Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Musuh Bebuyutan



Musuh Bebuyutan

0"Parfum baru yang Amore keluarkan kemarin sama persis dengan resep parfum ibuku yang kamu temukan. Sama persis …"     

Wajah Deny terlihat sedikit berubah mendengar kata-kata Anya. "Anya, masalah ini memang kesalahan ayah. Aku tidak menjual formula tersebut. Istriku yang melakukannya di belakangku dan aku sama sekali tidak tahu. Ayah minta maaf atas perbuatannya. Bisakah kamu memaafkannya, apa lagi ia sedang terluka sekarang?"     

"Bu Mona menjual formula parfum ibuku pada Imel? Ia memberikannya langsung kepada Imel atau ia menghubungi orang lain dari Amore? Berapa uang yang ia dapatkan?" tanya Anya.     

"Mona tidak mengatakan berapa harga formula tersebut. Jangan salahkan dia. Mona marah karena ayah masih menyimpan formula parfum ibumu sehingga ia memfotonya dan mengirimkannya pada Imel. Mona memang bersalah. Tetapi kamu juga harus memahaminya. Karena kamu, ia tidak bisa memiliki anak lagi setelah keguguran. Itu sebabnya ia sangat membencimu dan ibumu," Deny mencoba untuk membela Mona.     

Ketika mendengar yang kebenarannya, Anya mengepalkan tangannya dengan marah. "Ayah, kamu juga menyalahkan aku atas apa yang terjadi waktu itu? Bu Mona memang hamil, tetapi ia menghajarku, memukuliku dan mengurungku di atas loteng. Ia bahkan tidak memberiku makan dan membiarkan aku kelaparan. Kalau aku tidak melawan, mungkin aku yang akan mati di tempat itu."     

Deny juga merasa sangat marah. Mungkin ini adalah waktunya untuk membuka semua cerita yang terpendam selama ini …     

"Anya, apakah kamu benar-benar berpikir bahwa kamu akan mati kelaparan padahal ayah masih ada di rumah itu? Walaupun kamu tidak mempercayai Mona, seharusnya kamu mempercayai ayah."     

Setelah mengatakannya, Deny menghela napas panjang, "Kalau kamu tidak melarikan diri, Mona tidak akan terjatuh dan tidak akan membencimu hingga seperti ini. Selama bertahun-tahun, kamu menyalahkan ayah karena tidak memedulikanmu dan ibumu. Aku juga kehilangan putraku. Siapa yang bisa merasakan rasa sakit yang kurasa? Setiap kali aku melihatmu, aku akan selalu teringat bahwa kamu lah yang telah membunuh putraku. Apa yang kamu inginkan lagi dariku?"     

"Ayah tahu bahwa Bu Mona tidak sengaja terjatuh sendiri. Tetapi ayah masih menyalahkan aku?"     

Mata Anya tanpa sadar memerah dan suaranya terdengar sedikit sengau. Ia berkata dengan marah karena merasa disalahkan atas apa yang bukan perbuatannya. "Sepuluh tahun yang lalu, kamu telah menghajarku hingga aku hampir mati, hingga hanya satu napas terakhirku yang tersisa. Semua ini sudah berakhir sepuluh tahun yang lalu. Tetapi Bu Mona masih membenciku, menjual formula parfum ibuku, mengirim seseorang untuk menculikku dan memaksaku untuk mendonorkan ginjalku. Berapa lama lagi kalian akan membenciku dan kapan kalian akan melepaskan aku?"     

"Formula itu sudah berada di tangan Imel. Aku minta maaf pada ibumu. Tetapi kamu juga memiliki kemampuan sendiri dan pasti bisa membuat parfum yang lebih baik. Jangan salahkan Mona. Aku akan mengawasinya lain kali dan tidak akan membiarkannya melakukan seenaknya lagi," Deny takut Anya akan melukai Mona. Sekarang Anya memiliki dukungan Aiden, sehingga Anya bisa berbuat apa pun.     

"Ayah, aku percaya padamu, tetapi aku tidak mempercayai wanita itu. Sepuluh tahun lalu, aku hanyalah anak kecil yang dipukuli hingga babak belur dan ingin melarikan diri untuk bertahan hidup. Bu Mona jatuh karena kesalahannya sendiri, tetapi ia begitu membenciku hingga saat ini. Kalau ia berbuat sesuatu lagi, aku tidak akan mengampuninya," setelah mengatakannya, Anya bangkit berdiri. "Beristirahatlah. Aku akan mengunjungimu lagi lain kali."     

"Anya, ayah minta maaf. Ambillah kembali cek ini," Deny mengeluarkan sebuah cek dari bawah bantalnya. Itu adalah cek hasil penjualan rumah Keluarga Tedjasukmana yang Anya berikan sebelumnya.     

Pada saat itu, Mona yang menerima uang tersebut. Tetapi sekarang Deny ingin mengembalikannya padanya.     

"Ibuku bilang bahwa rumah itu dari uang kalian berdua dan harus dibagi secara merata. Ambil saja uang itu. Ibuku tidak ingin berhubungan lagi dengan ayah. Aku pergi dulu," Anya tidak mengambil cek itu. Ia berbalik dan keluar dari kamar.     

Setelah keluar, Anya memegang pita yang menguncir rambutnya dan mematikan rekaman secara diam-diam.     

Ia akan mengirimkan file rekaman itu ke ponselnya dan kemudian ke Aiden. Setelah itu, ia berniat untuk mengunjungi kamar Mona. Akan lebih baik kalau Anya bisa memancing Mona untuk mengakui bahwa ia yang menjual formula parfum tersebut.     

Anya tidak tahu di mana kamar Mona, tetapi Raka pasti tahu. Setelah ia meninggalkan kamar Deny, ia langsung menelepon Raka.     

Raka dan Natali sedang membeli bunga di toko bunga depan rumah sakit. Mereka berencana untuk mengunjungi Mona sehingga mereka memilih bunga terlebih dahulu. Ketika melihat Anya meneleponnya, ia berkata pada Natali, "Natali, pilihlah bunganya yang bagus. Aku akan mengurus pekerjaanku sebentar."'     

"Cepat kembali," Natali mengangguk dan kembali memilih.     

Raka keluar dari toko tersebut dan menjawab panggilan tersebut. "Anya, ada apa? Apa yang bisa aku bantu?"     

"Kamu sedang berada di mana sekarang?" Anya tidak menjawab pertanyaan Raka.     

"Di toko bunga depan rumah sakit. Kami membeli bunga dulu sebelum mengunjungi Bibi Mona," kata Raka.     

"Aku ingin bertemu dengan Bu Mona terlebih dahulu. Bisakah kamu mengulur waktu dan membawa Natali pergi? Ngomong-ngomong, di mana kamar Bu Mona?" tanya Anya dengan tenang.     

Raka merasa khawatir terhadap Anya. Ia sudah melihat semua informasi yang beredar di internet. Walaupun ia tahu bahwa Aiden akan mengatasi semuanya, tetap saja Raka mengkhawatirkan Anya.     

Setelah memberitahu nomor kamar Mona pada Anya, Raka bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan terhadap berita di internet?"     

"Kalau aku bisa membuat Bu Mona mengakui semuanya, tidak akan ada masalah. Meski ia tidak mengakui bahwa ia menjual formula parfum ibuku pada Imel, aku tetap bisa menunjukkan bahwa aku tidak bersalah. Kamu tidak perlu khawatir. Tolong buat Natali sibuk selama setengah jam," Anya yakin Raka bisa membantunya.     

"Bibi Mona masih terluka dan belum sembuh. Ia terus menyalahkanmu atas semua ini. Berhati-hatilah," kata Raka.     

"Aku akan berhati-hati. Terima kasih," Anya menutup telepon tersebut dan langsung menuju kamar Mona.     

Mona juga sedang berada di rumah sakit yang sama dengan Deny sehingga mudah untuk mengunjunginya.     

Anya segera masuk ke dalam kamar Mona. Ketika perawat melihat kedatangannya yang mendadak, perawat tersebut terlihat sedikit terkejut. "Nona, siapa yang Anda cari?"     

"Apakah Bu Mona berada di kamar ini?" saat mengatakannya, Anya melihat ke dalam kamar dan menemukan seorang pria sedang duduk di kursi roda di samping jendela.     

Ketika mendengar suara Anya, Mona berbalik dan menatapnya dengan marah. Ternyata yang duduk di kursi roda tersebut bukan seorang pria melainkan Mona sendiri.     

"Dasar wanita murahan, beraninya kamu datang ke sini? Dasar tidak tahu malu!"     

"Aku rasa kamu yang tidak tahu malu. Aku dengar, saat kamu jatuh, operasi pada payudaramu juga rusak. Kamu sudah tua tetapi kamu tidak tahu malu dan berusaha untuk membesarkan payudaramu," kata Anya dengan sinis. Ia tidak akan membiarkan Mona begitu saja setelah menghinanya!     

"Kamu … Kamu hanya ingin membuatku marah kan!" wajah Mona terlihat memerah. Ia benar-benar merasa malu karena luka ini.     

Sekarang, ia harus menunggu hingga tubuhnya kembali pulih sebelum ia bisa melakukan operasi payudara lagi.     

Semua ini karena Anya, karena barang-barang yang Anya jatuhkan sehingga melukai tubuhnya dan payudaranya yang indah!     

Anya adalah musuh bebuyutannya. Ia telah membunuh putranya dan membuatnya tidak bisa mengandung lagi.     

Sekarang, ia mengusirnya dari rumah dan melukainya sehingga memikirkan namanya saja membuatnya murka dan ingin menghancurkannya.     

"Tidak peduli apa yang kamu katakan, kamu adalah istri ayahku. Aku sudah cukup baik mau mengunjungimu. Kamu salah paham terhadap niat baikku dan mengatakan bahwa aku hanya berniat untuk membuatmu marah," Anya mengabaikan perawat yang berada di dalam dan berjalan masuk. Membuat perawat itu memutuskan untuk keluar agar mereka berdua bisa berbicara secara pribadi.     

"Jangan sombong kamu," kata Mona dengan marah. "Apakah kamu tidak sadar bahwa semua orang sedang menghinamu. Hanya karena semua orang membencimu, kamu memutuskan untuk melampiaskan kekesalanmu kepadaku sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.