Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tolong!



Tolong!

0"Yura, apa yang akan kamu lakukan?" wajah Natali terlihat panik.     

Yura benar-benar termakan dengan kepura-puraan Natali dan merasa bahwa temannya itu sungguh baik hati. "Apakah kamu merasa kasihan padanya karena kalian bersaudara? Apakah kamu tidak ingat bahwa ia yang merebut Aiden darimu dan dulu ia juga berkencan dengan Raka? Anya itu rubah yang licik!" kata Yura dengan marah.     

"Aku …" Natali menundukkan kepalanya dan tidak bisa berkata apa-apa.     

"Aku akan …" Yura membisikkan kalimat selanjutnya di telinga Natali agar tidak ada orang yang tahu mengenai rencana mereka. "Bantu aku mencari cara untuk memisahkannya dari Aiden."     

"Apakah kamu harus melakukan ini?" Natali menatap Yura dengan tatapan polos.     

"Nat, kamu jangan terlalu baik padanya! Aku akan melakukan semua ini untukmu dan tidak akan melibatkanmu," kata Yura.     

"Kamu adalah sahabatku dan Anya adalah saudaraku. Jadi aku tidak bisa membantumu. Kalau kamu ingin memberinya pelajaran, jangan keterlaluan," kata Natali dengan cemas.     

"Jangan khawatir. Aku yang akan mengatur semuanya dan tidak melibatkanmu," kata Yura.     

Setelah mendapatkan kepastian bahwa Yura tidak akan menyangkut pautkan namanya, akhirnya Natali setuju.     

Di sisi lain ruang pesta, Aiden dan Anya sedang duduk di meja tamu. Nico, sebagai sahabat Raka, sangat sibuk membantu kelangsungan pesta pertunangan ini. Ia bahkan hanya sempat menyapa Anya dan Aiden sekilas.     

Anya duduk sambil bermain ponsel dan mengirimkan beberapa foto untuk Tara.     

Hari ini, hanya kakek Tara saja yang datang ke pesta pertunangan. Anya merasa sangat bosan karena tidak ada Tara yang menemaninya.     

Karen Tara mendengar bahwa Nico akan membawa kekasihnya ke pesta pertunangan hari ini, Tara beralasan bahwa kliniknya sedang ramai dan ia tidak bisa pergi.     

Lagi pula, kakek Tara saja sudah cukup untuk mewakili keluarganya sehingga tidak ada yang peduli apakah Tara datang atau tidak.     

Tara : Menurut desas-desus, Natali sengaja masuk ke kamar Raka saat Raka sedang mabuk. Kemudian, ia sengaja menarik perhatian pada orang tua mereka agar mereka terlihat seperti tertangkap basah berhubungan. Itu sebabnya Keluarga Mahendra setuju dengan pertunangan ini.     

Anya : Aku tahu. Malam itu, Natali menunjukkan foto mereka berdua kepadaku. Aku tidak bisa melakukan apa pun. Semua ini keteledoran Raka.     

Tara : Sayang sekali pria baik seperti Raka berakhir bersama dengan Natali. Ia selalu membantumu meski sudah berpisah darimu. Setelah dijebak oleh Natali pun, ia masih mau bertanggung jawab. Raka memang benar-benar pria baik.     

Anya tidak menjawab lagi. Raka memang terlalu baik sehingga tidak ada yang bisa ia lakukan.     

Sebenarnya, apakah Raka mengetahui semua yang dilakukan oleh Natali selama ini?     

Natali lah yang telah membuat nasib Raisa menjadi seperti ini. Raisa sudah berulang kali menderita, tetapi ia tidak kapok juga dan terus melindungi Natali.     

Anya merasa sedikit kagum pada Natali. Tidak tahu bagaimana cara Natali mengubah Raisa menjadi benar-benar patuh padanya seperti itu …     

Musik mulai mengalun, lampu di ruangan tersebut menjadi semakin redup. Panggung utama disorot dengan lampu yang indah.     

Mata semua orang tertuju pada panggung yang terang. Di sana, Raka sedang berdiri dengan tegak sambil mengenakan jas yang sangat pas di tubuhnya.     

Aiden melihat istrinya sedang memandang Raka. Kemudian, ia mengingatkan Anya. "Ponselmu berbunyi."     

Karena memikirkan nasib Raka dan Natali, Anya sampai tidak mendengar bahwa ponselnya berbunyi. Ibunya yang meneleponnya. "Aku akan menjawab panggilan ini dulu. Dari ibu …"     

"Jangan pergi terlalu jauh," kata Aiden.     

Karena suara musik terlalu keras, Anya harus sedikit minggir untuk menjawab telepon dari ibunya.     

Ketika ia bangkit berdiri dan meninggalkan kursinya, ia melihat Natali masuk ke dalam ruangan dengan gaun berwarna putih, ditemani oleh ayahnya.     

Anya tidak tertarik untuk melihat pesta pertunangan ini sehingga ia keluar dari ruangan yang berisik itu dan menjawab telepon. "Ibu, ada apa?��     

"Anya, sekarang naiklah ke lantai lima dengan menggunakan lift dan masuklah ke kamar nomor 520. Jangan macam-macam, atau aku tidak akan membiarkan ibumu hidup," dari seberang telepon, bukan suara ibunya yang terdengar. Melainkan suara tawa Yura yang melengking di telinganya.     

Anya terkejut saat mendengar suara yang ia kenal itu. "Yura? Mengapa ponsel ibuku ada di tanganmu? Apa yang kamu lakukan pada ibuku?"     

"Anya …" suara Diana yang lemah terdengar dari ponsel tersebut.     

"Jangan matikan teleponnya. Cepat masuklah ke dalam lift. Aku akan melihat semua pergerakanmu. Aku tidak menjamin keselamatan ibumu kalau kamu meminta bantuan dari seseorang," ancam Yura.     

"Yura, kalau kamu punya masalah denganku, selesaikan denganku saja. Jangan melibatkan ibuku!" Anya mengikuti kata-kata Yura dan berjalan menuju ke lift.     

Ia memandang ke arah suaminya yang masih duduk di meja mereka, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun untuk memberitahu Aiden. Yura mengancamnya dengan nyawa ibunya dan mengatakan bahwa ia melihat semua pergerakan Anya. Bagaimana cara ia meminta tolong pada Aiden?     

Kalau ia minta tolong pada Aiden dan Yura mengetahuinya, nyawa ibunya bisa berada dalam bahaya!     

Ia masuk ke dalam lift dan berbalik untuk menekan tombol lift. Tangannya yang sedang memegang ponsel diam-diam mengirimkan pesan pada Tara.     

Tara adalah orang terakhir yang bertukar pesan dengannya sehingga ia hanya bisa menghubungi Tara saat ini.     

Anya : Tolong!     

Hanya satu kata itu yang sempat Anya ketik. Ia tidak mau membuat Yura curiga dan menyakiti ibunya.     

Ia tidak tahu apakah ini hanya jebakan atau Yura benar-benar menculik ibunya. Tetapi ia tidak mau mengambil resiko!     

Anya hanya bisa berharap Tara melihat pesan itu dan mengetahui bahwa Anya berada dalam bahaya. Setelah itu, Tara bisa langsung memberitahu Aiden untuk menyelamatkannya.     

Saat ini, Tara sedang mengurus seorang pasien. Pasien itu adalah seorang pria bertubuh besar dan memiliki tampang yang sangar. Namun, kebalikan dari penampilannya, ternyata pria itu sangat penakut.     

Tubuhnya bergetar hebat sehingga Tara sama sekali tidak bisa memeriksa giginya.     

"Dokter Tara, seseorang mengirimkan pesan padamu dan meminta tolong. Sepertinya ini sangat mendesak!" seorang perawat memasuki ruangan tersebut sambil membawa ponsel Tara.     

Saat layar itu menyala, suster tersebut bisa melihat kata 'Tolong'. Kata-kata itu membuatnya panik dan langsung memberitahu Tara.     

"Siapa yang mengirimnya?" tanya Tara.     

"Nona Anya," jawab perawat tersebut.     

Tara berpikir sejenak. Ia baru saja bertukar pesan dengan Anya dan tahu bahwa Anya dan Aiden sedang berada di pesta pertunangan Raka dan Natali.     

Tidak mungkin ada bahaya yang terjadi saat Anya bersama dengan Aiden.     

Mungkin saja Anya mengirimkannya dengan tidak sengaja?     

Tetapi kata 'Tolong' itu membuat perasaan Tara tidak enak. Ini adalah kata-kata yang sangat sensitif. Ia tidak boleh menyepelekan masalah ini.     

Lebih baik ia melihat situasinya terlebih dahulu.     

"Kamu tenanglah terlebih dahulu. Aku akan menelepon sebentar," kata Tara pada pasiennya. Memberi pasiennya waktu untuk menenangkan diri.     

Tara langsung keluar dan menelepon Anya. Namun, Tara merasa bingung saat ponsel Anya sedang berada dalam panggilan lain. Apa mungkin Anya salah pencet?     

Anya sedang menelepon seseorang. Apa mungkin ada bahaya yang terjadi saat ia sedang telepon?     

Saat ia masuk kembali ke dalam ruangan, pasien yang sangat itu mengeluh. "Dokter, mengapa teleponnya cepat sekali? Aku belum siap."     

Tara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan keluar dari ruangan untuk kedua kalinya. Kali ini, ia menelepon Aiden.     

Aiden melihat ke sekelilingnya dan tidak menemukan Anya. Ia segera bangkit berdiri dan ingin mencarinya. Tepat pada saat itu, Tara meneleponnya.     

"Ada apa? Aku sedang sibuk sekarang," Aiden terdengar dingin.     

"Apakah Anya ada di sampingmu?" Tara tidak berbasa-basi dan langsung menuju ke inti permasalahannya. Ia bahkan tidak menyapa Aiden.     

"Tidak. Aku sedang mencarinya," Aiden berjalan keluar dari ruang acara.     

"Anya baru saja mengirim pesan kepadaku, meminta tolong. Aku khawatir ada sesuatu yang terjadi padanya, jadi aku meneleponmu. Teleponnya tidak bisa terhubung karena ia sedang menelepon orang lain. Tolong segera cari dia," Tara merasa situasinya sangat mencurigakan.     

Mata Aiden langsung terlihat panik saat mendengarnya. "Aku akan segera mencarinya!"     

Setelah ia menutup telepon Tara, kali ini Hana yang meneleponnya. "Tuan, ponsel Nyonya Diana hilang. Tolong sampaikan pada Anya agar tidak perlu khawatir. Nyonya Diana sedang bersama saya di rumah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.