Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Teman Sekelas



Teman Sekelas

0"Nyonya Atmajaya, aku dengar kamu memiliki kekasih masa kecil yang lain lagi?" kata Aiden dari seberang telepon.     

Anya terbatuk pelan untuk menutupi rasa malunya saat mendengar pertanyaan Aiden. Mengapa Aiden bereaksi sangat cepat.     

Mendengar pertanyaannya, sepertinya ia sudah tahu bawa Ivan menyukainya.     

"Mengapa kamu tidak menjawab?" Aiden tidak mendengar respon Anya sehingga ia bertanya lagi.     

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan karena aku juga baru tahu," Anya menjulurkan lidahnya ke arah telepon dan memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.     

"Keara pasti sangat membencimu sekarang. Kamu harus berhati-hati saat bepergian," kata Aiden dengan sengaja.     

Anya mengerutkan keningnya, "Mengapa aku merasa kamu gembira?"     

"Benar," Aiden mengakuinya.     

"Aku tidak melakukan apa pun, tetapi aku telah membuat Keara murka. Aku tidak tahu apa yang ia rencanakan kepadaku. Tetapi mengapa kamu malah senang?" gerutu Anya.     

"Ivan dan Raka menyukaimu, tetapi pada akhirnya aku lah yang mendapatkanmu. Bagaimana mungkin aku tidak senang? Kamu memang ditakdirkan untuk menjadi milikku," kata Aiden dengan suara yang penuh kepuasan.     

"Ya ya ya, Tuan Atmajaya, kamu lah pemenangnya. Perlakukan Nyonya Atmajaya dengan baik kalau begitu," kata Anya dengan setengah bercanda.     

"Apakah Tuan Atmajaya tidak cukup baik?" Aiden mendengus.     

Anya menahan senyum di bibirnya. Baru saja Aiden merasa sangat senang, sekarang ia sudah bersungut-sungut lagi.     

"Tuan Atmajaya sangat baik, tetapi aku rasa bisa jauh lebih baik lagi," kata Anya, terus menggodanya. "Suamiku, aku merindukanmu."     

Ketika mendengar hal ini, hati Aiden langsung terasa hangat, "Cepatlah ke sini. Aku sudah menyiapkan makanan yang enak."     

"Aku akan segera tiba," Anya menutup teleponnya sambil tersenyum.     

Mendengar nada suara Aiden, Anya merasa lega karena ia tidak terlalu mempermasalahkan masa lalunya dengan Ivan.     

Sejak awal, Aiden memiliki hubungan yang tidak baik dengan Ivan. Anya harus lebih berhati-hati. Kalau ia berhati-hati dan tidak membuat Aiden kesal, Aiden bisa menjadi suami yang sangat luar biasa. Tetapi sebaliknya, saat marah ia juga sangat menyeramkan.     

Aiden bisa memanjakannya hingga membelikan apa pun yang ia inginkan di dunia ini. Tetapi Anya tidak berani menguji kesabaran suaminya.     

Pada pukul dua siang, Anya tiba di perusahaan Atmajaya. Harris sudah menunggunya di lantai bawah. Setelah menyambut kedatangannnya, Harris langsung membawanya menuju ke lift khusus CEO.     

Di dalam lift, Anya teringat mengenai pertemuannya dengan Heru di rumah sakit dan berkata pada Harris. "Harris, aku bertemu dengan Asisten Heru di rumah sakit. ia pergi untuk mengunjungi Ivan."     

Harris mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apakah ia bersama dengan Tuan Bima?"     

"Tidak. Ia datang sendiri," jawab Anya.     

"Saya juga baru menemukan bahwa Heru dan Imel adalah teman sekelas dulunya," kata Harris.     

Anya menatap Harris dengan terkejut. "Berarti benar Heru memiliki hubungan dengan Imel?"     

"Benar," Harris mengangguk. "Berita dari kantor polisi menunjukkan bahwa orang yang menculik Anda adalah organisasi ilegal yang terlibat dalam jual beli organ. Nyonya Mona membayar biaya yang tinggi untuk mencari ginjal yang sesuai dengan suaminya dan orang-orang itu sengaja menyerangmu."     

"Jadi, tidak ada cara untuk membuktikan bahwa Bu Mona yang melakukannya?" Anya merasa kecewa.     

Walaupun ia yakin betul bahwa Mona lah yang melakukan ini padanya, sepertinya Mona sudah mempersiapkan semuanya sehingga memiliki bukti-bukti yang cukup untuk membela dirinya.     

"Ya," Harris mengangguk. "Ia tidak akan membiarkan Anya menjebloskannya ke dalam penjara."     

Anya hanya mengangguk.     

Ketika pintu lift terbuka, Anya melangkah keluar. Setelah berjalan hingga ke depan pintu kantor Aiden, ia berhenti melangkah sejenak.     

Ia mengatur perasaannya terlebih dahulu, menyunggingkan senyum di wajahnya, seolah tidak terjadi apa-apa.     

"Aiden, aku masuk ya!" Anya mengetuk pintu dan langsung masuk tanpa menunggu jawaban Aiden.     

Ketika melihat beberapa orang di dalam kantor tersebut, Anya merasa sangat malu. kalau ia tidak melihat Aiden di sana, ia pasti sudah berpikir bahwa ia memasuki ruangan yang salah.     

"Maaf, aku tidak tahu kamu sedang rapat. Lanjutkan saja!" Anya meringkuk mundur dengan canggung. Saat ia hendak keluar, Aiden menghentikannya.     

"Kembalilah," kata Aiden.     

Langkah Anya terhenti. Pada saat-saat seperti ini, Anya merasa lebih baik diusir keluar dari tempat tersebut.     

Tetapi ia tidak berani menentang Aiden. Bagaimana kalau suaminya itu marah karena ia tidak menurutinya?     

"Kamu sedang sibuk. Aku bisa kembali lagi nanti," kata Anya sambil menghampiri Aiden.     

Aiden mengulurkan tangannya dan memegang tangan kecil Anya. Kemudian ia berkata dengan suara lembut. "Makanlah dulu. Aku akan segera selesai."     

Anya mengangguk dengan patuh dan menatap para petinggi perusahaan yang sedang berdiri di depan meja Aiden. Ia segera melewati orang-orang ini dengan canggung.     

Anya segera menyiapkan meja dan menata semua makanannya.     

Aiden mendengarkan laporan dari para bawahannya seolah tidak ada yang terjadi. Sesekali, ia akan menatap ke arah Anya, memastikan bahwa Anya baik-baik saja.     

Anya sudah selesai menyiapkan semuanya dan menatap Aiden. Aiden belum juga selesai, padahal ia sudah sangat lapar.     

Dengan pulpennya, Aiden segera menandatangani dokumen yang diberikan oleh orang-orang tersebut dan menyuruh mereka keluar.     

"Terima kasih, Tuan. Kami akan berusaha sebaik mungkin."     

Anya mendengar nada mereka yang begitu gembira. Tidak tahu apa yang Aiden lakukan, tetapi sepertinya Aiden membuat para bawahannya itu begitu senang.     

Setelah orang-orang itu keluar, ruang kantor Aiden menjadi sepi.     

Anya bangkit berdiri dan menghampiri Aiden. "Suamiku, aku sudah lapar!" katanya dengan manja.     

"Aku juga lapar," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Lalu apa yang kamu tunggu? Ayo makan!" kata Anya dengan semangat. "Bu Hana sudah membuatkan berbagai masakan enak."     

"Tetapi aku hanya ingin kamu!" Aiden mengulurkan tangannya dan memeluk Anya ke dalam pangkuannya. Sebelum ia bisa bereaksi, Aiden sudah mencium bibirnya.     

Anya datang untuk makan, tetapi mengapa ia malah seperti domba yang mengantarkan dirinya ke pangkuan serigala yang kelaparan?     

Ia merintih pelan, tetapi Aiden seolah tidak bisa mendengarnya. Ia terus mengulum bibir Anya lebih dalam dan lebih dalam lagi.     

Hingga wajah Anya memerah, akhirnya Aiden melepaskannya.     

Anya merasa kakinya lemas dan ia menyandarkan seluruh tubuhnya ke pelukan Aiden. Ketika ia mengangkat kepalanya, ia melihat Aiden sedang tersenyum padanya.     

"Aku membencimu," gerutu Anya, memukul dada Aiden dengan lembut.     

Aiden memegang tangan kecil Anya. "Apakah kamu sudah mendaftarkan program magangmu?"     

"Sudah. Tetapi aku tidak tahu kapan akan diterima," kata Anya.     

"Kamu bisa beristirahat beberapa hari. Setelah bulan oktober nanti, kamu bisa melapor ke kantor," kata Aiden. Ia menggendong Anya dan membawanya menuju ke meja makan.     

Akhirnya waktunya untuk makan!     

Anya sudah siap untuk menyantap makanan buatan Hana yang lezat. Tetapi tiba-tiba saja Aiden bertanya, "Kalau kamu tidak berhubungan dengan Raka, apakah kamu akan berkencan dengan kakakku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.