Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memamerkan Kemesraan



Memamerkan Kemesraan

0"Apakah kamu mencariku?" tanya Aiden dengan lembut.     

"Ah? Aku mencari Bu Esther, ingin membicarakan mengenai formula parfumku," Anya langsung mengelak.     

"Kamu menuju ke tempat yang sama denganku, mengapa tidak sekalian makan malam denganku?" tanya Aiden.     

"Kamu bertemu denganmu. Tidak enak kalau aku mengganggu kalian …"     

"Aku menunggumu. Apakah kamu berani datang?" Aiden melihat Keara menghampirinya. Ia langsung menutup teleponnya.     

Anya menatap panggilan yang terputus dengan wajah bingung.     

Aiden dan Keara akan makan malam. Tetapi mengapa Aiden ingin ia datang ke sana?     

Apakah Aiden ingin menunjukkan kemesraannya dengan Keara di hadapan wajahnya?     

Mereka akan berkencan. Apakah ia ingin melihat Anya sakit hati?     

Aiden benar-benar jahat. Ia masih berani menantangnya untuk datang!     

Sepertinya, ia tidak punya pilihan lain lagi. Ia benar-benar harus menghalangi mereka.     

Terserah saja kalau Aiden ingin menunjukkan kemesraan mereka atau apa pun. Persetan dengan semuanya!     

Ketika mobil mereka berhenti di mall, Anya tidak langsung turun. Ia kembali merasa bimbang,     

"Nyonya, saya harus segera membawa mobilnya ke bengkel. Tuan Aiden ada di mall ini. Anda bisa pulang bersama dengannya," kata pengawal tersebut.     

Apakah ia bisa menolak?     

Bagaimana cara ia menolaknya?"     

"Terima kasih untuk hari ini," Anya berkata dengan penuh syukur ketika ia turun dari mobil. Kalau bukan karena pengawal Aiden, mungkin ia sudah celaka.     

Pengawal itu menjawab, "Nyonya, hari ini adalah salah saya sehingga membuat Anda terkejut."     

"Tidak. Semuanya salahku. Kamu sudah bilang bahwa jalanan itu tidak aman, tetapi aku tetap bersikeras untuk lewat sana. Kalau Aiden menyalahkanmu atas kejadian ini, aku akan menjelaskannya padanya. Kalau ia mengurangi gajimu, aku akan menggantinya," kata Anya.     

"Terima kasih, Nyonya. Tetapi sudah sepantasnya Tuan menghukum saya. Tidak perlu membela saya," kata pengawal tersebut.     

"Maafkan aku. Lain kali aku akan mendengarkan saranmu. Aku tidak akan memaksamu seperti tadi," Anya sudah merasa bahwa Aiden tidak akan memaafkan pengawalnya begitu saja.     

"Nyonya, Anda tidak bersalah. Orang yang bersalah adalah orang yang ingin mencelakai Anda. Jangan salahkan diri Anda. Cepat masuk, Tuan sudah menunggu Anda," hibur pengawal tersebut.     

Semua orang di rumah sangat menyayangi Anya. Saat membuat ubi panggang atau pun sirup osmanthus, Anya selalu membagikannya ke semua orang yang ada di rumah, termasuk para pelayan, pengawal, supir bahkan tukang taman sekali pun.     

Mereka semua bersedia untuk membantu Anya dengan tulus. Tetapi begitu mendapatkan uang, Anya akan membagikan hasilnya dengan Hana dan yang lainnya.     

Meski uang itu tidak seberapa besar, hati mereka tersentuh dengan kebaikan Nyonya mereka.     

Anya tidak seperti orang kaya pada umumnya. Ia tidak berpura-pura baik dan tidak bersikap angkuh. Nyonya mereka sangat rendah hati. Bagaimana mungkin mereka semua tidak mencintainya?     

Selama bertengkar dengan Aiden, Anya bersedia untuk pergi kerja dengan menggunakan sepedanya hingga pulang larut malam sekali pun.     

Banyak orang yang tidak bersedia untuk bekerja keras dan menderita seperti itu.     

Tetapi Anya berbeda. Ia adalah wanita yang tangguh dan pekerja keras. Ia bisa bertahan dalam keadaan apa pun.     

Seperti bunga matahari di pagi hari, penuh dengan kesegaran dan keindahan, membuat semua orang menyukainya.     

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada pengawal tersebut, Anya pergi menuju ke Iris terlebih dahulu. Karena ia tidak menghubungi Esther terlebih dahulu sebelum datang, Esther sudah pulang kerja dan tidak berada di Iris.     

Ia berjalan keluar dari Iris dan memutuskan untuk mencari Aiden. Begitu Anya keluar, Mila langsung menghubungi Aiden dan melaporkan semua gerak-gerik Anya.     

Anya menaiki sebuah lift untuk menuju ke lantai teratas dan melihat sebuah restoran mewah.     

Di tengah restoran tersebut terdapat dapur yang terbuka sehingga para pengunjung bisa menikmati makanan yang dimasak oleh chef di hadapan mereka.     

Anya memasuki tempat tersebut dengan langkah perlahan dan tidak yakin seperti anak kecil yang tersesat.     

Tempat ini tampak sangat mewah. Koridornya dihiasi dengan lampu-lampu yang indah seperti sebuah istana yang megah. Berjalan melewatinya terasa seperti mimpi.     

Anya sudah beberapa bulan bekerja di Iris, tetapi ia tidak pernah mengelilingi mall, apa lagi pergi ke lantai teratasnya. Ia tidak menyangka ada sebuah restoran yang sangat mewah seperti ini.     

Ia tidak tahu di mana Aiden berada. Tetapi karena Aiden menyuruhnya untuk datang, ia tetap datang meski dengan perasaan yang tidak nyaman.     

"Selamat malam. Apakah Anda sudah memesan tempat?" tanya manajer restoran tersebut.     

Begitu memasuki ruangan tersebut, manajer restoran tersebut langsung terpana melihat kecantikan Anya. Melihat penampilannya yang menawan dan pakaiannya yang mahal, ia langsung tahu bahwa tamunya ini adalah orang berada.     

"Aiden menyuruhku untuk datang," Anya langsung menyebutkan nama Aiden.     

"Ah. Tuan Aiden sudah berada di dalam. Silahkan ikut dengan saya," manajer itu tersenyum dan membawa Anya menuju ke tempat Aiden.     

Ia berjalan dan melihat Aiden sedang duduk di sebuah meja di pinggir jendela besar. Jendela itu menghadap ke arah kota, memperlihatkan pemandangan malam yang indah.     

Aiden sedang berbincang-bincang dengan Keara.     

Apakah ia mengganggu mereka?     

Aiden memilih tempat yang sangat indah untuk berkencan dengan Keara. Duduk di kursi tersebut, mereka bisa melihat pemandangan seluruh kota, merasa seolah mereka berada di atas awan.     

"Tuan, Nona ini datang untuk menemui Anda," manajer tersebut melangkah dan berbisik pada Aiden.     

Aiden menoleh ke belakang dan melihat Anya berdiri dengan ragu. Tangannya terjalin, bergerak-gerak dengan gelisah. Bibirnya tertutup, tidak mengucapkan apa pun.     

Aiden tahu istrinya sedang tidak senang hati.     

"Anya, kemarilah! Ayo duduk bersama!" Keara menyambutnya dengan hangat.     

Mata Anya sedikit terbelalak. Wajahnya terlihat terkejut dan bingung. Keara mengajaknya untuk duduk dan makan malam bersama setelah Anya memergoki mereka berkencan.     

"Apakah aku mengganggu?" tanya Anya, berusaha mempertahankan senyum di wajahnya.     

Wajah Aiden terlihat sedikit kecewa mendengar pertanyaan Anya. Ia sengaja mengajak Keara makan malam dengannya untuk memancing Anya, tetapi Anya terlihat sama sekali tidak peduli.     

"Aiden dan aku adalah teman lama. Kamu tidak keberatan kalau kami bertemu kan?" Keara tersenyum dengan elegan dan menawan.     

Anya tidak menjawabnya dan hanya tersenyum canggung.     

"Sulit untuk berkumpul bersama. Duduklah denganku," Aiden bangkit berdiri dari tempatnya.     

Keara tersenyum dan langsung berdiri menghampiri Aiden, bersiap untuk duduk di tempatnya.     

Ia langsung mengulurkan tangannya dan ingin memegang bahu Aiden.     

Pada saat seperti ini, pria normal akan langsung memeluk pinggang Keara dan membantunya untuk duduk, tetapi Aiden tidak melakukannya.     

Ia terlihat tenang dan sabar menunggu.     

Keara terlihat sedikit malu saat melihat Aiden tidak melakukan apa pun. "Sepertinya sepatu baruku sedikit kebesaran. Aku hampir saja terjatuh dan membuat kalian tertawa," elaknya,     

Kening Anya berkerut. Ia benar-benar bingung melihat semua ini. Sebenarnya, apa rencana Aiden?     

Keara berniat untuk duduk di samping Aiden. Apakah mereka bertiga harus duduk bersebelahan?     

Semalam, di pesta ulang tahun Bima, banyak orang bilang bahwa Aiden dan Keara akan saling mencintai satu sama lai lagi.     

Awalnya, Anya tidak mempercayainya. Sampai Anya melihat mereka berdua berciuman di taman …     

Apakah Aiden menyuruhnya ke sini untuk melihat bagaimana mesranya mereka berdua? Apakah Aiden sengaja ingin mempermalukannya?     

Anya tidak ingin duduk. Ia tidak mau melihat suaminya duduk bersama dengan wanita lain.     

"Anya, mengapa kamu melamun? Duduklah di sampingku," Aiden mengulurkan tangannya untuk menghalangi Keara. Tubuh tingginya sedikit bergerak ke samping, memberi jalan untuk Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.