Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cinta Pertama



Cinta Pertama

0Anya mengikuti Esther masuk ke dalam kantornya. Kantor itu terlihat seperti kantor pada umumnya. Meja dan kursi kerja berada di ujung ruangan lengkap dengan perangkat komputer yang canggih. Sementara di sisi dinding samping terdapat rak buku yang berisi berbagai buku mengenai parfum.     

Namun, Esther tidak melangkah menuju meja kerjanya seperti yang dipikirkan oleh Anya. ia malah melangkah menuju salah satu rak buku besar dan mendorongnya. Tiba-tiba saja dinding di belakang rak tersebut terbuka, menunjukkan sebuah laboratorium di belakangnya.     

Itu merupakan laboratorium tersembunyi ...     

Anya terperangah saat melangkah memasuki laboratorium rahasia itu. Rasanya seperti berada di film-film …     

"Di meja ada beberapa rempah-rempah yang umum digunakan di laboratorium-ku. Berapa banyak rempah-rempah yang kamu ketahui? Apakah kamu bisa menciumnya dan membedakannya?" Esther berdiri di pinggir sambil melipat tangannya di depan dada. Ia menatap Anya dengan seksama.     

Anya berjalan menghampiri meja tersebut sambil mengamati seluruh laboratorium itu dengan mata yang berbinar. Ia seolah jatuh cinta pada pandangan pertama! Ini benar-benar tempat kerja impiannya!     

Biasanya ia akan membuat parfum di tempat biasa, bukan tempat tersembunyi yang sangat besar dan penuh dengan berbagai rempah-rempah dan tanaman seperti ini …     

"Apakah saya boleh menyentuhnya?" tanya Anya pada Esther.     

"Silahkan. Ini memang rempah-rempah yang aku pilih untuk wawancara kerja," jawab Esther sambil mengulurkan tangannya, mempersilahkan Anya untuk menyentuh bahan-bahan tersebut.     

Anya menyentuh rempah-rempah yang ada di meja dan mengamatinya dengan seksama. "Kapulaga, iris, bunga balsam …" jawab Anya sambil melirik ke arah Esther. Ia tidak tahu apakah ia harus terus melanjutkan atau tidak.     

"Hmm … Bagaimana dengan yang itu?" tanya Esther.     

Anya mengambil rempah-rempah yang ditunjuk oleh Esther dan mencium aromanya. Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat aroma yang ia kenal itu di benaknya.     

Matanya terlihat berbinar saat kembali terbuka, "Benzoin?"     

"Ya! Lanjutkan!" Esther mengangguk dengan puas.     

"Ekstrak lemon, minyak esensial mawar, bunga violet, lavender, tuberose, musk …"     

Saat Anya menyebutkan rempah-rempah itu satu demi satu, tiba-tiba saja ponsel Esther berbunyi. Esther mengeluarkan ponselnya dari jubah laboratoriumnya dan melihat nama Imel di layar ponselnya.     

Ia tidak langsung menjawab panggilan tersebut. Ia berbalik menatap Anya terlebih dahulu dan bertanya, "Apakah kamu bisa membuat parfum?"     

"Bisa," jawab Anya sambil menganggukkan kepalanya.     

"Buatlah sebuah parfum unik ciptaanmu sendiri dengan rempah-rempah yang ada. Pakaian kerjanya ada di sebelah sana. Aku akan mengangkat telepon ini sebentar, " Esther mengatakannya sambil menunjuk sebuah rak di sudut ruangan tersebut. Setelah itu, ia langsung berbalik dan keluar dari laboratorium.     

Setelah pintu laboratorium itu ditutup, hanya Anya satu-satunya orang yang berada di sana. Namun, ia tidak keberatan. Saat ini ia sedang berada di dunia parfum. Tidak pernah hatinya sedamai ini …     

Ia memejamkan matanya, mencium aroma di udara sambil memikirkan parfum seperti apa yang harus ia buat. Pertama-tama ia harus memikirkan temanya terlebih dahulu …     

Saat ia memejamkan matanya, wajah Aiden tiba-tiba saja muncul di benaknya. Hari ini adalah kencan pertamanya dengan Aiden. Mungkin ia harus membuat parfum yang tentang cinta …     

Ia segera mengenakan pakaian kerja yang ditunjukkan oleh Esther, menghindari agar tidak ada kotoran atau bahan lain yang mengkontaminasi parfumnya dan mengubah aroma dari parfum ciptaannya.     

…     

Sementara itu, Esther duduk di meja kerjanya. Ia menerima telepon dari Imel sambil memandangi komputer di hadapannya yang terhubung dengan CCTV di ruang laboratorium. Diam-diam, ia mengamati semua pergerakan Anya di dalam laboratoriumnya.     

"Esther, jangan biarkan serigala memasuki kandangmu. Anya Tedjasukmana bukanlah orang biasa. Ia adalah putri dari Diana Hutama," kata Imel dari seberang telepon.     

Esther mendengarkan peringatan Imel sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja dan berpikir.     

"Di mataku, Anya hanyalah seorang gadis kuliahan yang membutuhkan uang dan pekerjaan. Aku tidak peduli siapa ibunya," jawab Esther dengan santai.     

"Aku sudah cukup baik untuk mengingatkanmu agar kamu tidak terjerumus seperti aku. Aku mengalami kerugian besar karena Diana. Jangan menyesal jika kamu terjebak seperti aku," kata Imel dengan kesal sebelum menutup teleponnya secara sepihak.     

Setelah panggilan itu berakhir, Esther tidak segera kembali ke dalam laboratorium. Ia mengamati Anya dari komputernya secara diam-diam. Ia tidak mau mengganggu konsentrasi gadis itu saat menciptakan parfumnya sendiri.     

Wajah Anya penuh dengan senyuman ketika ia mencampurkan berbagai bahan untuk parfum ciptaannya. Ia sangat menikmati proses itu …     

Sampai akhirnya, Anya mengangkat kepalanya dan rasa puas terlihat di wajahnya. Esther bangkit berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam laboratorium.     

Anya langsung menyodorkan sebuah botol kecil berisi parfum ciptaannya dengan penuh semangat pada Esther. "Bu Esther, ini parfum yang saya ciptakan sendiri. Saya menyebutnya … Cinta pertama," wajah Anya tampak malu-malu saat mengatakannya.     

Bau teh hijau bercampur dengan melati menciptakan aroma yang harum namun ringan. Campuran bunga mimosa dan akasia terasa manis tetapi tidak terlalu berlebihan. Seperti seorang gadis kecil manja yang baru pertama kali jatuh cinta …     

Tidak hanya sampai di situ, Esther terkejut saat aroma bunga perlahan menghilang dan digantikan dengan aroma lemon yang lembut dan samar. Semua aroma itu tercium bergantian, terasa ringan, tidak ada yang saling menonjolkan diri satu sama lain. Benar-benar seperti seorang gadis yang belum berpengalaman, mencicipi rasanya cinta untuk pertama kali ...     

Esther merasa jantungnya berdebar karena parfum ciptaan Anya, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dan berkata dengan tenang, "Kamu diterima. Besok kamu bisa mulai bekerja."     

Anya merasa sangat senang. Ia diterima bekerja! Ia tidak menyangka semuanya akan berjalan semulus ini.     

"Terima kasih, Bu! Saya akan bekerja keras," Anya berterima kasih sambil membungkukkan tubuhnya. Rasa gembiranya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.     

Esther hanya menatapnya sambil tersenyum. "Mengenai jam kerja dan gaji, tanyakan pada Ben. Ia adalah manajer toko yang bertanggung jawab atas semua karyawan di toko ini. Ia yang akan menjelaskan semuanya kepadamu."     

"Baik! Sekali lagi terima kasih, Bu Esther. Saya pamit dulu!" kata Anya sambil bergegas menuju ke pintu.     

Karena terlalu gembira, ia sampai lupa bahwa ia masih mengenakan pakaian kerja milik toko tersebut. "Ehem … Tolong kembalikan pakaian kerjanya," kata Esther sambil berdeham.     

Wajah Anya langsung merona karena malu. Ia segera melepaskan pakaian tersebut dan menggantungkannya di rak semula.     

Tatapan Esther terus melekat pada Anya hingga gadis itu tidak terlihat lagi dari ruang kerjanya.     

…     

Di luar ruang kantor Esther, Anya kembali bertemu dengan Ben. Mereka turun bersama-sama menuju ke lantai bawah. "Besok, Bu Esther tidak akan datang ke toko. Kamu bisa bekerja di lantai satu dan beradaptasi dengan lingkungan toko terlebih dahulu. Kamu juga harus segera mempelajari produk-produk milik Rose."     

"Baik," jawab Anya sambil mengangguk. "Bagaimana dengan jam kerja saya?"     

"Jam kerja dimulai dari jam 8 pagi hingga jam lima sore setiap hari dan kamu bisa beristirahat pada pukul 12. Gajimu akan dihitung per jam. Apakah ada pertanyaan lain?" tanya Ben.     

"Tidak ada," jawab Anya. Ia sama sekali tidak keberatan terhadap pengaturan itu. Ia sudah sangat siap untuk bekerja.     

Ben mengangguk mendengar jawaban Anya, merasa puas karena karyawan baru ini tidak banyak mengeluh. "Ini adalah produk-produk buatan Rose. Ada parfum, minyak esensial, dan lilin aromaterapi. Kita juga menerima pesanan khusus dari pelanggan yang ingin membuat parfumnya sendiri," Ben memberikan penjelasan singkat mengenai Rose pada Anya.     

Saat Anya sedang berkeliling toko bersama dengan Ben dan mempelajari berbagai produk serta seluk-beluk Rose, tiba-tiba seseorang menyebut namanya.     

"Anya!" suara itu adalah suara seorang wanita yang terdengar nyaring, datang dari arah pintu toko.     

Anya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu toko. Seorang gadis muda berdiri di depan toko tersebut dengan mengenakan pakaian mewah, sepatu hak tinggi dan tas bermerk.     

Melihat gadis itu, Anya merasa ingin bersembunyi! Ia harus segera pergi dari tempat itu!     

Raisa sedang berdiri di depan pintu Rose Scent!     

Para pegawai di toko langsung menyambutnya dengan hangat dan senyum yang lebar, "Selamat datang di Rose Scent."     

"Pak, sepertinya ada pelanggan datang. Anda pasti sibuk sekarang. Saya pamit dulu. Besok saya akan segera bekerja!" kata Anya dengan tergesa-gesa. Setelah itu ia langsung berbalik dan berjalan menuju pintu samping dengan langkah cepat.     

Raisa langsung berlari dan menghalangi jalan Anya ketika melihat wanita itu hendak pergi dari pintu samping.     

"Anya …" Raisa menyebut namanya sambil tersenyum manis.     

Namun, senyuman manis di wajah gadis itu malah membuat Anya merasakan firasat buruk …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.