Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sepihak



Sepihak

0"Aiden, aku benar-benar ingin hidup bahagia bersamamu. Tetapi mengapa aku merasa tidak bisa mempertahankanmu di sisiku?" Anya menguburkan kepalanya di bahu Aiden dan mengatakannya dengan suara lirih. Ia berusaha untuk menyembunyikan matanya yang mulai panas.     

Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup rambut panjang Anya. kemudian, ia berbisik dengan lembut, "Kalau kamu tidak pergi meninggalkanku, tidak akan ada yang bisa menjauhkanku darimu. Kalau kamu tidak menyerah, selamanya kamu akan menjadi istriku. Tidak pernah sekali pun terlintas di benakku untuk meninggalkanmu."     

"Tapi …" Anya ingin mempertanyakan mengenai ciuman Aiden dan Keara. Aiden mencium Keara, tetapi ia mengatakan bahwa ia tidak berniat meninggalkannya?     

Apa maksud Aiden sebenarnya?     

Apakah ia tidak puas dengan memiliki Anya sendiri saja?     

Apakah ia ingin Anya sebagai istrinya di rumah dan Keara sebagai kekasihnya di muka umum?     

Tetapi dengan identitas seperti Keara, mana mungkin wanita itu terima menjadi yang nomor dua? Ia akan membuat hidup Anya menderita!     

"Apakah kamu melihat aku memeluk dan mencium Keara? Mengapa kamu tidak menanyakan padaku?" kata Aiden dengan senyum sedih. "Lebih baik aku melihatmu datang menghampiri dan memarahi kami dari pada menyimpan semuanya sendiri. Lebih baik untuk menghadapi masalah secara langsung dari pada melarikan diri."     

"Aku bukanlah satu-satunya orang yang kamu pedulikan. Aku hanyalah pengganti yang tidak bisa menerima kenyataan. Apa hakku mempertanyakan semua itu kepadamu?" Anya masih tidak mau mengangkat kepalanya karena matanya penuh dengan air mata.     

"Aku sudah bilang. Kamu bukan pengganti. Kamu adalah satu-satunya untukku," kata Aiden sambil menghela napas panjang.     

"Kalau kamu hanya bisa memilih satu di antara kami, siapa yang akan kamu pilih? Keara atau aku?" tanya Anya.     

"Kamu," jawab Aiden tanpa ragu.     

Anya tertawa mendengarnya, tetapi air mata di wajahnya tidak bisa berhenti, "Apakah kamu bersungguh-sungguh? Aku bodoh. Aku akan mempercayaimu meski kamu berbohong sekali pun."     

"Tidak peduli apa pilihannya, selama kamu ada di dalam pilihan itu, aku akan selalu memilihmu," Aiden memegang wajah Anya yang masih bercucuran air mata. Ia tersenyum tipis melihat istri kecilnya yang cengeng ini dan menatapnya dengan penuh cinta.     

Anya tidak bisa menahan dirinya. Air mata yang mengalir di wajahnya terus turun, meski sekarang air mata itu adalah air mata bahagia.     

Aiden berkata bahwa ia akan selalu memilihnya!     

"Apa yang terjadi dengan ciuman itu?" tanya Anya pada akhirnya.     

Aiden tidak menjawab, tetapi ia langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka rekaman CCTV yang sudah ia ambil dari rumah Keluarga Atmajaya, "Lihatlah sendiri!"     

Di rekaman tersebut, Anya bisa melihat seluruh tubuh Keara kejang seolah menunjukkan rasa sakit yang luar biasa. Tangannya memegang lehernya sendiri seolah ingin mencekiknya.     

Saat itu, Anya sedang berada di belakang mereka. Punggung Aiden yang lebar menutupi pandangannya sehingga ia tidak bisa melihat apa yang terjadi pada Keara.     

Melihat rekaman itu, Anya terkejut dan bertanya, "Apa yang terjadi padanya?"     

"Pada saat itu, sudut bibirnya mengeluarkan darah dan tubuhnya kejang. Ia terlihat seperti terkena serangan epilepsi. Aku tidak punya waktu untuk berpikir sehingga aku langsung menghampirinya dan berusaha membuka mulutnya, takut ia akan menggigit lidahnya. Kalau sampai ia menggigit lidahnya, ia bisa mati," kata Aiden.     

Anya merasa otaknya kosong. Ternyata, pelukan Aiden dan Keara yang ia lihat adalah serangan epilepsi. Aiden memegang dagu Keara, memaksanya untuk membuka mulut untuk menyelamatkannya, bukan untuk menciumnya.     

Tetapi dari sudut pandang Anya, ia salah mengira bahwa Aiden sedang memeluk pinggang Keara dan berniat untuk mencium bibirnya.     

Setelah itu, ciuman yang Anya lihat pun bisa dijelaskan dari rekaman CCTV itu.     

Di layar CCTV, ciuman antara Keara dan Aiden terekam dengan jelas. Keara sedikit berjinjit dan mengambil kesempatan untuk mengecup bibir Aiden. Pada saat itu, Aiden tidak bisa bereaksi karena pikirannya terfokus untuk menyelamatkan Keara dari kejangnya.     

Ia tidak menyangka Keara malah akan menciumnya.     

Aiden mendorong Keara ke tanah dengan marah. Pada saat itu, Anya sudah lari dari tempat tersebut.     

"Apakah kamu tahu apa yang ia katakan saat ia jatuh di lantai?" mata Aiden penuh dengan kesedihan.     

"Apa?" Anya hanya bisa melihat rekaman itu tanpa suara.     

"Ia mengatakan bahwa kamu ada di belakang kami dari tadi. Ia menertawakanku dan mempertanyakan mana yang lebih kamu percayai, aku atau apa yang kamu lihat," Aiden menertawai dirinya sendiri. "Anya, aku mengaku kalah kali ini."     

"Kalah?" Anya berusaha untuk mencerna kata-kata Aiden.     

"Ya, aku kalah darimu. Kamu tidak mempercayaiku," kata Aiden.     

"Kalau kamu bersedia untuk menjelaskannya, tentu saja aku akan mempercayaimu," kata Anya dengan serius. "Aku tahu kamu tidak akan pernah berbohong padaku. Aku selalu mempercayai semua yang kamu katakan padaku."     

"Apakah kamu bertanya padaku? Apakah kamu memintaku untuk menjelaskannya?" tanya Aiden.     

"Aku …" Anya berhenti berbicara dengan canggung. Karena ia lebih mempercayai apa yang ia lihat, ia tidak bertanya pada Aiden.     

Ia langsung berpikir bahwa cinta Aiden dan Keara telah kembali.     

"Sulit untuk melanjutkan hubungan ini kalau kita tidak mempercayai satu sama lain. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Setelah sepuluh hari, aku harap kamu bisa memberi jawaban padaku," Aiden berbalik menuju ke ruang kerjanya.     

Anya tahu bahwa Aiden sedang sibuk mengurus skandal yang tersebar di internet. Dan ia tahu Aiden memberinya waktu untuk berpikir, berpikir mengapa ia tidak mempercayai Aiden …     

Kalau ia bertanya dan mau mendengarkan penjelasan Aiden, mungkin kejadiannya tidak akan menjadi sebesar ini.     

Tetapi mengapa ia tidak bertanya? Mengapa ia lebih mempercayai apa yang ia lihat?     

Apakah benar ia tidak mencintai Aiden sebesar yang ia pikirkan sehingga ia tidak mempercayainya?     

…     

Pada saat yang bersamaan, di rumah Keluarga Pratama, Galih dan Indah sedang duduk di sofa. Keara sedang duduk di hadapan mereka seolah tidak ada yang terjadi.     

"Keara, apa sebenarnya maksud foto di internet?" tanya Galih.     

"Aku hanya makan malam biasa dengan Aiden. Aku tidak menyangka beritanya akan menyebar seperti ini," kata Keara dengan wajah serius.     

"Wartawan tidak pernah berani menyebarkan rumor mengenai masalah Aiden, kecuali ada seseorang yang menyuruh mereka. Mereka baru berani mengambil resiko untuk membahas masalah Aiden kalau ada dalang di belakangnya," kata Indah dengan tenang. "Apakah kamu yang melakukannya?"     

Keara menatap ibunya dengan mata terbelalak. "Apakah ibu mencurigai aku?"     

"Sampai sekarang pun kamu masih tidak mau mengatakan yang sejujurnya?" Galih merasa marah. "Ayah tahu kamu sama sekali tidak mencintai Aiden. Kalau saja Aiden masih buta dan lumpu seperti setahun yang lalu, mungkin kamu akan jijik padanya."     

"Ayah, bukankah aku sangat cocok dengan Aiden? Aku dan Aiden sama-sama korban, korban yang berhasil bertahan hidup! Mengapa kami tidak bisa bersama?" akhirnya Keara mengatakan isi hatinya yang sebenarnya.     

"Keara, alasan mengapa kamu ingin mendapatkan Aiden adalah untuk membuktikan bahwa kamu bisa mengendalikan cinta di hatimu. Ketika kamu berniat untuk bersama dengannya, kamu hanya akan menunjukkan kelemahanmu. Aiden bukanlah satu-satunya pria di dunia ini," kata Galih.     

"Kalau kamu tidak menyukai Ivan, kamu bisa membatalkan pertunangannya. Tetapi jangan ganggu Aiden. Ibu tahu bahwa Aiden tidak menyukaimu," kata Indah dengan jujur, tanpa menutup-nutupi meski ia berbicara dengan putrinya sekali pun.     

"Kalian hanya tidak ingin aku bersama dengan Aiden. Tetapi apa yang harus aku lakukan? Aku menyukainya. Mengapa aku harus merelakan pria sesempurna itu untuk bersama dengan Anya?" dalam hatinya, Keara benar-benar merendahkan Anya. Anya tidak sepadan dengan Aiden dan Anya tidak pantas untuk menjadi saingannya.     

Ia tidak terima kalau harus kalah dengan lawan seperti itu.     

"Kamu sendiri yang menyudahi hubunganmu dengan Aiden dan memilih Ivan. Selama kamu mau mengalah, aku yakin masalah ini akan selesai," tegur Indah.     

Keara menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, Ibu. Sekarang aku tahu siapa yang benar-benar aku cintai setelah aku hampir mati. Aku tidak mau kalah dari Anya. Aku akan merebut Aiden kembali. Aiden adalah milikku!"     

"Keara, Aiden juga manusia. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa kamu putuskan secara sepihak. Kamu memang ingin bersama dengannya, tetapi ia sudah memiliki Anya. Tidak peduli kamu menyukainya atau tidak, hubungan kalian sudah lama berakhir. Hanya dengan melupakan masa lalu, kamu bisa melangkah ke masa depan," kata Galih dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.