Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Turun Drastis



Turun Drastis

0"Hanya ada aku di hatimu. Aku bisa merasakannya," Anya tersenyum dengan manis.     

"Kamu sudah memenuhi hatiku. Aku sudah tidak bisa memikirkan apa pun lagi," jawab Aiden.     

Anya tersenyum. Mungkin Aiden tidak akan pernah bisa mengatakan kata-kata cinta seperti 'aku mencintaimu' secara langsung. Ia memiliki cara uniknya sendiri untuk mengungkapkan cintanya pada Anya, seperti kalimat yang ia katakan barusan.     

Kalimat itu mungkin terdengar sedikit aneh dan canggung, tetapi Anya menyukainya.     

"Apakah kamu pernah berpikir bahwa aku hanya akan membebanimu?" tanya Anya.     

"Kamu bukan beban untukku. Kamu adalah sumber kebahagiaanku." Aiden menundukkan kepalanya dan mendaratkan ciuman panas di bibir Anya.     

Saat ini, ia hanya ingin memberikan semua rasa cintanya pada Anya, menyingkirkan semua keraguan di hati istrinya.     

Anya merasa benar-benar tenang. Ia bisa merasakan keindahan saat-saat bersama dengan Aiden.     

Tangannya yang langsing memeluk Aiden dengan erat, membuat bibir Aiden yang masih mengulumnya sedikit menyunggingkan senyum. Matanya tampak lebih ekspresif, menunjukkan apa yang ia rasakan saat ini.     

Melihat wajah istrinya yang indah dengan rona merah muda, hatinya benar-benar terasa penuh.     

Malam ini, ia ingin menunjukkan seberapa besar cintanya pada Anya, memberitahunya bahwa ia bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk istrinya itu.     

…     

Anya merasa matanya benar-benar berat. Ia bisa merasakan tubuhnya terayun saat Aiden menggendongnya ke kamar mandi.     

Air hangat membasahi tubuhnya saat ia bersandar dengan malas di pelukan Aiden. Bibirnya melengkung, menunjukkan senyum penuh kepuasan.     

Setelah membersihkan tubuh istrinya, Aiden membawa Anya kembali ke tempat tidur. Ia menyelimuti tubuh Anya dan meninggalkan kecupan ringan di keningnya.     

Anya kembali tertidur hingga tengah malam. Ia terbangun dan menemukan tidak ada orang di sampingnya. Tangannya mengusap matanya, berusaha untuk bangun.     

Di mana Aiden?     

"Aiden …" panggilnya. Tetapi tidak ada yang menjawab.     

Anya merasa hatinya kosong. Kepanikan mulai merasuki dirinya. Begitu ia hendak turun dari tempat tidur untuk mencari Aiden, pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka.     

"Apakah kamu terbangun?" Aiden melihat Anya duduk di tempat tidur dan langsung menghampirinya.     

"Kamu dari mana?" Anya masih merasa linglung. Ketika melihat Aiden, ia langsung mengulurkan tangannya dan meminta Aiden untuk memeluknya.     

Aiden langsung memeluk istrinya yang manja itu dan membawa tubuh mungilnya ke pangkuannya. "Apakah kamu merindukanku?" tanyanya sambil tersenyum.     

"Aku takut karena tidak melihatmu di sampingku saat aku bangun," Anya mengusap-ngusapkan kepalanya di bahu Aiden dan memeluk pinggang Aiden dengan erat.     

"Aku tidak akan ke mana pun. Tidurlah lagi," Aiden membuka selimut Anya dan berbaring di samping Anya sambil memeluknya.     

Anya mencari posisi yang nyaman di pelukan Aiden dan memejamkan matanya. Ia kembali tertidur dengan tenang setelah tahu bahwa Aiden akan selalu berada di sampingnya.     

"Selamat malam, suamiku," gumam Anya.     

"Selamat malam," Aiden mengecup pipi Anya dan ikut memejamkan matanya.     

…     

Ketika cahaya matahari pagi mengintip dari jendela dan menyinari kamar mereka, Anya masih tertidur dengan lelap. Sementara itu, Aiden sudah bangun dan memandang wajah istrinya.     

Matanya tertuju pada bahu Anya, di mana terdapat sebuah jejak berwarna merah muda seperti stroberi kecil. Jejak yang ia tinggalkan, jejak cintanya untuk Anya.     

'Cepatlah masuk kuliah. Kalau magang sudah dimulai, kita bisa bersama setiap hari,' pikir Aiden dalam hati.     

Seperti biasanya, Aiden turun ke bawah untuk sarapan. Ia membiarkan Anya tidur lebih lama karena ia tahu Anya mengalami insomnia dan tidak bisa tidur dengan tenang saat mereka sedang bertengkar.     

Ia tidak mau istrinya sampai jatuh sakit …     

Setelah sarapan, Aiden langsung menuju ke kantornya.     

Hari ini, ia berangkat ke kantor bersama dengan pengawalnya. Ia baru saja keluar dari pekarangan rumah, ketika menyadari bahwa ada orang yang mengikutinya.     

"Tuan, ada yang mengikuti kita," kata pengawal tersebut dengan gelisah.     

"Itu hanya wartawan. Tidak usah dipikirkan," jawab Harris.     

"Apa jadwalku hari ini?" Aiden bersandar di kursinya dan memejamkan matanya. Ia sama sekali tidak peduli pada orang-orang yang mengikutinya.     

Harris membacakan semua jadwal Aiden hari ini dan memicingkan matanya sejenak. "Batalkan semua jadwal setelah jam tiga sore."     

"Apakah Anda ingin pulang lebih awal untuk menemani Nyonya?" tanya Harris.     

"Aku memiliki firasat bahwa Anya akan sangat merindukanku hari ini. Aku akan pulang lebih awal!" kata Aiden dengan santai.     

"Tuan, Anda sangat berubah. Sebelumnya, Anda tidak akan pernah pulang lebih awal dan meninggalkan pekerjaan," keluh Harris.     

"Sebelumnya, aku belum pernah merasakan hidup yang sesungguhnya, tetapi sekarang aku sudah bahagia. Pria lajang sepertimu tidak akan paham," Ketika Aiden mengatakannya, Harris sama sekali tidak tersinggung. Ia ikut bahagia melihat Aiden bahagia.     

Tetapi sebagai asisten Aiden, itu artinya pekerjaannya akan semakin bertambah kalau Tuannya itu pulang lebih awal.     

Sejak menikah dengan Anya, presiden direkturnya ini benar-benar tidak memedulikan pekerjaan lagi. Setelah jam tiga sore, Aiden ingin pulang dan menemani Anya. Itu artinya, Harris lah yang akan mengerjakan sisa pekerjaannya.     

Rasanya ia ingin menangisi nasibnya ini …     

"Tuan, mulai hari senin Nyonya akan mulai kuliah. Ke mana Anda ingin mengajaknya pergi?" sebagai asisten, Harris merasa perlu untuk mengetahui semua jadwal bosnya.     

"Aku akan pergi ke pemandian air panas dengan Anya. Jangan bilang pada Nico. Aku tidak mau diganggu," jawab Aiden.     

"Apakah Anda ingin Tuan Nico menunggu Anda untuk menangani masalah pekerjaan?" tanya Harris lagi.     

"Laporkan saja padaku via email. Berikan Nico kesempatan untuk belajar," kata Aiden.     

"Baik, Tuan!" jawab Harris.     

Nico memang harus mulai dilatih untuk lebih bertanggung jawab. Sifat manjanya dan kekanakannya membuatnya suka bermain dan berpesta. Ia pergi malam dan pulang pagi, benar-benar tidak bisa diharapkan!     

Selama perjalanan, Aiden beristirahat di kursi belakang sementara pengawalnya menyetir dengan siga.     

Begitu tiba di kantor, Aiden langsung turun. Begitu membuka pintunya, bahkan belum sempat turun dari mobil, para wartawan langsung menghampirinya.     

"Tuan Aiden, saya dengar mata Anda sudah pulih dan Anda berhubungan kembali dengan Nona Keara. Apakah itu benar?"     

"Tuan Aiden, ada berita bahwa Anda berkencan dengan Nona Keara dan kekasih Anda membuat keributan. Akhirnya Nona Keara pergi dengan marah. Apakah itu benar?"     

"Tuan Aiden, apakah benar Anya yang menghentikan Anda untuk berhubungan lagi dengan Nona Keara. Kalau Anda disuruh memilih, siapa yang akan Anda pilih?"     

Aiden menghindari jepretan kamera dari wartawan tersebut. Dari awal hingga akhir, ia tidak membuka mulutnya sama sekali dan mengabaikan semua orang tersebut.     

Harris langsung melangkah maju dan menjawab pertanyaan wartawan itu untuk Aiden. "Tolong hati-hati dengan ucapan kalian. Nona Keara adalah calon kakak ipar Tuan Aiden. Kemarin malam, Tuan Aiden dan kekasihnya mengundang calon kakak iparnya untuk makan malam bersama."     

"Nona Keara dan Tuan Aiden bersentuhan dan bertindak mesra seperti ini. Bagaimana Anda menjelaskannya?" tanya wartawan tersebut.     

Mata Aiden terlihat dingin. Kakinya berhenti melangkah dan ia berkata dengan suara dalam. "Apakah aku perlu menjelaskan kepada kalian semua siapa saja yang aku undang untuk makan malam?"     

Wartawan tersebut sedikit tersentak, takut dengan aura yang dipancarkan oleh Aiden. Ia terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Aiden.     

Memang benar Aiden tidak perlu menjelaskan semuanya pada wartawan. Terserah ia mau berpikir dan berbuat apa. Oleh karena itu, Aiden tidak pernah memperhatikan wartawan.     

Tetapi bukan berarti para wartawan ini bisa menulis berita sesuka hati mereka.     

"Berita Anda sangat ramai dibicarakan di internet. Kami hanya ingin tahu kebenarannya," kata wartawan lainnya.     

"Aku hanya ingin ada nama Anya dalam beritaku. Kalau tidak, kalian akan menanggung akibatnya!" Aiden melangkah pergi dengan ekspresi dingin. Ia tidak lagi memedulikan semua wartawan itu dan menuju ke kantornya.     

Para wartawan itu terus mengikutinya dan terus bertanya. "Apakah Anda akan menikahi Anya?"     

"Kapan Anda akan menikah?"     

Aiden seolah tidak mendengarkan pertanyaan itu dan berjalan masuk ke dalam gedung.     

Begitu tiba di dalam lift, Harris akhirnya bisa menghela napas lega. Ia berkata pada Aiden dengan setengah bercanda. "Tuan, para wartawan itu akan menunggu Anda pulang kerja di depan pintu hingga malam."     

"Tidak. Nanti siang, Galih Pratama akan membawa Keara ke Atmajaya Group untuk meminta maaf," jawab Aiden.     

Harris terkejut mendengarnya. Ia langsung mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa pasar saham. Pagi ini, harga saham perusahaan Keluarga Pratama turun drastis.     

"Tuan, apakah kamu yang membuat harga saham perusahaan Keluarga Pratama turun drastis?" tanya Harris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.