Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Memiliki Bukti



Tidak Memiliki Bukti

0"Ibu, apakah Anya datang mengunjungi ibu hari ini?" tanya Natali dengan panik.     

Namun, Mona sama sekali tidak khawatir. Ia malah berkata dengan tenang. "Ia datang tadi. Tapi aku tidak sebodoh ayahmu. Aku tidak akan membiarkan ia merekamku. Ia tidak membawa tas. Ia tidak menggunakan aksesoris di tangan atau lehernya, tidak ada kancing di bajunya dan tidak menggunakan anting. Aku juga menyuruhnya untuk mematikan ponselnya di hadapanku untuk memastikan bahwa ia tidak merekamku," kata Mona. Ia merasa seperti wanita paling pintar di tempat itu.     

Natali menghela napas lega setelah mendengar kata-kata ibunya. "Untung saja ibu sangat cerdas. Ayah terlalu bodoh sehingga pembicaraan mereka direkam. Sekarang kita bisa menyangkalnya karena Anya tidak memiliki bukti apa pun."     

"Tidak usah panik. Kamu akan bertunangan dengan Raka. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi. Anya hanya ingin menyeretku ke dalam skandal ini agar namanya kembali bersih," dengus Mona dengan sinis.     

"Sekarang semua orang di internet menyalahkanmu dan nama Anya kembali bersih. Kita tidak bisa membiarkan ini …" kilau licik terlihat di mata Natali.     

"Tentu saja aku tidak akan membiarkannya begitu saja," Mona duduk di tempatnya. "Rekam ibu dan kirimkan ke internet. Aku ingin nama Anya kembali hancur."     

"Bagus," Natali mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam ibunya.     

"Selamat malam, semuanya. Aku Mona Tedjasukmana ingin memberi klarifikasi. Aku baru saja terluka karena putri tiriku dan sekarang ia ingin menuduhku mencuri resep parfum ibunya. Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu? Selain itu, Diana sudah bercerai dari suamiku lebih dari sepuluh tahun. Mana mungkin suamiku masih menyimpan barang milik mantan istrinya?"     

Setelah mengatakannya, Mona menundukkan kepalanya, berpura-pura sedih. Dan setelah ia mengangkat kepalanya lagi, matanya dipenuhi dengan air mata.     

Mona melanjutkan dengan suara tercekat. "Hari ini, aku akan mengatakan kebenarannya. Suamiku dipaksa untuk mengatakan hal itu oleh Anya. Ia memaksa ayahnya yang sedang sakit untuk membelanya dan menuduhku. Aku harus membuat semua orang tahu wajah Anya yang sesungguhnya."     

Rekaman itu disebarkan melalui media sosial milik Natali.     

"Tidak! Apakah benar Deny dipaksa oleh Anya?"     

"Benarkah Anya bisa melakukan hal seperti itu? Aku dengar, ia mengusir Deny, Mona dan Natali dari rumahnya dan menjual rumah itu."     

"Ini sungguh menarik! Siapa yang plagiat sebenarnya? Anya atau Imel?"     

"Sebenarnya milik siapakah formula parfum itu?"     

…     

Internet begitu dihebohkan oleh berita ini, tetapi Imel tetap tenang seperti gunung yang tak tergoyahkan. Dalam masalah ini, Mona lah yang jauh lebih khawatir darinya.     

Ditambah lagi, banyak merk parfum yang membeli resep parfum milik orang lain. Amore sama sekali tidak bersalah atas hal ini.     

Selain itu, di dalam resep yang ia beli tidak ada tanda tangan Diana sehingga bisa dibilang Imel sama sekali tidak mengetahui bahwa parfum itu adalah buatan Diana. Bisa saja ia mengatakan bahwa resep itu ia dapatkan dari parfumeur yang tidak dikenalnya.     

Mona merasa begitu senang ketika melihat rekamannya menjadi trending di internet dan beberapa orang mulai mempertanyakan Anya.     

"Ibu, apakah kita harus menambahkan api lagi?" Natali merasa ini adalah kesempatan yang tepat untuk menghancurkan Anya.     

"Ya! Ayo kita buat satu rekaman lagi," kata Mona.     

Natali hendak merekam ibunya ketika Raka tiba-tiba saja menelepon.     

"Natali, hapus rekaman itu sekarang!" Raka meraung dengan keras dari telepon.     

"Raka, aku tidak mengerti. Rekaman apa yang kamu maksud?" Natali berpura-pura bodoh.     

"Kita akan segera bertunangan. Mengapa kamu malah melakukan hal seperti ini? Kamu tahu betul kebenarannya, tetapi mengapa kamu membantu ibumu untuk membuat rekaman yang memutarbalikkan fakta. Kebohonganmu akan terbongkar suatu hari nanti. Setelah itu apa yang mau kamu lakukan?" kata Raka dengan dingin.     

"Apa yang ibuku katakan memang benar. Anya memang memaksa ayah untuk membelanya agar namanya kembali bersih," balas Natali dengan nada yang sama tingginya.     

"Kalau kamu masih keras kepala dan sesuatu terjadi nanti, jangan salahkan aku," Raka mengakhiri panggilan tersebut dengan marah.     

Natali melihat ponselnya dan air matanya mengalir setelah mendengar Raka memarahinya. "Ibu, Raka marah padaku. Biarkan aku menghapus rekamannya."     

"Itu karena Raka masih mengharapkan Anya. Ketika reputasi Anya hancur, ia akan tahu bahwa kamu adalah wanita terbaik," Mona sudah memutuskan untuk menghancurkan Anya saat ini juga.     

"Baiklah kalau begitu," Natali mendengarkan kata-kata ibunya dan mulai merekam video lainnya.     

"Aku yakin masih banyak orang yang tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Aku ingin menceritakan masa laluku. Ketika aku sedang hamil lima bulan, Anya yang masih berusia sepuluh tahun mendorongku dari tangga sehingga aku keguguran. Setelah itu, aku tidak bisa memiliki anak lagi. Penampilan Anya memang terlihat sangat polos, tetapi hatinya sangat keji. Ia membenciku sebagai seorang ibu tiri, tetapi yang ada di dalam kandunganku adalah adiknya. Bagaimana bisa ia berbuat sekejam itu?"     

"Wanita tercantik dan murid terpintar di kampus yang belajar dengan giat dan bekerja keras untuk keluarganya hanyalah sebuah ilusi. Anya adalah ular yang sangat licik. Sepuluh tahun lalu, ia membunuh putraku dan membuatku selamanya tidak bisa memiliki anak lagi. Sepuluh tahun kemudian, ia merebut tunangan putriku dan mengusir kami semua dari rumah Keluarga Tedjasukmana. Meski aku sudah tua, ia tetap melukaiku dan membuatku harus tinggal di rumah sakit hingga sekarang."     

"Mengapa semua ini terjadi padaku? Ia yang mencontek resep parfum itu dan mempermalukan dirinya sendiri, tetapi ia melemparkan semua kesalahannya padaku. Mengapa? Kami semua diusir dari rumah olehnya dan kami bersedia untuk keluar asalkan Anya mau pergi dari kehidupan kami. Selama seumur hidupku, aku tidak ingin berhubungan dengan wanita itu. Tolong jangan tertipu oleh wajah polosnya."     

Mona mengatakannya dengan sakit hati dan bersimbah air mata. Semua orang yang melihat rekaman tersebut langsung tersentuh.     

Setelah melihat rekaman Mona, Nico tidak bisa duduk diam lagi. Ia langsung pergi ke rumah Aiden untuk menemui Anya. "Bibi, kalau ibu tirimu masuk ke dalam dunia entertainment, sepertinya ia tidak perlu ikut kelas akting untuk memainkan peran jahat. Ia memiliki kemampuan yang sangat alami."     

Begitu masuk ke dalam rumah, Nico malah melihat Aiden dan Anya sedang makan malam dengan santai, tanpa khawatir sedikit pun.     

"Bisa-bisanya kalian makan dengan santai! Apakah kalian tidak sadar bahwa internet sedang heboh?" kata Nico dengan heran.     

"Semakin heboh akan lebih baik," kata Anya dengan tidak peduli."     

"Bu Hana, tolong ambilkan piring dan sendok garpu untuk Nico," kata Aiden.     

"Tuan Nico datang. Apakah Anda sudah makan!" tanya Hana dengan ceria.     

"Bu Hana, aku benar-benar merindukan masakanmu sehingga aku datang dengan perut kosong!" Nico tertawa dan menarik salah satu kursi untuk duduk.     

Hana langsung membawakan sendok, garpu dan piring ke hadapan Nico. Setelah itu, Nico langsung ikut menyantap makanan yang ada di hadapannya.     

Anya tertawa melihat Nico dan sengaja berkata, "Nico, kamu datang ke sini karena khawatir padaku atau karena kamu ingin makan?"     

"Tentu saja karena aku khawatir pada bibi! Kita adalah keluarga," Nico langsung bereaksi dengan cepat meski mulutnya masih penuh dengan nasi.     

Melihat kelakuan Nico, Anya kembali tertawa. Ia sama sekali tidak terlihat khawatir meski semua orang sedang menghina dan mencacinya.     

"Makanlah. Setelah ini, akan ada pertunjukkan yang sangat menarik," Aiden makan dengan anggunnya dan sama sekali tidak terburu-buru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.