Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Penawar Racun



Penawar Racun

0"Jangan biarkan ia mati," Aiden berbalik dan pergi dari tempat tersebut, menyerahkan sisanya pada Harris.     

Harris memerintahkan para pengawal Aiden untuk menggotong tubuh Yura keluar dari ruangan. Tidak ada satu pun bagian tubuh dari Yura yang masih bersih.     

Satu-satunya wanita di ruangan itu dikeluarkan. Dua pria yang menggila bahkan berniat melawan para pengawal Aiden untuk merebut Yura kembali. Sayangnya, tidak mungkin mereka bisa mengalahkan pengawal Aiden.     

Dengan kekuatan biasa saja mereka tidak mampu, apa lagi di bawah pengaruh obat seperti ini.     

Akhirnya, malah mereka yang dipukuli.     

Dua orang pria di bawah pengaruh obat sedang terkunci di dalam satu ruangan. Apa yang terjadi di dalam?     

Bahkan Harris pun tidak mau melihat dan tahu apa yang terjadi.     

Siapa suruh mereka berani melakukan ini kepada Nyonya-nya?     

…     

Anya masih tertidur di kamar presidential suite dengan lelap. Sementara itu, Tara mengendarai mobilnya dengan sangat kencang karena begitu khawatir pada Anya. Dalam waktu singkat, ia sudah tiba di hotel dan bertemu dengan Nico di lantai bawah.     

Mereka berdua segera menuju ke kamar Anya. Namun, para pengawal Aiden hanya memperbolehkan Tara masuk dan menghentikan Nico di depan pintu.     

"Apakah kalian tidak mengenalku?" tanya Nico pada para pengawal itu dengan marah.     

"Tuan Nico, tolong jangan mempersulit kami. Tuan Aiden tidak membiarkan siapa pun selain Dokter Tara untuk masuk, terutama pria," jawab salah satu pengawal.     

"Apa yang terjadi pada bibiku?" ketika mendengar kata-kata pengawal tersebut, Nico menjadi semakin khawatir. Sepertinya masalahnya jauh lebih serius dari perkiraannya.     

"Maaf kami tidak bisa memberitahu Anda. Sebaiknya Anda tanyakan pada Tuan Aiden begitu ia kembali," para pengawal tersebut tetap bersikap sopan pada Nico tetapi juga bersikeras tidak memperbolehkannya masuk.     

Tara memasuki ruangan tersebut dan menemukan Anya sedang berada di tempat tidur. Wajah Anya masih terlihat sedikit merah karena efek obat.     

"Anya, Anya …" Tara berusaha memanggilnya dan mengguncang tubuhnya, tetapi Anya tidak menjawab.     

Tangan Tara terulur, hendak memeriksa denyut nadi Anya. Ia membuka selimut yang membungkus tubuh Anya dan menemukan bahwa tangan dan kaki Anya terikat dengan menggunakan handuk.     

Tara tertawa melihatnya. Ia tahu bahwa Aiden yang melakukan hal ini karena khawatir bahwa apa yang ia lakukan tidak cukup untuk menghilangkan efek obat tersebut.     

Ia bisa mendengar dengan jelas apa yang pengawal Aiden katakan di luar pintu. Selain Tara, Aiden melarang siapa pun memasuki kamar Anya, terutama pria.     

Selain ikatan di tangan dan kakinya, Tara juga bisa melihat bahwa Anya hanya mengenakan jubah mandi dan kulitnya memiliki banyak bekas bercinta.     

Bibir Tara langsung mengkerut. Sepertinya Aiden sudah menjadi penawar racun untuk Anya. Tetapi karena Aiden adalah suami yang over protektif, ia sampai memanggil Tara untuk memastikan bahwa Anya baik-baik saja.     

Tara mengeluarkan baju yang ia bawa dari tas dan memakaikannya di tubuh Anya.     

Saat membantu Anya untuk berpakaian, Tara merasa iri saat melihat kulit Anya yang putih mulus dan seluruh tubuhnya yang meliuk-liuk dengan indah.     

Sayangnya Tara lebih menyukai pria. Kalau tidak, mungkin ia juga akan jatuh cinta pada Anya …     

Setelah membantu Anya berpakaian, Tara merasa bahwa kedatangannya sia-sia. Ia hanya memberikan suntikan obat penawarn pada Anya dan tugasnya sudah selesai. Aiden sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dan kekhawatirannya sama sekali tidak berdasar.     

Apa yang Aiden lakukan pada Anya sangat efektif, hingga membuat Anya tertidur dengan pulas.     

Setelah kembali menyelimuti Anya, Tara membuka pintu dan membiarkan Nico masuk.     

"Dokter Tara, Tuan Aiden memerintahkan kami untuk tidak memperbolehkan orang lain masuk, selain Anda," pengawal Aiden terus berusaha untuk menghentikannya.     

"Nico tidak akan melakukan apa pun pada Anya. Kalian bisa ikut masuk. Kalau ia sampai berani melakukan sesuatu, kalian bisa memotong tangannya dengan pisau," gumam Tara dengan kesal.     

Setelah mendengar kata-kata Tara, pengawal Aiden merasa apa yang dikatakan oleh Tara masuk akal. Nico tidak mungkin melukai bibinya sendiri.     

Nico mengikuti Tara ke dalam ruangan dan melihat tempat tidur di kamar tersebut sangat berantakan. Anya sedang tertidur dengan pulas sambil mengenakan piyama motif kartun anak-anak.     

"Tara, apa yang terjadi pada bibiku?" Nico melangkah maju dan ingin mendekat ke arah Anya tetapi para pengawal Aiden sekali lagi menghentikannya.     

Ia sudah melanggar perintah Tuannya dengan membiarkan seorang pria memasuki ruangan tersebut. Setidaknya, mereka tidak akan membiarkan Nico mendekat.     

"Lebih baik kamu jangan dekat-dekat. Kalau Anya bangun dan tiba-tiba saja memeluk atau menciummu, mungkin pamanmu akan langsung membunuhmu," ancam Tara.     

"Apa yang kamu katakan? Mana mungkin …" belum selesai mengatakannya, Nico langsung berhenti dan menyadari apa yang terjadi. "Apa ada seseorang yang memberi obat pada bibi?"     

"Ya. Tapi jangan khawatir. Pamanmu sudah menghilangkan efek obatnya. Aku memberinya cairan penawar untuk menghilangkan sisa efeknya. Anya akan baik-baik saja ketika bangun," kata Tara.     

"Mengapa kamu bisa tahu begitu banyak?" kata Nico dari jauh. Ia tidak berani mendekat sedikit pun.     

"Jangan lupa, aku adalah dokter. Aku tidak bodoh sepertimu," kata Tara dengan bangga.     

"Aku tidak bodoh …" gerutu Nico.     

"Aku dengar, perut Lisa sudah semakin besar. Selamat kamu akan menjadi ayah," Tara mengalihkan pembicaraan.     

"Tara, tidak bisakah kamu mempercayaiku?" Nico merasa sedikit kecewa. Ia tahu bahwa semua ini akan menyebabkan kesalahpahaman di antara dirinya dan Tara.     

"Kamu bukan tipe pria yang bisa dipercaya," Tara mengabaikan Nico. Ia berbalik dan kembali menuju ke tempat tidur.     

Ketika ia duduk di pinggir ranjang, Anya tiba-tiba saja terbangun.     

"Tara …" Anya memanggil namanya dengan lemah.     

"Jangan takut. Semuanya baik-baik saja," hibur Tara.     

"Aku lega melihatmu," Anya menghela napas lega dan kembali terkulai di tempat tidur.     

Tara mengambil buah yang ia bawa dan memberikannya pada Anya. Ia tahu bahwa Anya tidak sempat makan malam dan tubuhnya sangat lelah sekarang. Ia juga baru saja diberi obat sehingga makanan berat bisa membuatnya mual.     

"Di mana semua orang?" pada saat itu, suara Aiden terdengar dari pintu.     

Ia merasa heran saat melihat tidak ada yang berjaga di depan pintu.     

Para pengawal Aiden langsung membuka pintu dan keluar. "Tuan, Nyonya sudah bangun. Dokter Tara sudah datang dan memeriksanya."     

Aiden langsung memandang para pengawalnya dengan tatapan mematikan, membuat mereka semua menundukkan kepala dengan ketakutan.     

"Jangan salahkan mereka. Mereka sudah berusaha menghentikan Nico. Aku sudah memeriksa Anya terlebih dahulu dan memastikan bahwa Anya baik-baik saja sebelum membiarkan Nico masuk," Tara membela para pengawal tersebut.     

Ketika Aiden melihat bahwa Tara sedang menyuapkan buah pada istrinya, Aiden tidak membantah kata-kata Tara. Kali ini, ia berutang budi pada Tara.     

Namun, ia memandang Nico dengan dingin. "Kalau kamu tidak ada urusan, kembalilah ke bawah. Lisa ada di tempat acara!"     

"Aku akan turun. Bibi, beristirahatlah. Kalau bisa, bantu aku menjelaskan mengenai masalah Lisa pada Tara," begitu kata-kata Nico keluar dari mulutnya, Aiden langsung menendang Nico keluar.     

Bisa-bisanya Nico meminta bantuan saat Anya masih lemah seperti ini.     

Aiden juga menyuruh para pengawalnya untuk keluar sehingga hanya ada mereka bertiga di dalam ruangan.     

"Aku sudah tidak bisa makan," Anya menggelengkan kepalanya. Ia hanya akan sepotong apel dan sepotong pisang, tetapi perutnya sudah sangat mual. Tubuhnya benar-benar lemas.     

Tara memaksanya untuk makan beberapa potong buah lagi, memastikan agar tubuh Anya lebih bertenaga. Dan kemudian memberikan air minum untuk Anya.     

"Aiden, bantu Anya untuk duduk," kata Tara sambil menatap Aiden. "Berbaring terlalu lama juga tidak baik untuk peredaran darahnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.