Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidur Denganku Semalam



Tidur Denganku Semalam

0"Ya, ia memiliki hubungan yang baik dengan Tuan Aiden. Baik suami dan istri memiliki kemampuan dan penampilan yang luar biasa. Suatu hari nanti, keturunan mereka juga pasti akan luar biasa," kata Heru.     

"Keturunan? Benar juga. Anya juga sudah menginjak usia 20. Sudah waktunya ia punya anak. Tetapi ia masih belum lulus kuliah. Kalau saja Ivan dan Keara bisa segera menikah, mereka pasti akan segera memiliki anak," kata Bima.     

"Karena kesehatannya, Tuan Ivan masih belum berencana untuk menikah," kata Heru dengan jujur.     

"Ivan bilang padamu bahwa ia tidak mau menikah?" Bima menoleh dan menatap Her.     

"Saya khawatir masalah Nona Nadine akan menjadi duri di hati Nyonya Maria. Tidak baik jika Tuan Ivan cepat menikah. Bagaimana pun juga, kalau memang menghilangnya Nona Nadine ada hubungannya dengan Nona Keara, maka …"     

"Keara terlalu cerdas. Terlalu cerdas bukanlah hal yang bagus …" Bima menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang.     

"Tuan, hari ini mall mengadakan kissing contest. Selain hadiah uang dan kupon, pemenangnya juga akan mendapatkan parfum dari Nyonya Anya. Saya khawatir, tidak mudah untuk menjelaskannya pada Nyonya Imel," kata Heru, mengingatkan Bima. Itu karena mall ini merupakan milik perusahaan Atmajaya. Tetapi Perusahaan Atmajaya lebih memilih untuk mendukung Anya dibandingkan imel.     

"Selama bertahun-tahun, aku sudah membantu Imel. Apakah ia tidak tahu? Aku membantunya untuk menekan orang hebat seperti Diana. Sekarang, biarkan saja kalau Aiden ingin membantu Anya. Terkadang aku juga merasa bersalah pada anak itu," kata Bima.     

"Ledakan yang terjadi sepuluh tahun lalu benar-benar kecelakaan.kalau saja Anda tidak membantu Nyonya Imel, ia akan berakhir. Anda tidak melakukan apa pun pada Nyonya Diana sehingga Anda tidak perlu merasa bersalah pada Nyonya Anya. Anda hanya membantu Nyonya Imel setelah kejadian itu," kata-kata yang diucapkan Heru selalu meyakinkan.     

"Ayo pulang. Kalau Anya ingin membalas dendam untuk ibunya, biarkan saja. Aku juga ingin melihat seberapa kuatnya anak itu. Mengenai Imel, ia sudah punya dasar yang kuat. Kalau memang ia dikalahkan oleh Anya, itu artinya ia tidak memiliki kemampuan yang cukup," Akhirnya Bima memutuskan.     

Setelah jam 12 malam nanti, ia bisa melihat hasil penjualan Amore dan juga Iris.     

…     

Hari ini, mall tersebut mengadakan banyak acara. Di siang hari, Anya menyempatkan diri untuk makan siang, bergantian dengan para pegawai lainnya. Mila juga sedang makan bersama dengannya.     

"Anya, apakah Tuan Aiden sudah mengatakan bahwa kita akan menyedikan hadiah untuk kissing contest yang diadakan oleh mall? Tuan Aiden meminta kita untuk bekerja sama dengan acara yang diadakan oleh mall dan tidak boleh menolak," kata Mila.     

Anya langsung senang mendengarnya. "Tentu saja, itu bukan masalah. Hanya dengan hadiah dan kupon, kita bisa mendapatkan iklan gratis agar Iris semakin dikenal oleh banyak orang. Ini adalah kesempatan yang bagus!"     

"Kita akan selalu mengikuti pengaturan dari bos seperti Tuan Aiden. Bu Esther bilang hari ini kalau penjualan Iris mencapai target, semua pegawai akan mendapatkan bonus," kata Mila dengan senang.     

"Kalau begitu, ayo cepat kita selesaikan makan siang dan kembali bekerja. Kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin," kata Anya dengan semangat.     

"Jangan khawatir. Tidak akan ada masalah," Mila menyelesaikan makannya dan keluar terlebih dahulu, membiarkan Anya makan dengan tenang.     

Setelah makan siang, Anya mengeluarkan ponselnya dan melihat layarnya. Aiden tidak datang hari ini. Ia bahkan tidak meneleponnya.     

Tetapi setidaknya, suaminya itu sudah memberikan dukungan dengan membukakan jalur untuk mengiklankan Iris melalui acara yang diadakan oleh mall. Mendapatkan dukungan dari orang tercintanya, sudah sangat cukup untuk Anya.     

Anya tidak tahu apa yang Aiden sibuk kerjakan sekarang, tetapi saat mengingat bahwa Aiden berjanji untuk pulang lebih awal dan menemaninya di hari yang penting ini, ia yakin Aiden akan pulang cepat meski sedang sibuk sekali pun.     

Memikirkan hal ini, Anya memutuskan untuk menyibukkan dirinya juga.     

Jam 10 malam, Anya mendapatkan panggilan dari Aiden. Suaranya yang hangat terdengar dari seberang telepon. "Nyonya Atmajaya, sudah waktunya untuk pulang kerja."     

"Apakah kamu sudah pulang? Aku akan segera pulang. Tetapi sebelumnya, aku ingin mengunjungi ibuku sebentar di rumah sakit," kata Anya.     

"Aku sudah membawa ibumu pulang ke rumah. Cepat pulanglah, aku menunggumu di mobil," kata Aiden.     

Anya terkejut mendengarnya dan langsung bertanya, "Ibu masih belum sadar. Apa bisa ia keluar dari rumah sakit?"     

"Cepat pulang dan lihat keadaan ibumu," setelah mengatakannya, Aiden menutup telepon.     

Anya begitu khawatir. Bagaimana kalau ada sesuatu yang terjadi pada ibunya karena dibawa pulang ke rumah dalam keadaan koma?     

Anya langsung mengganti bajunya dan berpamitan pada Mila sebelum bergegas keluar dengan tergesa-gesa.     

Ia berlari ke depan pintu mall dan melihat mobil Aiden sudah menunggunya. Pengawal yang menyetir mobil tersebut langsung keluar dari membukakan pintu untuk Anya, "Nyonya, Tuan sudah menunggu Anda di dalam."     

Anya langsung masuk ke dalam mobil, tetapi sebelum ia duduk, Aiden langsung menarik tubuhnya.     

"Apakah kamu merindukanku?" Aiden memegang wajahnya dan bertanya dengan lembut.     

"Seharian ini aku tidak mendengar kabarmu. Apa yang kamu lakukan?" Anya melotot pada Aiden dengan kesal.     

"Ada rapat perusahaan di pagi dan siangnya aku pergi ke rumah sakit untuk konsultasi. Setelah itu, aku bertemu seseorang sebelum menjemputmu," kata Aiden, menjelaskan apa yang ia lakukan seharian.     

Anya langsung menangkap informasi penting. "Apakah kamu berkonsultasi untuk membawa ibuku pulang hari ini?"     

"Hmm … Jadi kamu bisa tenang karena ibumu aman di rumah," tangan Aiden memegang pinggang Anya dngan erat. "Apakah kamu tidak ingin tahu siapa yang aku temui?"     

"Siapa yang kamu temui?" tanya Anya.     

"Keara," jawab Aiden.     

Anya terdiam sejenak, "Mengapa kamu bertemu dengannya?"     

"Sebelum Raisa pergi ke luar negeri, ia memberikan sebuah foto pada Keara. Dan aku memintanya kembali," kata Aiden dengan tenang.     

Alis Anya saling bertaut. Untuk menyelamatkan Raisa, Raka sampai harus menjual tanah di pusat komersial pada Aiden.     

Walaupun tindakan Aiden yang memaksanya untuk langsung pergi ke luar negeri kedengaran keterlaluan, sebenarnya apa yang Raisa lakukan lebih keterlaluan lagi.     

Namun, sebelum pergi, ia malah ingin bekerja sama dengan Keara dan melakukan hal jahat lagi.     

Anya merasa bahwa foto yang disebutkan ini tidak bagus.     

"Foto apa?" intuisi Anya mengatakan bahwa foto yang disebutkan oleh Aiden itu pasti ada hubungannya dengannya.     

"Fotomu dan Raka saat di rumah sakit, saat kamu tidur di tempat tidurnya. Aku tidak menyangka Raisa memiliki cara lain untuk mendapatkan foto itu," Aiden memegang dagu Anya dengan lembut. "Anya, seharusnya kamu bersyukur. Kamu menemukan suami yang baik, tidak hanya percaya padamu, tetapi juga bersedia untuk membantumu mengatasi foto 'ranjang' itu untukmu."     

Wajah Anya langsung memerah dan ia berusaha untuk menjauh dari Aiden dengan merasa bersalah. "Aku dijebak saat itu. Foto itu palsu."     

"Foto itu bukan hasil editan dan benar-benar nyata. Kamu tidak bisa menyebutnya sebagai foto palsu. Siapa yang akan percaya padamu kalau foto semacam itu beredar di internet?" kata Aiden dengan suara dingin.     

Anya menatap Aiden dengan mata terbelalak. "Apakah Keara mengembalikan fotonya kepadamu?"     

"Ia menghapus fotonya di hadapanku dan berjanji tidak akan menyebarkannya," kata Aiden.     

"Ia tidak akan setuju semudah itu. Apa syaratnya?" tanya Anya dengan curiga.     

"Ia ingin tidur denganku semalam," kata Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.