Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kotoran



Kotoran

0"Aiden, apakah kamu sudah memberitahu ayah mengenai rencana magangku di perusahaan Atmajaya?"     

Saat pergi mengunjungi Ivan di rumah sakit siang nanti, ia akan bertemu dengan Bima. Kalau memang Aiden belum memberitahu ayahnya, ia berniat untuk meminta ijin saat bertemu dengannya nanti.     

"Aku sudah bilang padanya. Kamu tidak perlu khawatir. Pengawalku akan menjemputmu dari kampus nanti siang," setelah mengatakannya, mobil mereka berhenti di gerbang kampus Anya.     

Pengawal Aiden bergegas keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Anya.     

"Aku sudah sampai. Sampai ketemu nanti!" Anya tersenyum dan berpamitan pada Aiden.     

Aiden melihat banyak orang yang memandang ke arah mobil mereka sehingga ia memutuskan untuk tidak turun. Ia khawatir akan menyebabkan masalah yang tidak perlu pada Anya, jadi, ia langsung memerintahkan pengawalnya untuk berangkat.     

Anya melihat mobil Aiden hingga menghilang di kejauhan, baru ia berjalan menuju kampusnya.     

Setelah liburan semester, Anya berubah dari gadis kuliahan menjadi seorang istri.     

Tetapi saat melangkahkan kakinya ke kampus, ia masih sama seperti Anya yang dulu, Anya yang giat belajar untuk mencapai impiannya menjadi seperti ibunya.     

Saat berjalan memasuki kampus, banyak orang menunjuk ke arahnya. Tetapi ia sama sekali tidak peduli.     

Ia sudah menebak apa yang orang-orang itu katakan mengenai dirinya. Mereka mengatakan bahwa Anya adalah orang ketiga, perebut kekasih orang, yang menyebabkan Natali kehilangan tunangannya.     

Anya tidak mendengarkan omongan orang-orang tersebut.     

Setelah pertunangan Natali dengan Raka nanti, rumor itu dengan sendirinya akan meredup.     

Tetapi mungkin saat itu, Anya sudah tidak lagi datang ke kampus karena akan magang di tempat suaminya!     

Ini adalah hidupnya. Ia akan menjalani hidupnya seperti yang ia inginkan dan orang lain tidak memiliki hak untuk mengomentari hidupnya.     

Tetapi beberapa orang yang tidak tahu apa yang terjadi dengan tidak tahu dirinya membuka mulut mereka untuk mengkritik kehidupannya.     

Anya tidak berniat menjelaskannya pada orang-orang ini. Apa gunanya?     

Untung saja, jadwal magang sudah dekat.     

Pada pukul 12 siang, Anya merasa ragu apakah ia harus makan di kantin atau tidak. Ponselnya berdering dan pengawal Aiden datang untuk menjemputnya.     

Ia segera membawa tasnya menuju ke gerbang kampus.     

Di perjalanan, ia bertemu seorang 'teman', atau lebih tepatnya, teman Natali, Yura.     

Anya bertemu dengan Yura tiga tahun yang lalu. Saat ia pergi ke rumah Natali untuk meminjam uang, ia melihat Natali dan Yura sedang makan es krim di dekat jendela dan menertawakannya seperti orang bodoh.     

Hari itu, ia tidak hanya tidak bisa mendapatkan uang yang dipinjamnya, tetapi juga pulang dengan keadaan basah kuyup karena kedua orang tersebut.     

Yura bukanlah murid yang berprestasi dan seharusnya dengan nilainya yang sangat kurang, ia tidak akan bisa masuk ke dalam kampus ini. Kampus ini termasuk kampus yang ternama di kotanya dan semua lulusannya memiliki peluang karir yang bagus. Kalau bukan karena keluarganya, Yura tidak akan pernah bisa masuk ke kampus bergengsi seperti itu.     

Katanya, orang tua Yura menyumbangkan uang dalam jumlah besar untuk membangun gymnasium di kampus tersebut agar putrinya bisa terdaftar di sana.     

"Bukankah ini Anya? Kuliah baru saja dimulai, tetapi kamu sudah mau bolos?" Yura terkejut melihat Anya membawa tasnya dan hendak meninggalkan kampus pada siang hari seperti ini.     

Yura sedang bersama dengan beberapa teman-teman wanitanya. Sepertinya mereka ingin pergi ke kantin bersama-sama.     

Anya menatap Yura dengan dingin. Ia tidak lupa bagaimana gadis ini mempermalukannya tiga tahun lalu. Ia juga tidak lupa saat Yura dan Natali menyiramnya dengan air seperti seekor kucing jalanan.     

Hari itu, ia datang untuk bertemu dengan ayahnya. Tetapi dua orang ini malah mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin, membuatnya sakit.     

Pengawal yang menjemputnya sudah menunggu di depan gerbang. Anya tidak memedulikan Yura dan gengnya. Ia lanjut berjalan.     

"Anya, apakah kamu terburu-buru untuk bertemu dengan seorang pria?" sindir Yura saat melihat Anya mengabaikannya.     

Sejak pagi, Anya sudah mendengar begitu banyak gosip. Ia pikir ia cukup kuat untuk mengabaikan kata-kata semua orang. Tetapi meski demikian, ia tetap marah saat Yura mengatakan hal itu di depan wajahnya.     

"Apa urusannya denganmu? Terserah aku ingin pergi ke mana dan bertemu dengan siapa," kata Anya dengan dingin.     

"Kamu merebut tunangan sahabatku. Tentu saja kamu harus berurusan denganku. Apakah kamu tidak sadar bahwa semua orang melihatmu? Inilah Anya, gadis tercantik di kampus yang merebut tunangan adiknya dan menggoda pria kaya untuk mengusir seluruh keluarganya!" Yura takut orang-orang di sekitar tidak bisa mendengarkan kata-katanya sehingga ia mengeraskan suaranya.     

Semakin banyak orang yang berkumpul di sekitar mereka. Anya ingin pergi, tetapi tidak bisa.     

Ia hanya bisa memandang Yura dengan dingin. "Apakah sudah cukup? Kamu pikir kamu siapa? Kamu pikir kamu mengetahui seluruh kehidupanku sehingga bisa mengomentariku?"     

"Aku adalah sahabat Natali. Kamu dan ibumu memutuskan untuk pergi dari rumah itu, tetapi kamu kembali dua atau tiga hari sekali untuk meminta uang. Sekarang, dengan tidak tahu malunya kamu menggoda tunangan adikmu dan memaksanya untuk membatalkan pertunangannya. Ayahmu sedang sakit, tetapi kamu masih membawa Aiden ke depan rumahmu untuk melukai ibu Natali dan mengusir mereka semua dari rumah. Mengapa kamu ingin kabur kalau kamu berani?" teriak Yura dengan kesal.     

Semua orang di sekitar mulai berbisik. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak menyangka bahwa Anya adalah wanita seperti itu. Penampilan memang tidak menggambarkan isi hatinya ...     

"Kamu memang cantik, tetapi kamu tidak punya hati. Kamu melukai ibu tirimu dan mengusir ayahmu yang sedang sakit dari rumah. Meski kamu tidak menyukai ibu tirimu, bagaimana bisa kamu begitu kejam pada ayahmu sendiri? Kamu bisa melakukannya hanya karena kamu punya Aiden."     

"Yura, kamu hanya mengetahui bahwa aku mengambil kembali rumah itu. Tetapi apakah kamu tahu bahwa nama ibuku lah yang tercatat pada sertifikat rumah tersebut. Mereka bertiga sudah menempati rumah ibuku selama bertahun-tahun. Apa salahnya kalau aku mengambil kembali apa yang menjadi milikku?" tanya Anya.     

Yura terdiam sejenak. Natali tidak mengatakan bahwa rumah itu adalah milik ibu Anya.     

"Aku tidak percaya pada kebohonganmu. Kalau memang benar rumah itu adalah milik ibumu, mana mungkin kamu membiarkan keluarga Natali tinggal di sana sejak lama?" salah satu teman Yura membantunya untuk berbicara.     

"Ya! Kamu kan miskin. Kalau ibumu yang memiliki rumah itu, mengapa kamu tidak mengambilnya sejak lama?"     

"Apakah kamu pikir kami bodoh? Kami tidak percaya dengan apa yang kamu katakan!"     

Bibir Anya membentuk senyum sinis. "Kalau rumah itu milik mereka, apakah mereka bersedia untuk keluar dari sana? Aku datang untuk mengambil kembali milikku. Kalian menuduhku melukai ibu Natali? Kalau memang ia terluka karena aku, ia tidak akan mau keluar dari rumah dan meminta biaya perawatannya dariku. Aku tidak sebodoh yang kalian pikirkan."     

"Ini adalah masalah keluargaku dan kalian tidak usah ikut campur. Yura, bukankah kamu sahabat Natali? Kamu tahu bahwa ia menyukai Raka, kan? Aku memang bersama dengan Aiden sekarang, tetapi Natali juga sudah memiliki Raka," lanjutnya.     

"Dasar tidak tahu malu. Tidak usah membela diri!"     

"Ya! Tidak peduli seberapa banyak alasan yang kamu buat, kamu tidak akan bisa menutupi fakta bahwa kamu adalah perebut kekasih orang!"     

Anya merasa semakin kesal dan tidak ingin berurusan dengan orang-orang ini lagi. "Kalau kalian memang bisa, coba cari saja kekasih seperti Aiden. Kalau tidak bisa, tidak usah iri."     

"Siapa yang memiliki kemampuan menggoda pria sepertimu? Kami tidak bisa mempelajarinya. Itu memang sudah sifat dasarmu sejak awal," kata Yura dengan sengaja.     

"Aiden bukan orang yang bodoh dan kamu tidak berhak untuk mengomentariku. Yura, apakah kamu tahu?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Tahu apa?" Yura tertegun sejenak.     

"Kamu adalah tipe orang yang melemparkan kotoran pada orang lain, tetapi ternyata kamu sendiri lah kotorannya," Anya pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.