Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Buku Diary



Buku Diary

0"Ibu tidak bisa memberimu apa-apa. Satu-satunya yang bisa ibu lakukan adalah tidak mempermalukanmu. Walaupun kamu sudah menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya, setidaknya kita bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri," kata Diana sambil mengelus tangan putrinya dengan lembut.     

Anya tertawa kecil. "Ibu memang selalu benar. Kita harus bisa membiayai hidup kita sendiri dan membeli rumah kita sendiri."     

"Ya, aku juga akan bekerja keras. Nantinya, kalau kamu punya anak, aku akan tinggal di dekat rumahmu dan membantumu menjaga anakmu," Diana memikirkan masa depan Anya.     

"Aku akan memberimu cucu nanti. Kamu bisa mengajak mereka untuk mencabuti rumput liar, menanam bunga dan merasakan masa kecil seperti yang aku rasakan," membayangkannya saja sudah cukup indah bagi Anya.     

"Anak? Apakah ini rencanamu untuk punya banyak anak?" goda Diana.     

"Ibu! Jangan goda aku. Ayo pulang. Mataharinya sangat panas," wajah Anya memerah dan langsung mengalihkan topik pembicaraan.     

Setelah Aiden kembali di malam hari, Anya mengajaknya ke kamar dan memberitahunya mengenai rencana ibunya untuk membeli rumah tersebut.     

"Apakah aku tidak bisa memberi rumah kepada ibumu untuk tempat tinggal hari tuanya?" Aiden merasa bingung. "Aku juga ingin berbakti pada ibumu, bukan bermaksud untuk tidak menghormati kalian."     

"Aku tahu dan kami menerima kebaikanmu. Tetapi ibuku dan aku berpikir kalau kita harus membeli rumah itu sendiri. Setelah kita membeli kebun apel, sisa uangnya mungkin tidak akan cukup untuk membeli rumah itu. Kalau kamu tidak membutuhkannya, bisakah kamu memberiku diskon?" kata Anya sambil tersenyum.     

"Temani aku malam ini dan aku akan memberimu diskon," Aiden mendekati Anya dan tatapannya terlihat menggoda.     

"Lagi? Tidak! Seharian ini pinggangku sangat sakit," kata Anya. "Meski kamu memberiku diskon sekali pun aku tidak akan membelinya!"     

"Aku akan menyuruh Harris untuk mengaturnya dan menjual rumah itu dengan harga termurah yang bisa dicapai," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Aku akan menunggu kabar darimu!" Anya langsung terlihat bersemangat mendengarnya.     

Aiden memeluk pinggang istrinya dan berkata dengan lembut, "Apakah kamu lelah semalam?"     

"Mengapa aku takut mendengar kamu menanyakan hal itu?" Anya menatap Aiden dengan tatapan memelas.     

Aiden hanya terkekeh melihatnya. "Apakah pinggangmu sakit?" Aiden memijat pinggang Anya dan menyuruhnya untuk ke tempat tidur. "Berbaringlah di tempat tidur, aku akan memijatmu."     

"Apakah ini keuntungan menjadi Nyonya Atmajaya?" Anya tertawa kecil dan langsung berbaring di tempat tidur dengan patuh, menunggu suaminya memijat pinggangnya.     

Aiden memijat pinggang Anya dengan lembut, tidak menggunakan terlalu banyak kekuatan agar istrinya itu tidak kesakitan. Rasa sakit yang dirasakan Anya langsung berkurang drastis.     

"Apakah masih sakit?" Aiden menelan ludahnya berulang kali, terlihat seperti menahan gairah karena sedang memegang tubuh istrinya. Tetapi ia harus menahan diri …     

"Tidak sakit lagi! pijatanmu memang hebat!" kata Anya dengan senang.     

"Kalau sudah tidak sakit lagi, itu artinya …" tangan Aiden yang memijat pinggang Anya berhenti dan langsung memutar tubuhnya. Anya merasa bingung saat melihat sekarang punggungnya yang berbaring di tempat tidur.     

"Aiden! Dasar kamu serigala!" gerutunya dengan kesal.     

"Kali ini, aku janji pinggangmu tidak akan sakit," Aiden mengecup bibir Anya, kemudian membalikkan tubuhnya sekali lagi. Ia memeluk Anya dengan erat dari belakang, menggunakan posisi yang baru agar istrinya tidak kesakitan.     

Setelah beberapa saat, Anya berbaring di tempat tidur dengan lemah dan berkata dengan kesal. "Dasar kamu jahat! Serigala kelaparan. Aku benci kamu."     

"Apakah pinggangmu masih sakit? Aku akan memijatmu lagi," Aiden hanya tertawa mendengar omelan Anya.     

"Sekarang lututku yang sakit! Kamu jahat," keluh Anya.     

Aiden menahan senyum di bibirnya. "Aku takut kamu akan sakit pinggang lagi, jadi aku memilih posisi lain."     

"Apakah aku harus berterima kasih karena kamu sangat perhatian pada pinggangku? Sekarang lututku yang sakit," omel Anya tanpa henti.     

Bukankah ia dan Aiden melakukan ini bersama-sama? Tetapi mengapa hanya Anya yang merasakan sakit pinggang dan sakit lutut? Mengapa Aiden tidak merasakan apa pun?     

Ia bahkan terlihat masih bugar dan penuh semangat.     

Ini tidak adil!     

Kali ini, Aiden memijat lutut Anya dan berkata, "Hasil penjualan produk baru di Amore sangat bagus dan tidak ada masalah dalam produknya. Produk tersebut sudah diuji. Sepertinya Ivan tahu bahwa Imel telah mencuri formula itu dan menyuruhnya untuk memodifikasinya."     

"Itu adalah resep ibuku. Imel tidak tahu bagaimana cara membuat parfum," kata Anya dengan kesal.     

"Aku juga sudah melihat hasil penjualan Iris kemarin dan kamu menang darinya," Aiden menyentil dahi Anya dengan lembut.     

"Apa katamu?" Anya mengedipkan matanya. Ia tidak bisa mempercayai telinganya!     

"Hasil penjualan Iris lebih besar dibandingkan Amore. Semua produk baru dan produk pemesanan di website juga sudah terjual habis. Imel memang mencuri resep itu darimu, tetapi ia juga kalah darimu," kata Aiden.     

Anya mengerutkan keningnya dan berkata, "Mengapa kamu memberitahuku berita baik ini di atas tempat tidur? Bukankah aku sudah membayarmu semalam?" Aiden benar-benar seperti serigala yang tidak kenal kenyang. Ia bahkan masih mau bercinta lagi setelah mereka menyelesaikan satu sesi.     

Aiden mengulurkan tangannya dan ingin menyentuh wajah Anya. Tetapi tanpa sadar, Anya mundur ke belakang karena takut pada suaminya sendiri.     

Tawa kecil terdengar dari mulut Aiden. "Setakut itu?"     

"Aku pusing," Anya menatap Aiden dengan memelas.     

"Ayo kita mandi dan kemudian turun untuk makan malam," Aiden mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menggendong Anya dan membawanya ke kamar mandi.     

Jam tujuh malam, mereka berdua turun untuk makan malam sambil bergandengan tangan.     

…     

Setelah makan malam, Aiden kembali ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Semnetara itu, Anya dan Diana sedang makan buah di sofa ruang keluarga dan berbincang-bincang.     

"Ibu, apakah ibu masih ingat Bu Esther? Bu Esther bilang akan ada kontes parfum di bulan Oktober ini. Ia diundang untuk menjadi juri dan memintaku untuk ikut serta. Batas pendaftarannya adalah besok," Anya menatap Diana dengan hati-hati. "Bolehkah aku ikut, Bu?"     

"Apakah kamu ingin ikut?" melihat ekspresi putrinya, Diana sudah tahu bahwa Anya ingin ikut.     

"Sebenarnya, mengapa selama ini ibu tidak mengijinkan aku untuk mengikuti kontes? Sekarang, aku sudah bekerja di dunia parfum. Aku rasa aku harus mulai mencari pengalaman," kata Anya.     

"Mengikuti kontes parfum memang menambah banyak wawasan dan pengalaman. Tetapi sebelumnya ibu tidak memiliki kemampuan untuk melindungimu. Itu sebabnya ibu tidak membiarkanmu untuk ikut dalam kontes semacam itu. Begitu seseorang mengetahui kemampuanmu, aku khawatir akan ada orang yang menyakitimu," kata Diana.     

Diana tahu sejak kecil, Anya memiliki indera penciuman yang luar biasa. Selama bertahun-tahun, ia telah membimbing dan melatih Anya untuk mempelajari berbagai rempah-rempah.     

Namun, Diana tidak memiliki kemampuan untuk melindungi Anya dari orang lain sehingga ia berusaha untuk menyembunyikan kemampuan Anya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk melindungi Anya dari orang-orang yang berniat jahat padanya.     

"Sekarang aku punya Aiden. Ia mendukungku untuk menjadi diriku sendiri, melakukan apa pun yang aku sukai dan membiarkan aku untuk menjadi wanita yang lebih baik. Dengan Aiden di sampingku, semuanya akan baik-baik saja," kata Anya, meyakinkan Diana. Ia benar-benar ingin mengikuti kontes ini.     

Hari ini, Esther mengirimkan pesan padanya, membujuknya untuk mempertimbangkan keikutsertaannya dalam kontes ini. Ditambah lagi, kontes parfum yang terkenal ini hanya diadakan tiga tahun sekali.     

Kalau ia melewatkan kesempatan ini, Anya harus menunggu tiga tahun lagi.     

"Kalau kamu ingin mencobanya, ibu akan memberi ijin," Diana yakin Aiden bisa melindungi Anya. Ia tahu bahwa menantunya itu benar-benar mencintai putrinya, seperti ia mencintai Anya.     

Wajah Anya langsung terlihat gembira. "Terima kasih ibu! Aku akan berusaha yang terbaik."     

Diana mengangguk melihat putrinya sambil tersenyum. "Apakah kamu masih menyimpan buku diary ibu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.