Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

CEO Juga Berhak Cemburu



CEO Juga Berhak Cemburu

0"Anya, ayo kita punya anak," kata Aiden sambil memeluk tubuh Anya.     

Anya memeluk leher Aiden dengan lembut. "Aku tidak terburu-buru. Biarkan semuanya mengalir apa adanya."     

"Kalau begitu, tidak usah memikirkan soal anak. Mari kita berolahraga saja," kata Aiden dengan ambigu.     

Anya berpikir sejenak dan berkata, "Ibuku tidak bisa memiliki anak lagi selain aku. Bagaimana kalau aku …"     

"Tidak. Kita akan punya anak kita sendiri," sela Aiden sebelum Anya menyelesaikan kata-katanya.     

"Maksudku, Tara bilang meski kita tidak menggunakan pengaman sekali pun, aku sulit hamil. Kamu benar-benar menginginkan anak, bagaimana kalau aku tidak bisa memiliki anak …"     

"Kalau begitu, aku tidak menginginkannya. Kamu saja sudah cukup bagiku. Aku bisa memanjakanmu," kata Aiden dengan ekspresi yang serius.     

"Apakah kamu tidak ingin memiliki darah dagingmu sendiri? Ayahku bercerai dari ibuku karena ibuku tidak bisa memberinya seorang putra," kata Anya dengan suara tercekat.     

"Dasar bodoh," kata Aiden. "Aku menginginkan anak kita berdua, bukan hanya untuk diriku sendiri," Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup dahi Anya dengan lembut. Ia tidak membiarkan Anya terus meragukan dirinya sendiri.     

Anya merasanya hatinya meleleh. Bagaimana bisa Aiden mencintainya seperti ini?     

Kalau ini bukan cinta, Anya tidak akan tahu bagaimana cara menggambarkan cinta dengan cara lainnya.     

Impiannya memang ingin menjadi seorang parfumeur. Tetapi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya adalah kalau ia bisa menjadi ibu dari anak-anak Aiden.     

Ia harus memanfaatkan usianya yang masih muda untuk memiliki anak. Ia tidak boleh terlalu tenggelam dalam pekerjaan dan kesibukannya sehingga membuat ia mengalami nasib yang sama dengan ibunya.     

…     

Keesokan harinya, Anya tidak pergi kerja dan tidak pergi ke Iris. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah dan menemani Diana.     

Diana sudah tahu bahwa semua orang menghina putrinya di internet. "Kalau kamu menyebarkan rekaman itu di internet, Imel pasti akan melawanmu. Apakah kamu sudah memikirkan mengenai cara untuk melawannya?"     

"Imel memang akan melawanku, tetapi ia tidak akan bisa menyelamatkan Bu Mona. Ia menculikku sebelumnya, tetapi aku tidak bisa melakukan apa pun karena tidak ada bukti yang cukup. Sekarang ia sengaja membuat rekaman pada saat semua orang menghina aku. Aku bukan lagi Anya yang dulu. Aku tidak akan membiarkannya begitu saja."     

Sekarang ia adalah menantu ketiga dari Keluarga Atmajaya. Aiden akan selalu mendukungnya. Walaupun Bima tidak mengatakan apa pun, tentu saja ia tidak akan membiarkan orang lain menindas menantunya.     

Demi dirinya sendiri, dan juga reputasi Aiden dan Keluarga Atmajaya, Anya tidak boleh takut.     

"Kamu tidak perlu khawatir. Ayahmu bukan orang yang bodoh. Ia juga sudah mendengar berita di internet," Diana mengenal Deny dengan sangat baik. Awalnya, Deny ingin menceraikannya karena Mona sedang hamil.     

Deny menginginkan putra, jadi, ia menceraikannya dan menikah dengan Mona. Sekarang, Mona mengatakan bahwa kesehatan Deny sudah semakin memburuk dan Keluarga Tedjasukmana akan segera menjadi miliknya. Sifat Deny yang meledak-ledak pasti akan membuatnya tidak memaafkan Mona.     

Ditambah lagi, Deny tahu Anya terlahir prematur karena Mona dan menyebabkan Diana tidak bisa memiliki anak lagi. Setelah itu, pekerjaan Diana membuat kesehatannya semakin memburuk.     

Jika bukan karena Diana tidak bisa punya anak, apa yang akan terjadi pada Mona? Ia mungkin akan menjadi selingkuhan seumur hidupnya. Natali juga selamanya akan menjadi anak haram dan tidak akan pernah menjalani kehidupan yang biasa.     

"Mona tidak akan bisa bertahan. Penyakit ayah bukan penyakit mematikan yang tidak bisa disembuhkan. Meskipun ayah tidak bisa mendapatkan donor ginjal, ia masih bisa bertahan hidup dengan dialisis. Selain untuk hadiah pernikahan Natali, ayah akan menghabiskan semua uangnya untuk perawatan dirinya sendiri. Ia tidak akan menyisakan sepeser uang pun untuk Bu Mona," kata Anya.     

"Jadi, kamu tidak perlu melakukan apa pun. Karena perbuatannya sendirilah, ia akan mengalami kehidupan yang menyedihkan. Kamu tidak perlu mengotori tanganmu," kata Diana.     

"Baiklah. Aku hanya akan berhati-hati terhadap Imel," kata Anya.     

"Apakah kamu sedang libur hari ini?" melihat putrinya masih di rumah dan tidak pergi ke mana pun, Diana jadi penasaran.     

"Senin depan, aku akan pergi ke perusahaan Atmajaya Grup untuk melaporkan magangku. Setelah jam tiga sores, Aiden akan menjemputku dan pulang bersamaku," kata Anya sambil tersenyum. "Beberapa hari ini aku akan tinggal di rumah."     

"Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu selalu menemani ibu," Diana menepuk tangan Anya dengan lembut. "Ibu tahu kamu berbakti pada ibu, tetapi sekarang kamu sudah menikah. Kamu juga harus mengurusi suamimu."     

"Meski aku sudah menikah, aku tetapi putri ibu. Aiden mendukungku untuk melakukan semua yang aku mau. Kami juga sudah membicarakan mengenai anak. Usia Aiden sudah cukup matang untuk memiliki anak," kata Anya dengan wajah yang memerah.     

"Kalau bukan karena aku, kamu tidak akan perlu menikah begitu cepat dan memiliki anak. Tetapi semuanya sudah terjadi. Lagi pula, Aiden sangat baik padamu. Hidupmu pasti akan sangat bahagia. Cepat atau lambat, kalian juga akan punya anak. Kalau kamu bisa memiliki anak lebih cepat, setelah itu, kamu bisa mencapai cita-citamu," Diana selalu mendukung semua keputusan Anya.     

Anya mengangguk mendengarnya. "Aku juga berpikir seperti itu. Aku ingin punya anak dulu sebelum menggeluti dunia parfum lebih dalam."     

"Karena hari ini kamu libur, maukah kamu menemani ibu ke taman? Apakah ibu sudah bilang bahwa hadi ini mendung dan besok akan turun hujan? Aku sudah meminta seseorang untuk memindahkan bunga-bunga dan pohon di taman," kata Diana.     

"Sudah lama aku tidak bekerja. Sekarang, aku sangat bersemangat." Anya merindukan hari-hari di mana ia bekerja di taman bersama dengan ibunya. Pekerjaan itu memang sangat berat dan melelahkan, tetapi ia selalu bahagia.     

Hari ini, Anya dan ibunya menyibukkan diri di taman. Setelah memindahkan semua bunga dan pohon, ia menjual tanaman-tanaman yang tersisa.     

Sebelum hari semakin gelap, mereka sudah menyelesaikan semua tugas mereka. Anya bahkan tidak meninggalkan apa pun. Ia menggali semua ubi yang ia tanam untuk dibawa pulang.     

Malamnya, Aiden pulang saat Anya sedang mandi.     

Hana menyambut kedatangan Aiden dan menceritakan kegiatan mereka hari ini dengan gembira. Ia mengatakan bahwa Anya sangat cekatan dan pekerja keras. Semua tanamannya telah dipindahkan dan dijual hanya dalam waktu singkat.     

Ia juga menceritakan bahwa Anya memindahkan pohon bergamot di taman rumah. Aiden melihat pohon tersebut dan menyadari bahwa itu adalah tanaman cinta Anya dan Raka.     

Ia ingat Raka juga pernah memberi Anya buket bergamot. Memikirkan hal ini, suasana hati Aiden langsung memburuk.     

Ya. Sang CEO sedang kesal karena sebuah pohon di taman rumahnya.     

Setelah mandi, Anya langsung turun untuk makan malam. Ia melihat suaminya sedang berdiri di dekat jendela, memandang ke arah luar.     

Ia berjalan dan melongok ke luar jendela, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. "Apa yang kamu lihat?"     

"Aku melihat pohon cintamu dan Raka. Pohon di mana kamu berciuman dengannya," suara Aiden terdengar dingin.     

Anya langsung tertawa mendengar kata-kata suaminya. "Apakah kamu cemburu?"     

Aiden mengangkat alisnya dengan kesal. Apakah ini saatnya untuk tertawa?     

Aiden bahkan tidak mengelak pertanyaan Anya. Bahkan seorang CEO perusahaan besar sekalipun memiliki hak untuk cemburu.     

"Pohon itu sudah mati karena disambar petir. Tepatnya beberapa hari setelah aku dan Raka berpisah," kata Anya.     

"Apakah ini bukan pohon yang sama?" tanya Aiden dengan curiga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.