Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sampel Darah



Sampel Darah

0"Beraninya kamu anak kecil berbicara seperti itu kepada orang tua? Mengapa semua anak jaman sekarang memiliki hati yang buruk?" nenek itu menangis.     

Tangisan nenek itu membuat beberapa orang yang baru saja memarkirkan mobilnya melihat dengan penasaran. Salah satu di antara mereka adalah dua orang orang pria dengan kaos hitam dan kacamata hitam.     

Sebagian besar orang memilih untuk memperhatikan dari jauh atau mengabaikan mereka, tetapi dua pria besar itu malah menghampiri mereka.     

"Apa yang kalian berdua lakukan? Mengapa kalian menindas orang tua?" dua pria berbaju hitam itu menghentikan mereka.     

Pengawal Aiden menatap dua pria itu dengan cemas dan berkata pada Anya. "Nyonya, cepat pergilah dari tempat ini. Jangan khawatirkan saya."     

"Aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri," Anya melihat dua orang itu berusaha untuk menghalangi jalan mereka. Berbahaya kalau pengawal Aiden ditinggalkan sendirian …     

"Kamu ingin pergi? Tidak boleh!" nenek yang menangis di lantai langsung memegang kaki Anya dan menghalanginya agar tidak bisa melarikan diri.     

"Nenek, apa yang kamu lakukan? Lepaskan kakiku," Anya merasa panik saat melihat kedua pria berbaju hitam itu semakin mendekat. Tetapi nenek tua ini masih memegangi kakinya.     

"Nenek, lepaskan kaki temanku! Kamu akan melukainya," teriak pengawal tersebut.     

"Mengapa kalian kejam sekali? Aku sudah tua tetapi kalian malah berniat untuk meninggalkan aku," nenek itu menangis sambil tetap memegangi kaki Anya.     

Tidak jauh dari tempat mereka, beberapa orang memandang ke arah mereka, berpikir bahwa ini hanyalah pertengkaran biasa antara orang tua dan anak.     

Melihat pria berbaju hitam itu semakin mendekatinya, Anya merasa panik. Kalau mereka berdua benar-benar berniat untuk melukainya, ia dan pengawal Aiden tidak akan bisa melawan dan tidak bisa melarikan diri.     

Merasa tidak punya jalan lain, Anya langsung berteriak dengan keras, "Tolong, tolong. Ada perampok!"     

Nenek yang berada di lantai langsung panik saat mendengar Anya berteriak rampok langsung merasa panik.     

Sementara itu, pengawal Aiden langsung memahami rencana Anya dan membantunya, "Tolong, seseorang berusaha untuk merampok kami. Tolong telepon polisi!"     

Ketika dua pria berbaju hitam itu mendengar Anya dan pengawalnya berteriak, mereka langsung berlari dan bergegas untuk menutup mulut Anya.     

Orang-orang mulai berkumpul saat mendengar teriakan Anya. Mereka melihat pria berbaju hitam sedang membekap mulut Anya, sementara pengawal Aiden sedang bertarung dengan rekannya.     

"Ada sesuatu yang terjadi!" teriak seseorang.     

Beberapa orang merasa ketakutan dan tidak berani mendekat, tetapi mereka bergegas untuk menelepon polisi. Beberapa orang lainnya memanggil petugas rumah sakit.     

Mulut Anya ditutupi dengan menggunakan sapu tangan. Ia berusaha sekuat tenaga untuk berontak dan menendang serta memukul dengan seluruh tubuhnya. Tetapi ia melawan seorang pria bertubuh besar. Tidak peduli seberapa keras ia berusaha untuk membebaskan dirinya, ia tidak bisa lolos.     

Yang membuatnya merasa semakin panik, ia bisa mencium aroma yang aneh dari sapu tangan yang menutupi mulutnya.     

Ia berusaha untuk menahan napasnya, tetapi sapu tangan itu terlalu lama membekap mulutnya. Kesadarannya semakin menghilang, kekuatannya semakin melemah dan melemah. Pada akhirnya, ia pun kehilangan kesadarannya.     

Sebelum ia pingsan, setetes air mata mengalir di sudut mata Anya.     

'Aiden maafkan aku. Seharusnya aku mendengarkanmu dan langsung pulang. Seharusnya aku tidak banyak ikut campur dalam urusan orang lain …'     

Pria itu langsung membawa Anya yang pingsan ke dalam sebuah mobil berwarna hitam. Sementara itu, pengawal Aiden masih bertarung dengan rekannya dan tidak bisa mengalahkannya.     

Sampai ada salah seorang pria yang pemberani melangkah maju dan berniat untuk menolong. Namun, pria berbaju hitam yang dari tadi menghalangi pengawal Aiden itu langsung melarikan diri ke sisi satunya.     

Pengawal Aiden dan pria pemberani tersebut berusaha untuk mengejar, tetapi pria itu berhasil meloloskan diri dan ikut masuk ke dalam mobil hitam.     

"Tuan, Nyonya telah diculik. Penculiknya menggunakan mobil SUV mercedes benz berwarna hitam. Saya sempat melihat plat nomor mobilnya 345, tetapi tidak bisa melihat huruf depan dan belakangnya dengan jelas," pengawal tersebut berusaha untuk mengejar sambil menelepon Aiden untuk memberitahu situasinya.     

Begitu mendapatkan panggilan tersebut, Aiden langsung mengerahkan para bawahannya untuk memeriksa CCTV di jalan raya dan mencari mobil dengan plat nomor tersebut di sekitarnya.     

Namun, tidak lama kemudian, mobil itu melemparkan Anya begitu saja ke pinggir jalan dan langsung pergi begitu saja …     

Aiden bergegas menuju ke lokasi yang ditemukan oleh para bawahannya dan menemukan Anya pingsan di pinggir jalan     

Tanpa pikir panjang, ia langsung keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri istrinya.     

"Anya, Anya …" Aiden menopang tubuh Anya dengan lengannya dan berusaha untuk membangunkannya.     

Anya hanya bisa merasakan pusing di kepalanya. Suara Aiden terdengar sangat jelas di telinganya. Ia ingin membuka mata tetapi tidak bisa bangun.     

"Cepat cari orang-orang itu!" teriak Aiden dengan marah.     

Beberapa polisi juga ikut mengejar karena mendapatkan panggilan darurat dari orang sekitar. Salah satunya melangkah maju dan bertanya, "Tuan Aiden, apakah Nona Anya pernah mengalami masalah dengan seseorang …"     

"Jangan tanyakan padaku! Itu sudah menjadi tugasmu untuk menyelidikinya!" wajah Aiden sedingin es. Tidak ada satu orang pun yang berani melangkah maju untuk bertanya kepadanya lagi …     

Ia menggendong Anya dan kembali ke mobilnya, menyuruh Abdi untuk segera kembali ke rumah sakit. Sementara itu, semua pengawalnya yang lain tetap tinggal di sana untuk mencari keberadaan orang-orang yang mencurigakan tersebut.     

…     

Satu jam kemudian, Anya berbaring di atas kamar tidur rumah sakit dengan jarum infus sedang menancap di lengannya.     

"Tuan Aiden, menurut pemeriksaan kami Nona Anya baik-baik saja. Tetapi kami menemukan adanya bekas jarum di lengannya. Sepertinya ada seseorang yang mengambil sampel darahnya."     

Aiden benar-benar ingin membunuh Deny saat itu juga!     

Hanya karena Anya menolak untuk melakukan tes ginjalnya, Deny sengaja menculik putrinya sendiri dan mengambil sampel darahnya dengan paksa.     

"Kalau sampel darah itu untuk tes kecocokan transplantasi ginjal, berapa lama waktu yang diperlukan agar hasilnya keluar?" tanya Aiden dengan wajah yang muram.     

"Biasanya, butuh waktu beberapa jam untuk melakukan pengecekan golongan darah. Setelah itu, masih harus dilakukan pemeriksaan jaringan dan tes kecocokan darah antara pendonor dan resipien agar tidak akan penolakan organ. Proses tersebut butuh waktu tiga sampai empat hari. Kalau ketiganya cocok, operasi baru bisa dilaksanakan," jawab dokter tersebut.     

Aiden mengangguk, tetapi matanya terpaku pada wajah istrinya. "Kapan Anya akan bangun?"     

"Seharusnya, Nona Anya akan bangun sebentar … Oh! Nona Anya sudah bangun," dokter tersebut melihat kelopak mata Anya bergerak. Kemudian, ia memanggilnya dengan suara pelan, "Nona, apakah Anda bisa mendengar suara saya? Apakah ada yang tidak nyaman atau sakit pada tubuh Anda?"     

Perlahan Anya membuka matanya. Melihat tatapan khawatir Aiden, Anya tahu bahwa Aiden berhasil menyelamatkannya tepat waktu.     

"Aiden …" suaranya terdengar serak. Matanya juga memerah dan ia terlihat ingin menangis.     

Aiden langsung memegang tangan Anya dengan lembut dan menenangkannya. "Jangan takut. Ada aku di sini."     

"Mereka … Mereka mengambil darahku," kata Anya dengan suara lemah.     

Aiden mengangguk.     

"Aku ingin menelepon ayahku. Ia bilang ia tidak akan memaksaku," kata Anya dengan sedih.     

Melihat Anya baik-baik saja, dokter tersebut langsung mengambil inisiatif untuk pergi dan membiarkan mereka berdua membicarakan masalah pribadi mereka.     

"Beristirahatlah terlebih dahulu. Kamu bisa meneleponnya nanti," kata Aiden.     

Anya mengangguk, menatap wajah suaminya dengan perasaan bersalah, "Maafkan aku."     

Awalnya Aiden benar-benar ingin memarahi Anya. Tetapi sejak awal ia sudah tahu bahwa Anya adalah wanita dengan pribadi yang lembut dan baik hati. Bukan salah istrinya saat ia hendak menolong orang lain …     

Bukankah kebaikan itu juga yang membuat Aiden jatuh cinta pada Anya?     

Bukan Anya yang bersalah, tetapi orang-orang yang berusaha untuk memanfaatkan kebaikannya.     

"Kamu tidak salah. Tetapi tolong jangan terlalu percaya pada orang lain," kata Aiden.     

"Apa yang terjadi pada nenek itu?" tanya Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.