Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Seribu Satu Cara



Seribu Satu Cara

0Atas suruhan Tara, Aiden menggendong Anya dan membawanya ke sofa besar di kamar tersebut.     

Matanya terpaku pada wajah istrinya, memperhatikan setiap ekspresi di wajahnya. "Apakah ada yang tidak nyaman? Apakah kamu mau ke rumah sakit?" tanyanya dengan lembut.     

"Tidak usah. Ada Tara di sini. Katanya aku akan kembali pulih setelah beristirahat," jawab Anya sambil menguburkan kepalanya ke pelukan Aiden.     

Tara tertawa dan bercanda, "Aku jauh lebih bisa diandalkan dibandingkan dokter lain. Percayalah padaku."     

"Maaf aku harus merepotkanmu. Pesta di bawah masih belum selesai. Tolong temani Anya sebentar," Aiden jarang berbicara dengan sopan dan lembut. Tetapi hari ini ia sampai meminta maaf dan meminta tolong pada Tara untuk Anya.     

Tara tidak bisa mempercayai telinganya. Ia merasa cukup tersentuh.     

Aiden meminta maaf karena merepotkannya dan meminta bantuannya untuk menemani Anya.     

Meski tidak disuruh sekali pun sebenarnya Tara juga bersedia untuk menemani Anya karena Anya adalah teman baiknya.     

Tetapi hari ini ia melihat sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Aiden bersikap sopan!     

Apakah matahari terbit dari barat hari ini?     

"Tidak usah sungkan. Kamu tahu sendiri aku pecinta uang. Aku tidak takut bekerja keras," canda Tara untuk mencairkan suasana.     

"Para pengawal akan berjaga di depan kamar," Aiden membelai wajah Anya dengan lembut. "Aku akan berpamitan sebentar dan segera kembali. Tunggu aku."     

"Pergilah. Aku baik-baik saja," Anya tersenyum tipis.     

Setelah Aiden pergi, Tara langsung menelepon hotel dan memesan banyak makanan.     

Toh, kamar ini kan milik Aiden. Aiden akan membayar semua makanannya dan tidak akan membiarkan penyelamat istrinya kelaparan.     

Setelah memesan makanan, Tara duduk di samping Anya.     

"Suamimu tidak pernah kekurangan uang kan? Aku lapar," kata Tara sambil tersenyum.     

Ia meminta ijin setelah memesan. Bukankah itu terbalik?     

Tetapi Anya hanya tertawa. "Pesan saja. Aiden tidak akan keberatan. Lagi pula aku juga belum makan." Setelah itu, Anya menundukkan kepalanya dan melihat baju yang ia kenakan. "Apakah kamu yang membantu mengganti pakaianku?"     

Tara mengangguk. "Jangan komentari pilihan bajuku. Aku langsung datang dari klinik dan hanya ada baju ini. Aku tidak sempat pulang untuk mengambil baju lainnya," kata Tara dengan sembarangan.     

Anya tertawa mendengarnya. "Aku tidak berniat mengomentarinya. Baju ini lucu …"     

"Tetapi kamu adalah Nyonya Atmajaya dan statusmu berbeda. Mana ada baju seperti ini di rumahmu. Siapa yang mencelakaimu kali ini?" tanya Tara.     

"Yura. Aku rasa, Natali yang berada di belakangnya," kata Anya.     

"Natali benar-benar bencana. Di hari pertunangannya pun ia masih bisa membuat masalah. Apakah kebahagiaan di hari ini saja tidak cukup untuknya?" kata Tara. Kemudian, ia menyadari sesuatu dengan mata terbelalak. "Suamimu turun ke pesta mereka. Apakah ia akan mengacaukan acaranya?"     

Anya langsung ikut terkejut. Ia baru kepikiran masalah ini.     

Pesta pertunangan Natali di bawah masih berlangsung!     

"Kalau semua ini memang ulah Natali, mengenal sifat Aiden, aku rasa ia akan langsung menghancurkan pesta pertunangan Natali dan Raka. Dan mempermalukan Natali di hadapan semua orang!" kata Tara.     

"Aku akan meneleponnya," kata Anya dengan panik. Walaupun Natali memang menjijikkan, Raka tidak memiliki salah apa pun.     

Menghancurkan pesta pertunangan ini bukan hanya mempermalukan Natali saja, tetapi juga seluruh Keluarga Mahendra.     

"Tenanglah! Kalau kamu menelepon Aiden sekarang dan memintanya untuk tidak melakukan apa pun pada Natali, Aiden malah akan marah padamu. Biarkan saja kalau suamimu ingin menghancurkan semuanya. Toh, Natali yang berbuat ulah," kata Tara dengan tidak peduli.     

"Tetapi aku tidak enak dengan Keluarga Mahendra. Nico baru saja mendapatkan kerja sama dengan Raka. Natali yang bersalah atas semua ini, bukan Keluarga Mahendra. Hari ini, banyak tamu penting yang hadir di pesta pertunangan mereka …" kata Anya dengan cemas.     

Tara tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Satu hal yang ia tahu bahwa Aiden adalah orang yang sulit untuk dibujuk.     

Sekali ia memutuskan sesuatu, ia pasti akan melakukannya.     

"Bagaimana kalau menelepon Nico?" Tara segera menelepon Nico.     

Nico tidak tahu mengapa Tara meneleponnya. Ia kira Tara meneleponnya untuk membicarakan kesalahpahaman mereka.     

"Bibi sudah menjelaskan semuanya kepadamu kan? Kamu harus percaya padaku. Aku …" Nico hampir saja mengatakan 'aku menyukaimu' pada Tara. Tetapi melirik Lisa yang berada di sampingnya, ia langsung menghentikan ucapannya.     

"Aku tidak membicarakan itu. Aiden tahu bahwa Natali lah yang berniat mencelakai Anya. Apakah pamanmu melakukan sesuatu di bawah?" Tara mengabaikan kata-kata Nico. Ia hanya ingin tahu apa yang Aiden lakukan.     

"Paman turun untuk mengambil tas bibi. Kemudian ia berpamitan dan pergi," kata Nico.     

"Baguslah. Untung saja ia tidak melakukan apa pun di pesta pertunangan itu," kata Tara. Namun ternyata Aiden sudah berada di depan pintu kamar dan masuk ke dalam ruangan. "Aku punya seribu satu cara untuk membuat hidup Natali lebih menderita daripada kematian. Mengapa aku harus menghancurkan pesta pertunangannya? Itu tidak sebanding."     

"Tuan CEO memang sangat hebat," kata Tara sambil memutar bola matanya, kemudian ia berpamitan pada Nico, "Aku akan menutup teleponnya."     

"Apakah bibi sudah menjelaskan kepadamu?" tanya Nico.     

"Menjelaskan apa?" Tara bingung mendengar pertanyaan Nico.     

"Tanyakan saja pada bibiku," Nico menutup teleponnya dan menghampiri Raka.     

Walaupun pamannya tidak membuat keributan di pesta pertunangan, tentu saja ia tidak akan mengampuni Natali atas kejadian kali ini. Sepertinya, Nico harus menyadarkan sahabatnya.     

"Raka, aku ingin bicara sebentar denganmu," Nico menepuk pundak Raka dan mengatakannya dengan pelan.     

Di akhir pesta, satu per satu tamu mulai pergi. Raka berdiri di depan pintu untuk mengantar setiap tamu pulang. Setelah Nico memanggilnya, ia meminta tolong pada ibunya untuk menggantikan posisinya.     

Raka menghampiri Nico dan berkata, "Ada masalah apa?"     

"Sesuatu terjadi pada bibiku. Natali yang melakukannya. Pamanku tidak membuat keributan besar di pesta pertunangan ini karena masih menghormati keluargamu, tetapi ia tidak akan mengampuni Natali begitu saja. Aku ingin memperingatkanmu, apa pun yang pamanku lakukan, jangan coba-coba melindungi Natali. Ini demi kebaikanmu!" kata Nico.     

"Natali adalah tunanganku sekarang. Aku harus melindunginya. Kalau sesuatu terjadi padanya, nama Keluarga Mahendra juga akan tercoreng," Raka langsung menentang saran dari Nico.     

"Aku rasa, tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk menjaga nama baik keluargamu dengan Natali di dalamnya. Aku akan memberitahumu jika ada sesuatu terjadi," melihat bahwa ia tidak bisa membujuk Raka, Nico memutuskan untuk menyerah.     

Setidaknya, ia sudah memperingati …     

"Bagaimana dengan Anya?" tanya Raka dengan khawatir.     

"Pamanku menyelamatkannya tepat waktu. Tetapi bibi sangat menderita kali ini. Natali benar-benar kejam. Tidak ada gunanya kamu melindunginya. Hanya ini yang bisa aku katakan padamu sebagai seorang teman," Nico menepuk pundak Raka dan kemudian pergi.     

Melihat ekspresi di wajah Raka menjadi serius setelah Nico pergi, membuat Natali langsung cemas. Ia menghampiri Raka dan bertanya. "Ada masalah apa?"     

"Nico bilang ada sesuatu terjadi pada Anya," tatapan Raka mendarat di wajah Natali.     

Natali merasa jantungnya berdegup dengan kencang.     

Mengapa Raka melihatnya seperti ini? Apakah Raka mencurigainya?     

Yura bilang ia akan langsung pergi setelah melaksanakan rencananya, tidak peduli rencananya itu berhasil atau tidak.     

Seharusnya Yura sudah berada di dalam pesawat dan dalam perjalanan menuju ke luar negeri. Setelah tiba di luar negeri, Yura bilang akan menghubunginya.     

Natali berusaha untuk menenangkan dirinya. Yura sudah pergi ke luar negeri. Tidak ada yang tahu bahwa semua kejadian ini berhubungan dengannya.     

"Bagaimana keadaan kakakku? Apakah ia baik-baik saja?" Natali tampak khawatir saat menanyakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.