Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Penculikkan



Penculikkan

0"Saya belum pernah melewati jalan ini. Saya takut akan ada yang terjadi. Bahaya kalau sampai ada mobil dari depan dan belakang," kata pengawal itu dengan waspada.     

Anya tetap bersikeras setelah mendengar kata-kata pengawal tersebut. "Jalanan ini aman. Aku sering melewatinya dengan sepedaku. Cepatlah, aku sedang buru-buru."     

Pengawal itu melihat sebuah mobil sedang terparkir di sisi jalan, tidak jauh dari mereka. Ia menjadi semakin dan semakin gelisah.     

"Nyonya, sebaiknya kita …"     

"Dengarkan aku, cepat lewat jalan ini. Aku benar-benar tidak bisa menunggu lebih lama," desak Anya. Ia benar-benar harus segera menemui Aiden.     

Kalau sampai ia terlambat, Aiden benar-benar akan menjadi milik Keara ...     

Pengawal itu tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintah Anya.     

Begitu mobil mereka memasuki jalan sempit tersebut, mobil hitam yang ada di belakang langsung mengikuti mereka.     

"Nyonya, kencangkan sabuk pengaman Anda." Kata pengawal itu dengan gugup.     

Melihat pengawal tersebut, Anya merasa sedikit takut dan bertanya. "Ada apa?"     

"Saya tidak tahu. Sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita," perhatian pengawal itu terpusat pada sekitarnya. Ia menatap ke arah jalanan. "Saya akan sedikit mengebut untuk segera keluar dari jalan ini."     

Anya menoleh ke belakang dan melihat sebuah mobil hitam tanpa plat nomor di belakang mereka. Tidak heran pengawal itu langsung merasa gelisah.     

"Cepat. Kita bisa keluar dari jalan ini dalam satu menit," kata Anya, berusaha untuk tetap tenang.     

Mereka bisa melihat persimpangan jalan di depan. Mereka bisa keluar dari tempat itu selama mereka mengebut. Begitu keluar dari jalan ini dan belok ke kanan, mereka akan tiba di jalan besar.     

"Kalau ada mobil yang menghalangi persimpangan di depan, mobil di belakang akan menabrak kita. Kita akan berada dalam bahaya. Itu sebabnya saya ragu untuk melewati jalan ini," kata pengawal itu dengan serius. "Nyonya, saya akan mempercepat laju kendaraan. Ingat, tidak peduli apa pun yang terjadi, jangan pernah membuka pintu atau jendela dan segera kencangkan sabuk pengaman Anda."     

Anya hanya bisa menurutinya dalam diam.     

Ini pertama kalinya ia mengalami hal menakutkan seperti ini. Ia tidak tahu apakah mobil di belakang mereka sengaja mengikuti mereka. Tetapi seperti yang pengawal itu katakan, jika ada yang menghentikan mereka dari depan, mereka tidak akan bisa keluar dari jalan kecil ini,     

Pengawal Aiden menyetir dengan cepat dan stabil. Namun, mobil hitam di belakang mereka terus mengejar. Saat mereka akan tiba di persimpangan, mereka hendak berbelok ke kanan. Tiba-tiba saja, sebuah truk besar berhenti di persimpangan itu dan menutupi jalan mereka.     

Pengawal itu melihat ke sekitarnya dan tidak menemukan jalan lain. Ia terus menekan klakson mobilnya, menyuruh truk itu untuk minggir. Tetapi truk di depan mereka tampak seperti tidak bisa mendengar mereka sama sekali.     

Di belakang mereka, seorang pemuda turun dari mobil. Ia ingin membuka pintu mobil Anya, tetapi menemukan bahwa pintu mobil itu terkunci sehingga ia mengetuk jendelanya.     

Pengawal itu sama sekali tidak memandang pemuda di luar jendela.     

"Mobil di depan sengaja menghentikan kita dan orang di belakang mendesak kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Anya tidak menyangka ia akan terjebak dalam situasi seperti ini.     

Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Mengapa ada orang yang mengejar dan menghalangi mereka.     

"Nyonya, saya punya rencana. Saya bisa menabrak truk di depan untuk membuat jarak agar kita bisa lewat!" kata pengawal itu dengan serius. "Duduklah dan pegangan yang erat!"     

Anya mendengarkan perintah pengawal itu. Tangannya langsung mencari pegangan apa pun dan mencengkeramnya dengan erat. "Apakah kamu yakin ingin menabraknya?"     

"Mereka bekerja bersama-sama. Saya tidak akan bisa melawan mereka sendirian!" pengawal itu tiba-tiba melaju dengan kencang, memanfaatkan jarak di antara mobil mereka untuk menghantam truk di depannya dengan keras.     

Badan mobil mercedes benz yang mereka kendarai hanya sedikit terguncang setelah menabrak truk dengan keras, tetapi mereka berhasil mendorong truk yang ada di hadapan mereka dan membuat celah bagi mereka untuk lewat.     

Pengawal tersebut langsung menyetir mobilnya dengan sigap ke jalan besar.     

Anya melihat ke belakang dengan jantung yang berdebar. Saat mengetahui mobil hitam itu tidak lagi mengejar mereka, ia merasa sangat lega.     

"Tuan, ada sesuatu yang terjadi saat saya akan mengantar Nyonya. Ya, saya pastikan Nyonya aman dan selamat. Sisi kiri mobilnya sedikit penyok dan harus direparasi. Selain itu, tidak ada yang terjadi. Kendaraannya juga masih stabil …" Ketika pengawal itu ingin melaporkan semuanya, Aiden langsung menyelanya dan berkata bahwa ia ingin berbicara dengan Anya.     

Pengawal itu langsung memberikan ponselnya pada Anya. "Nyonya, Tuan ingin berbicara dengan Anda."     

Anya mengambil ponsel tersebut. Suaranya terdengar sedikit gemetaran. "Aku baik-baik saja."     

"Pengawal yang mengantarmu hari ini adalah pengawal pribadiku. Ia akan memastikan keselamatanmu," kata Aiden dari telepon. "Kamu mau pergi ke mana?"     

"Aku mau pergi ke Iris untuk bertemu dengan Bu Esther dan membahas masalah parfum," jawab Anya dengan suara pelan.     

"Kebetulan, aku juga akan makan malam di lantai atas mall itu. Kalau kamu tidak sibuk, datanglah. Nanti kita akan pulang bersama-sama," kata Aiden dari telepon.     

"Aku tidak akan mengganggumu kalau kamu ada janji dengan temanmu. Hari ini mungkin hanya salah paham biasa. Tidak mungkin ada orang yang berniat melukaiku. Jangan khawatir," kata Anya.     

Anya berpikir tidak mungkin ada seseorang yang melakukan hal ini kepadanya. Ia tidak punya musuh dan tidak menyinggung siapa pun. Mana mungkin ada orang yang sengaja mencelakainya?     

Deny masih sakit dan Mona masih terluka. Mereka tidak punya waktu untuk melakukan ini kepadanya.     

Raisa ditahan dan belum dikeluarkan dari penjara. Ia juga tidak bisa melakukan apa pun.     

Sementara itu, Keara sedang berada di kantor Aiden dan akan berkencan dengannya. Tidak ada gunanya mengincar Anya kalau ia sudah bisa mendapatkan Aiden.     

Oleh karena itu, Anya merasa pengawal Aiden hanya terlalu khawatir.     

"Orang-orang itu memang sengaja ingin mencelakaimu atau mungkin menculikmu. Kalau bukan karena reaksinya yang sigap, mungkin akan ada sesuatu yang terjadi padamu," suara Aiden terdengar serius.     

Anya tertegun sejenak dan berkata dengan tidak percaya. "Aku tidak menyinggung siapa pun. Mengapa ada orang yang ingin menculikku?"     

"Apakah kamu yakin tidak menyinggung siapa pun?" Aiden mengingatkannya dengan satu kalimat. "Apa yang kamu lakukan tadi pagi?"     

"Rumah itu memang milik ibuku. Apa salahnya jika aku mengambilnya kembali? Selain itu, Mona terluka karena ia ingin melukaiku. Ia tidak bisa mencelakaiku hanya karena ini. Aku miskin dan ibuku masih dirawat di rumah sakit. Aku tidak punya uang untuk mereka," kata Anya dengan marah.     

Bibir Aiden tersenyum dengan tipis, merasa sedikit lega karena Anya tidak terlalu shock dengan kejadian ini. Istri kecilnya sama sekali tidak waspada terhadap bahaya.     

"Mereka bisa meminta uang dariku untuk tebusannya. Kalau aku tidak memberi mereka uang, mereka akan menangkapmu dan memberikan ginjalmu pada Deny," kata Aiden.     

Anya terdiam mendengarnya. Bagaimana ia bisa lupa mengenai masalah donor ginjal?     

"Apa mereka bisa melakukan semua ini di saat mereka sedang terluka seperti ini?" tanya Anya.     

"Kalau kamu ingin melakukan sesuatu yang jahat, apakah kamu akan memilih hari dan menunggu?" Aiden tidak menjawab pertanyaan Anya.     

"Tidak," Anya hanya merasa takut. Kalau saja, pengawal Aiden tidak bereaksi dengan cepat dan menabrakkan mobilnya, mungkin Anya sudah ditangkap dan diculik.     

Ia membayangkan dirinya ditangkap, diikat dengan tali dan tidak bisa bergerak. Seseorang memaksanya untuk berbaring di atas meja operasi dengan tubuh yang terikat. Pisau operasi menyayat tubuhnya dan mengeluarkan ginjalnya …     

Bayangan itu membuat tubuhnya bergidik.     

"Apakah sekarang kamu takut?" tanya Aiden dengan suara pelan.     

"Kalau aku tahu semua ini akan terjadi, aku tidak akan mencarimu," gerutu Anya.     

"Apakah kamu mencariku?" suara Aiden tidak lagi sedingin sebelumnya. Ia terdengar jauh lebih lembut saat mendengar bahwa Anya berniat untuk menemuinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.