Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kehidupan Sebelumnya



Kehidupan Sebelumnya

0Setelah Nico pergi, Harris dan Hana juga meninggalkan ruangan tersebut, membiarkan Aiden dan Anya untuk makan berdua. Besok Aiden akan pergi ke luar negeri selama seminggu, jadi tidak ada salahnya memberikan waktu bagi mereka untuk menikmati momen-momen berdua.     

Anya baru sadar bahwa ia duduk sangat dekat dengan Aiden. Tangannya masih memeluk lengan Aiden dengan erat dan kepalanya sedikit bersandar pada bahu pria itu. sementara itu, mata Aiden masih tertuju ke arahnya, sama sekali tidak memedulikan Nico yang pergi sambil cemberut.     

Anya sangat terkejut ketika menyadari bagaimana posisinya saat ini. Ia segera melepaskan lengan Aiden. Tangannya menyelipkan rambutnya ke telinga, berusaha untuk menutupi kegugupannya. Ia ingin menarik kembali kursinya ke tempat semula, namun tangan Aiden bergerak lebih cepat.     

Aiden memeluk pinggang wanita itu dan membuatnya tetap berada di posisinya saat ini, di dekat Aiden. Kedekatan tubuh mereka membuat Anya menegang dan merasa semakin gugup. Ia berkata dengan terbata-bata, "Ayo … Kita kembali makan. Nanti makanannya dingin."     

Namun, Aiden tidak akan melepaskan Anya begitu saja. Tangannya tetap memeluk pinggang Anya dan berkata, "Hmm … Apakah aku benar-benar milikmu?"     

"Eh?" wajah Anya langsung memerah mendengar Aiden menggodanya. Ia langsung melarikan diri dari pelukan Aiden dan kembali ke tempatnya.     

Aiden hanya bisa terkekeh saat melihat Anya kabur darinya. "Apakah kamu jadi membuatkan kue osmanthus untukku malam ini?" tanyanya sambil tersenyum. Sebelum ia pergi ke luar negeri besok, ia ingin makan kue bikinan Anya terlebih dahulu. Ia ingin kencan pertamanya dengan Anya ini berhasil.     

"Ha?" otak Anya rasanya sudah tidak bekerja dengan normal lagi sehingga ia terlambat memahami apa yang Aiden katakan.     

"Tidak? Apakah kamu ingin berada di rumah saja denganku?" goda Aiden sekali lagi.     

"Ah! Tidak, tidak! Aku akan membuatkan kue untukmu!" kata Anya dengan wajah yang semakin memerah.     

Tiba-tiba saja, suara ponsel Anya berbunyi, membuyarkan suasana ruang makan yang sudah mencair. Sebuah nomor yang tidak dikenal muncul di layarnya. Walaupun Anya tidak menyimpan nomor itu, tetapi hanya dengan sekali lihat saja ia tahu bahwa itu adalah nomor telepon Raka.     

Ia tidak tahu dari mana Raka mendapat nomor teleponnya ...     

Telepon itu berbunyi terus menerus, tidak peduli berapa kali dihiraukan. Dari reaksi Anya, Aiden sudah bisa menebak siapa yang meneleponnya. Wajahnya kembali muram.     

"Mengapa tidak diangkat?" tanya Aiden. Bibirnya menipis seolah menahan marah dan suaranya terdengar dingin.     

Jantung Anya berdegup dengan kencang saat mendengar pertanyaan itu. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Jika ia mengatakan pada Aiden bahwa Raka lah yang meneleponnya, apakah ia akan semakin marah?     

"Aku tidak mengenal nomornya. Mungkin hanya salah sambung," akhirnya Anya memutuskan untuk berbohong. Ia tidak mau membuat Aiden marah. Lebih baik menghindari kesalahpahaman yang tidak penting.     

"Benarkah?" tanya Aiden sambil memandang wajah Anya dengan seksama.     

"Hmm … Ayo kita makan saja," kata Anya.     

"Aku tidak menyukai lagu ponselmu," kata Aiden tanpa ekspresi. Anya tahu apa yang Aiden maksud. Bukan lagunya yang tidak disukai oleh Aiden, tetapi lirik lagunya. Itu adalah lagu kesukaannya dengan Raka, lagu yang merupakan harapan mereka untuk bersatu selamanya.     

Bersama hingga dunia memisahkan kita …     

Anya masih menggunakan lagu itu. Awalnya, ia tidak sanggup mengganti lagu itu karena lagu itu adalah kenangannya bersama dengan Raka. Namun setelah bertahun-tahun telah berlalu, ia tetap menggunakan lagu itu karena sudah terbiasa untuk mendengarnya.     

"Aku akan menggantinya dengan lagu kesukaanmu. Apa lagu yang kamu sukai?" tanya Anya. Tangannya menggenggam tangan Aiden, berusaha untuk menenangkan pria itu agar tidak marah lagi.     

Aiden hanya mendengus, tetapi ia tidak menarik tangannya. Ia membiarkan tangan Anya terus menggenggamnya.     

Anya langsung membuka internet dan mencari lagu yang sesuai dengan mereka berdua. Sebuah lagu muncul di laman internet dan Anya sangat menyukai liriknya.     

Aku ingin bertambah tua bersamamu, terus berada di pelukanmu …     

Aku ingin bertambah tua bersamamu, menatap matamu hingga tidur lelap menyelimutiku …     

Aku ingin bersama denganmu, berbagi segalanya denganmu …     

Selamanya bersamamu …     

Lagu ini terasa cocok untuk mereka berdua. Mereka adalah sepasang suami istri yang hidup bersama selamanya sekarang hingga maut yang memisahkan. Anya tidak tahu bagaimana nada lagu itu, tetapi ia merasa bahwa liriknya sangat sesuai untuk ia dan Aiden.     

"Bagaimana dengan yang ini?" tanyanya sambil menyalakan lagu tersebut. Ia mengamati wajah Aiden dengan seksama. Sebuah nada mengalun dengan lembut. Seperti lirik lagunya yang sangat romantis, nada lagu itu juga seperti sebuah pernyataan cinta.     

Ekspresi di wajah Aiden terlihat lebih tenang dari sebelumnya, tetapi ia masih mengerutkan keningnya. "Terserah saja, itu kan ponselmu."     

Tidak mudah untuk membujuk Aiden agar tidak marah.     

"Aku akan menggunakan lagu ini khusus untukmu. Dengan itu, aku tahu kalau kamu yang meneleponku," kata Anya, terus membujuk Aiden. "Bagaimana kalau kita kembaran, menggunakan lagu yang sama?"     

Aiden tidak mengatakan apa pun, tetapi ia memberikan ponselnya pada Anya agar Anya bisa mengaturkan lagu itu untuknya. Anya menerima ponsel itu dengan senang. Walaupun Aiden tidak mengatakan apa pun, sepertinya pria itu menyukai lagu pilihannya.     

Saat membuka ponsel tersebut, sebuah foto di layar utamanya terlihat. Itu adalah foto Anya yang sedang berdiri di taman rumah sambil memandangi lautan bunga iris. Cahaya matahari terlihat menyinarinya, tetapi Anya sama sekali tidak peduli. Pandangannya masih tertuju pada bunga-bunga yang mengelilinginya, terkesima dengan keindahan mereka.     

Ia berdiri dengan tegak, menghadap ke lautan bunga iris. Sementara matanya berbinar saat menyaksikan keindahan di hadapannya. Bajunya yang sederhana tidak membuatnya kalah cantik di antara bunga-bunga itu. Bagi Aiden, Anya adalah bunga terindah di antara lautan bunga itu ...     

Foto itu diambil pada saat Anya datang pertama kali ke rumah Aiden, foto yang diambil secara diam-diam.     

Anya terkejut saat melihatnya. Aiden memasang fotonya pada ponsel pribadinya!     

Sementara itu, Aiden mengangkat sendoknya dan kembali makan seolah tidak ada yang terjadi. Ia makan dengan santai sementara Anya masih terlihat kebingungan di sampingnya.     

Anya tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia hanya bisa merasa terkejut. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya langsung pada Aiden, "Aiden, mengapa kamu memasang fotoku di ponselmu? Apakah kamu …" Anya merasa ragu untuk menanyakannya. Ia tidak mau terdengar terlalu percaya diri.     

Apakah Aiden menyukainya?     

Sementara itu, Aiden tidak menjawabnya seakan-akan ia tidak mendengar pertanyaan Anya. Anya melihat Aiden terus makan dengan tenang, tidak membenarkan dan juga menyangkal pertanyaannya.     

Ia terdiam dan segera memindahkan lagu yang ia dapatkan ke ponsel Aiden. Lalu ia memasang lagu itu sebagai nada dering Aiden khusus untuknya. "Aiden, apakah kita benar-benar saling mengenal sebelumnya?" tanya Anya sambil mengatur ponsel Aiden.     

Pertanyaan itu menarik perhatian Aiden. Ia meletakkan sendoknya dan menatapnya untuk sejenak. Namun, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya dan kemudian pria itu kembali melanjutkan makan siangnya.     

Melihat Aiden yang terdiam, Anya memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Ia menlanjutkan makannya sambil berharap Aiden akan menjawab pertanyaannya.     

Ketika mereka sedang makan, tiba-tiba saja Aiden berkata, "Kamu dulu pernah menyelamatkanku."     

Menyelamatkannya? Apa maksud Aiden?     

"Kapan hal itu terjadi?" tanya Anya.     

"Di kehidupan yang sebelumnya," kata Aiden dengan santai. Ia mengatakannya seolah itu adalah hal yang biasa.     

Kehidupan yang sebelumnya? Mana mungkin kita bisa mengingat kehidupan yang sebelumnya? "Apakah kamu bisa mengingat kehidupanmu di masa sebelumnya? Tidak heran aku tidak bisa mengingatmu!" kata Anya dengan heran.     

Aiden hanya menghela napas saat mendengar jawaban Anya. Wanita ini sungguh naif. Pada saat itu lah Anya baru menyadari bahwa Aiden menggodanya, tetapi karena aiden yang mengatakannya, Anya mempercayainya begitu saja. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengingat kenangan di kehidupan sebelumnya.     

"Tapi mengapa aku tidak bisa mengingatmu? Kapan kita pernah bertemu dan mengapa aku tidak mengingatnya sama sekali?" tanya Anya sambil memegang kepalanya. "Apakah aku hilang ingatan karena terlalu banyak belajar saat tes masuk kuliah?"     

Mengapa Anya sama sekali tidak bisa mengingat Aiden?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.