua orang.     

Semua orang bahagia, tetapi mengapa hatinya terasa kosong.     

Raka berusaha menyuapkan beberapa sendok makanan lagi, tetapi nafsu makannya tidak ada.     

Setelah mandi, Nico berganti pakaian dengan pakaian rumah yang santai dan turun ke lantai bawah. Rambutnya masih basah, meneteskan air. Sebuah handuk tersampir di lehernya saat ia menarik kursi di meja makan dan duduk di hadapan Raka.     

"Apakah makanannya tidak enak?" Nico melihat makanan di meja makan tidak banyak berkurang.     

Raka hanya menggelengkan kepalanya. "Kemarin malam aku terlalu banyak minum anggur. Perutku tidak enak."     

"Apakah kamu tidak berniat pulang hari ini?" Nico pikir setelah ia mandi, Raka pasti sudah pulang. Tetapi ternyata ia masih makan di bawah dengan santai, tidak terburu-buru untuk meninggalkan rumahnya.     

"Mengapa kamu mengusirku?" Raka terkekeh.     

"Aku tidak bisa menemanimu makan malam hari ini," Nico bangkit berdiri dan mengambil dua botol yogurt dari kulkas. Kemudian ia memberikan satu botol pada Raka. "Apa rencanamu?"     

"Aku berniat menginap di rumahmu selama beberapa hari. Aku tidak ingin pulang. Begitu aku tahu apa yang ingin aku lakukan, aku akan pulang," kata Raka dengan santai.     

Nico tidak memberitahu Raka, tetapi ia merasa bahwa Aiden akan melakukan sesuatu pada Natali.     

Walaupun Raka bertunangan dengan Natali dan menjadi bagian dari Keluarga Mahendra, sepertinya Raka masih tidak siap menjalankan masa depan dengan Natali.     

Hanya Nico yang tahu bahwa Raka tidak pernah menyentuh Natali sama sekali.     

"Raka, kamu tidak bersalah. Mengapa kamu harus berkorban seperti ini." Nico khawatir terhadap Raka. Kalau Aiden memenjarakan Natali, ia takut R     

Raka tidak mengerti apa maksud Nico. Ia pikir Nico sedang membicarakan mengenai pertunangannya.     

"Nico, situasiku dengan situasimu berbeda. Kamu dan Lisa bisa bekerja sama, merencanakan pertunangan dan perpisahan kalian. Tetapi Natali berbeda. Ia ingin menikah dan hidup bersama denganku. Kamu bisa membatalkan pertunangan dengan damai, tetapi aku mungkin akan menikah dan memiliki anak dengannya," seperti itu lah masa depan yang dibayangkan oleh Raka dan ia benar-benar enggan untuk menjalaninya.     

"Aku selalu mengeluh pada pamanku. Tetapi saat melihat situasimu, aku merasa lebih beruntung darimu," kata Nico sambil tersenyum. "Aku tahu tempat pelarian untuk sementara. Bagaimana kalau kamu menggantikanku untuk pergi?"     

"Mungkin aku memang butuh liburan. Begitu kembali, mungkin aku mendapatkan jawaban untuk hidupku," Raka membutuhkan waktu untuk memikirkan kembali hidupnya dan juga untuk menerima serta menghadapi kenyataan saat ini.     

Setidaknya, saat ini ia tidak mau bertemu dengan Natali untuk beberapa saat. Ia juga tidak ingin bertemu dengan keluarganya untuk sementara.     

Raka tahu bahwa Natali menjebaknya. Saat ia sedang dalam suasana hati yang buruk, ia mabuk dan pada akhirnya berada di tempat tidur bersama dengan Natali.     

Meski ia tidak melakukan apa pun, semua keluarganya beranggapan yang salah.     

Ia tahu bahwa ia benar-benar tidak menyentuh Natali. Tetapi mereka tertangkap basah di atas tempat tidur bersama dengan pakaian yang berantakan. Itu adalah kenyataan yang tidak bisa ia elak lagi.     

"Pergilah untuk menenangkan diri. Lebih baik tinggalkan ponselmu atau matikan saja agar tidak ada yang bisa mengganggumu. Kalau ada orang yang bertanya, aku akan bilang kamu menginap di rumahku," kata Nico sambil tersenyum.     

Raka baru mengingat mengenai ponselnya. Ia melihat layar dan menemukan ratusan panggilan tidak terjawab, termasuk dari perusahaan, klien, rumahnya dan juga Natali.     

Ia memutuskan untuk mematikan ponselnya agar tidak ada yang bisa menghubunginya.     

Di malam hari, Raka memutuskan untuk menuruti saran Nico dan pergi ke pemandian air panas.     

Kalau bukan karena kecelakaan yang menimpa Anya, Nico pasti sudah menghabiskan akhir pekan bersama dengan Anya dan Aiden di tempat pemandian air panas.     

Tetapi kecelakaan ini membuat Nico tidak bisa berangkat sehingga ia menawarkannya pada Raka.     

…     

Ketika kembali ke rumah, Aiden melihat Nico sedang duduk di sofa sambil makan buah, sementara istrinya sedang memegang gunting, membersihkan duri-duri dari bunga mawar dan membuat sebuah buket.     

Aiden langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menjebak Nico. Karena ia begitu mencintai Anya, ia akan membantu Anya untuk menjual bunganya. "Nico, apakah kamu semiskin itu sehingga tidak bisa membeli bunga?"     

"Bunga ini sempat dipindahkan ke tempat yang baru. Tetapi sepertinya bunga ini tidak bisa mekar lagi karena terlalu lemah. Akhirnya ibu memotongnya untuk menjualnya," Anya menggabungkan bunga mawar dan bunga lili putih. Buket yang ia buat sangat elegan dengan warna yang terang.     

Nico menatap buket bunga yang dipegang oleh Anya dan berkata dengan manis, "Bibi memang tukang bunga terbaik, memberiku bunga terbaik dengan harga yang murah. Tidak seperti seseorang yang hanya bisa menjebakku."     

Aiden terlalu malas untuk membalas Nico dan berkata dengan suara dingin, "Kalau sudah membawa bunga itu, pergilah dari rumah ini!"     

Nico bangkit berdiri dari sofa dan berjalan menuju ke pintu sambil membawa buket bunga di tangannya. Sebelum keluar, ia bertanya. "Paman, apakah kita masih akan pergi ke tempat pemandian air panas?"     

"Besok pagi Anya mau pergi ke kebun apelnya dulu dan malamnya kita bisa mengadakan barbekyu," kata Aiden dengan santai.     

"Aku akan tanyakan pada Lisa. Kalau Lisa tidak mau pergi, aku akan mengajak Tara," kata Nico dengan semangat.     

Ia pikir, liburannya akan batal. Tetapi sepertinya mereka tetap akan bersenang-senang!     

"Apakah kamu berharap Lisa tidak mau ikut?" canda Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.