Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pelayan Nyonya Besar



Pelayan Nyonya Besar

0"Apakah mereka menceritakan mengenai masa lalumu dengan Keara? Atau mereka menuduhku sebagai orang ketiga yang merebutmu dari Natali? Ibuku sangat peduli padaku dan satu-satunya hal yang bisa membuatnya emosi pasti berhubungan denganku," kata Anya.     

Aiden meraih tangan Anya dan berjalan keluar dari lift bersama-sama, sambil berkata, "Ibumu tidak selemah itu."     

"Aku tidak tahu apa yang mereka katakan, tetapi aku tidak ingin mereka mengganggu ibuku lagi," kata Anya.     

"Hari ini kamu pasti lelah. Pulanglah dan beristirahat."Aiden memeluknya setelah mereka kembali ke mobil.     

Anya bersandar di lengan Aiden. Walaupun tidak ada bukti pasti bahwa ibunya jatuh koma kembali karena Indah, Anya sudah menetapkan hati bahwa Indah dan Keara lah yang telah melakukan semua ini pada ibunya.     

Ponsel Anya berdering sebelum mobil mereka tiba di rumah. Natali yang menghubunginya.     

Anya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Ia tidak berniat menjawab panggilan tersebut sehingga ia langsung menutupnya.     

Namun, Natali tidak menyerah dan mengirimkan pesan suara pada Anya. Saat Anya membuka pesan tersebut, ia mendengar Natali berkata, "Anya, aku dengar ibumu koma lagi? Kamu tidak mau menyelamatkan ayah dan mengusir kami keluar dari rumah. Apakah kamu akhirnya memahami karma? Wanita yang tidak punya hati sepertimu akan mendapatkan ganjaran atas perbuatanmu."     

Mata Aiden terlihat menyeramkan. Ia meraung dengan keras, "Wanita ini benar-benar cari mati!"     

Anya sedang berada di dalam pelukannya. Ketika istrinya itu membuka pesan suara Natali, Aiden juga bisa mendengar apa yang Natali katakan.     

Tetapi Anya tidak peduli. Ia hanya memeluk Aiden dan berkata dengan tenang. "Natali memang sengaja melakukannya untuk membuatku kesal. Tidak perlu dianggap. Keinginannya tidak akan pernah terkabul."     

"Ginjal Natali dan ayahmu sesuai. Tidak perlu memberikan ginjalmu karena ia bisa memberikannya kepada Deny. Jangan sampai kamu tertipu olehnya." Kata Aiden.     

Anya langsung menghapus pesan dari Natali dan memblokir nomornya. Ia terlalu malas untuk mengurus Natali.     

"Aku ingin pergi ke rumah sakit lagi besok," kata Anya.     

"Aku akan menemanimu," kata Aiden. Ia tidak mau Anya pergi sendiri dalam suasana hati seperti ini. Di saat-saat seperti ini, ia ingin selalu berada di samping Anya.     

"Tidak usah. Aku tahu pekerjaanmu masih banyak," jawab Anya     

"Kalau begitu, harus ada orang yang menemanimu ke mana pun kamu pergi!" kata Aiden. Ia akan mengatur pengawalnya untuk menjaga Anya 24 jam!     

Setelah makan malam, Anya segera beristirahat.     

Walaupun ia berusaha untuk tidak memedulikan kata-kata Natali, tetap saja hatinya terasa sakit.     

Ibunya baru saja bangun dan tiba-tiba jatuh koma lagi. Apakah itu benar-benar karena ia tidak mau mendonorkan ginjalnya pada ayahnya? Apakah Tuhan sedang menghukumnya?     

Anya tidak mempercayainya …     

Keesokan paginya, begitu bangun, Aiden sudah tidak berada di sampingnya. Anya pikir Aiden sudah berangkat ke kantor.     

Ia segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit lagi.     

Sebelum pergi ke rumah sakit, ia menyuruh Harris untuk mengirimkan tiga sampel parfum di meja ruang parfumnya pada Esther di Iris.     

Dan setelah itu, ia pergi untuk mengunjungi ibunya …     

…     

Aiden memasuki sebuah rumah, melihat seorang pria tua sedang merapikan pohon di taman. Tubuh pria tua itu kurus dan bungkuk. Kacamata yang bertengger di wajahnya terlihat sedikit melorot.     

"Pak Hadi," panggil Aiden dengan suara pelan.     

Pria tua itu menoleh ke belakang dan membenarkan kacamata yang merosot dari wajahnya. Ia menatap sosok pemuda bertubuh tinggi di hadapannya dan butuh waktu beberapa saat untuk menyadari siapa orang yang mengunjunginya.     

"Tuan Aiden! Apakah ini benar-benar Anda? Anda sudah sembuh?" pria tua itu langsung meletakkan semua barang yang ia pegang dan menghampiri Aiden dengan bersemangat. Ia melihat Aiden dari atas ke bawah dan memastikan bahwa Aiden benar-benar baik-baik saja.     

Kemudian, ia berkata dengan senang. "Ibumu benar-benar malaikat Anda. Ia selalu menjaga Anda agar tetap aman."     

Aiden tersenyum tipis mendengar ibunya disebutkan. Pria tua ini adalah pelayan setia ibunya, yang selalu menemani ibunya hingga akhir hayatnya     

"Pak Hadi, aku datang hari ini untuk menanyakan masalah ibuku," Aiden menjelaskan niat kedatangannya.     

Wajah pria tua itu sedikit berubah. Ia mengalihkan pandangannya dari wajah Aiden. "Sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu. Apa yang ingin Anda tanyakan?"     

"Ketika ibuku mengalami kecelakaan, kamu adalah orang pertama yang menemukannya. Mengapa kakakku tidak melanjutkan penyelidikannya?" tanya Aiden.     

"Apakah Tuan mencurigai kematian ibu Anda?" pria tua itu tidak menjawab pertanyaan Aiden.     

"Ibuku datang ke dalam mimpiku. Di mimpiku, seseorang sengaja menempatkan laba-laba beracun untuk membunuhnya. Awalnya, aku tidak terlalu memikirkan masalah ini. Tetapi sekarang ayahku berniat untuk menikahi Imel dan membiarkannya masuk ke dalam rumah kami. Kalau kematian ibuku ada hubungannya dengan Imel, aku tidak akan pernah membiarkannya masuk ke dalam rumah Keluarga Atmajaya," kata Aiden dengan dingin.     

"Laba-laba beracun yang membunuh ibu Anda bukanlah laba-laba yang berasal dari tempat ini. Spesies laba-laba tersebut bukan spesies lokal sehingga saya juga mencurigai bahwa seseorang sengaja menempatkan binatang itu di sini. Setelah kejadian itu, ada seorang pelayan yang pergi tanpa berpamitan. Ketika Tuan Ardan mencari pelayan tersebut, ia sudah mati sehingga masalahnya tidak bisa diselidiki lebih lanjut," mata Hadi terlihat sedikit memerah. "Nyonya Vina adalah wanita yang sangat baik."     

"Ibuku tidak pernah bermasalah dengan siapa pun. Aku tidak bisa memikirkan orang lain selain Imel yang bisa melakukan hal ini pada ibuku." Wajah Aiden sedingin es. Ada keraguan di hatinya, tetapi ia tidak bisa membuktikannya.     

"Tuan, apakah Anda tahu mengapa ibu Anda menyendiri di rumah ini dan meninggalkan keluarganya?" tanya Hadi. Karena Aiden berniat untuk menyelidiki masalah ini, ia pikir ia harus membantunya.     

"Kak Maria mengatakan bahwa ibuku kecewa dengan ayah. Ia tidak mau ikut campur dalam urusan rumah tangga dan memutuskan untuk menyendiri," jawab Aiden.     

"Ketika Nyonya Imel mengandung Tuan Ivan, ibu Anda juga sedang mengandung Anda. Kakek Anda sangat ingin melindungi putrinya sehingga ia mengirim seseorang untuk menculiknya dan memaksanya untuk aborsi. Saat itu, Nyonya Imel sedang mengandung anak kembar. Akhirnya, putrinya meninggal di kandungannya dan Tuan Ivan lahir dengan selamat. Karena hal ini, Nyonya Imel selalu memiliki dendam terhadap Keluarga Atmajaya. Ibu Anda merasa bersalah dan akhirnya ia mengasingkan dirinya untuk membuat penebusan atas dosa yang telah dilakukan oleh ayahnya," kata Hadi     

Aiden terkejut saat mendengarnya. Ini baru pertama kalinya ia mendengar cerita tersebut.     

Imel berniat untuk membalas dendam pada ibu Aiden, karena kakek Aiden telah membunuh putrinya.     

Pada saat ini, Aiden baru menyadari mengapa semua anak perempuan di Keluarga Atmajaya selalu mengalami kecelakaan.     

Baik putri Imel, putri Kak Maria dan juga Nadine yang keselamatannya masih tidak diketahui, mereka semua adalah putri dari Keluarga Atmajaya. Dan mereka semua memiliki nasib yang buruk …     

Imel mencoba untuk membunuhnya, bukan hanya untuk menyingkirkan saingan Ivan. Tetapi juga karena Imel ingin balas dendam atas kematian putrinya .     

"Kakekku dan ibuku sudah meninggal, tetapi Imel masih hidup dan berulang kali ingin membunuhku. Jika wanita semacam ini dibiarkan untuk masuk ke dalam Keluarga Atmajaya, ia pasti akan menghancurkan kami semua. Bisakah kamu memberitahuku mengenai pelayan yang menghilang saat itu?" kata Aiden.     

"Asisten Heru yang memperkenalkan pelayan itu. Saya menyuruhnya untuk berjaga di malam hari karena asisten Heru yang merekomendasikannya sehingga saya mempercayainya. Siapa yang tahu kalau pelayan tersebut malah akan melukai Nyonya. Ia menghilang begitu Nyonya meninggal. Ketika ditemukan, ternyata ia juga sudah lama meninggal," kata Hadi sambil mencoba untuk mengingatnya.     

"Asisten Heru? Asisten ayahku?" mata Aiden terlihat tajam mendengar nama itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.