Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pergi atau Tidak?



Pergi atau Tidak?

0Di dalam ruang parfumnya, Anya hanya menyandarkan kepalanya di atas meja dengan mata menerawang. Ia tidak memiliki inspirasi sama sekali.     

Tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Nico.     

Kepalanya masih bersandar di meja saat ia menatap layar ponselnya dalam dian. Ia tidak ingin mengangkat panggilan itu. Ia tidak ingin bicara dengan siapa pun.     

Tetapi Nico tidak menyerah dan terus meneleponnya, berulang kali.     

Anya merasa kesal melihat Nico terus menerus menganggunya. Akhirnya, ia menjawab telepon itu dan bertanya dengan suara lemas. "Nico, ada apa?"     

"Bibi, gawat! Paman akan pergi makan malam dengan Keara. Harris sudah memesankan tempat untuk mereka. Cepat tangkap mereka!" kata Nico dengan panik.     

Berita dari Nico langsung membuat Anya mengangkat kepalanya dari meja. Ia duduk dengan tegak. "Apa maksudmu? Aiden dan Keara akan berkencan?"     

"Iya! Sekarang Keara sedang berada di kantor paman dan mereka akan pergi makan malam di sebuah restoran!" teriak Nico.     

"Ah …" Anya menjawab dengan lemah.     

"Aku akan mengirimkan lokasi restorannya padamu. Cepat ganti baju dengan baju terbaikmu dan katakan pada wanita itu bahwa paman adalah milikmu, Bibi!" desak Nico.     

"Apakah kamu menyuruh aku menangkap mereka berdua saat berselingkuh?" tanya Anya sambil menertawai dirinya dengan hambar.     

"Bibi, apakah kamu tidak punya hati? Suamimu akan direbut oleh wanita lain. Bagaimana kamu masih bisa tertawa?" kata Nico dengan tidak berdaya. "Apakah kamu mencintai pamanku? Kalau kamu mencintainya, cepat rebut dia kembali!"     

"Aku …" Anya ingin mengatakan bahwa ia benar-benar mencintai Aiden. Karena ia mencintai Aiden, ia ingin Aiden bahagia, meski tidak bersama dengan dirinya.     

Tetapi kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya …     

"Kamu apa? Cepat pergilah bibi! Kalau tidak, paman akan menjadi milik Keara!" Nico menutup teleponnya dan segera mengirimkan lokasinya pada Anya.     

Anya melihat lokasi restoran yang dipesan Aiden di ponselnya. Itu adalah restoran makanan barat yang terkenal di lantai teratas tempat Iris berada.     

Kalau Aiden membawa Keara ke tempat itu untuk makan malam, semua orang pasti akan mengetahuinya.     

Besok pagi, semua koran dan majalah, serta seluruh internet, akan memberitakan bahwa Anya telah ditinggalkan. Aiden lebih memilih untuk kembali ke cinta lamanya, Keara.     

Anya duduk di kursinya dengan bimbang.     

Ia merasa ragu. Apakah ia harus menggagalkan pertemuan Aiden?     

Kalau ia tidak pergi, besok ia akan menjadi bahan tertawaan di seluruh kota ini. Begitu ia mulai kuliah minggu depan, ia akan menjadi bahan olok-olokan semua teman sekelasnya.     

Kalau ia pergi, bagaimana ia menjelaskannya di hadapan Aiden?     

Bukankah ia sudah bilang ia ingin membantu Aiden dan Keara? Namun, begitu mengetahui bahwa mereka akan pergi makan malam bersama, Anya malah mendatangi mereka seperti istri yang pencemburu. Mana bisa ia melakukannya?     

Ia bimbang, apakah ia harus pergi atau tidak.     

Anya mengeluarkan sebuah koin dari kantongnya dan bergumam pada dirinya sendiri, "Kalau angka yang muncul, aku akan pergi ke tempat Aiden. Kalau sebaliknya yang keluar adalah gambar, aku akan menyerah."     

Ia melemparkan koinnya satu sekali dan angka yang ia inginkan tidak muncul. Ia harus menyerah!     

"Aku akan melakukannya tiga kali!" Anya melemparkannya sekali lagi, tetapi hasilnya masih sama.     

"Lima kali!" Anya melemparkan berulang kali, tetapi hasilnya tetap sama.     

"Tadi apa yang aku katakan? Kalau angka aku akan menyerah, kalau gambar aku akan pergi?" Anya menggaruk kepalanya dengan bingung. Karena pikirannya begitu kacau, ia bahkan hingga lupa dengan aturannya sendiri.     

Atau ia pura-pura lupa? Supaya ia punya alasan untuk menemui Aiden ...     

"Semua hasilnya sama! Itu artinya aku harus pergi mencari Aiden secepat mungkin!" Akhirnya Anya memutuskannya.     

Begitu ia keluar dari ruang parfum, Anya melihat Hana datang ke arahnya. "Anya, Aiden tidak akan makan malam hari ini. Kamu mau makan apa? Biar ibu buatkan!"     

"Aku tidak makan. Aku akan pergi!" kata Anya dengan cepat dan langsung bergegas kembali ke kamarnya.     

Ia berdiri di depan lemarinya, menatap sederet pakaian yang indah. Akhirnya ia mengambil gaun terusan putih yang Aiden sukai. Gaun itu adalah gaun mahal dan bermerk. Aiden membelikan gaun ini untuknya dan suaminya itu pernah bilang ia tampak sangat cantik saat mengenakan gaun ini.     

Setelah mengganti pakaiannya, Anya duduk di depan meja rias dan merias wajahnya dengan elegan.     

Begitu wajahnya terias dengan sempurna dan ia sudah siap, ia merasa kembali bimbang.     

Apakah ia benar-benar harus pergi?     

Bagaimana kalau Aiden kesal saat melihat kedatangannya?     

Ia sudah mengatakannya bahwa ia akan meninggalkan Aiden dan membantunya kembali bersama dengan Keara. Tetapi apa yang ia lakukan sekarang?     

Aiden hanya akan makan malam dengan Keara. Tetapi begitu mengetahuinya, Anya langsung bergegas mengganggu mereka. Apakah Aiden akan marah?     

Anya benar-benar merasa bingung. Ia menatap pantulan dirinya dari cermin dan bertanya. "Anya, apakah kamu benar-benar bisa melepaskan Aiden begitu saja?"     

Saat ia merasa bimbang, ponselnya berbunyi lagi. Nico menghubunginya untuk kesekian kali.     

Anya mengangkat panggilan Nico. "Nico, ada apa lagi?"     

"Bibi, barusan ada bunga lily yang diantar ke kantor presiden direktur. Bunga lily berarti cinta yang murni. Bukankah itu sangat aneh?" kata Nico dengan panik.     

"Sepertinya lebih baik aku tidak pergi. Aku tidak mau mengganggu mereka," kata Anya dengan suara lirih. Ia merasa malu.     

"Keara memang pernah dijodohkan dengan paman. Setelah berhubungan sesaat dengan paman, Keara merasa bosan dan akhirnya berselingkuh dengan Paman Ivan. Sekarang, ia ingin membatalkan pertunangannya dengan Paman Ivan dan kembali pada suamimu. Apakah bibi benar-benar rela melihat suamimu direbut oleh wanita seperti Keara?" tanya Nico.     

"Aku … Aku tidak tahu," Anya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Otaknya serasa kacau.     

"Dengarkan nasihatku, Bibi. Kalau bibi pergi ke sana, paman akan sangat senang!" kata Nico.     

"Pamanmu akan berkencan dengan Keara. Kalau aku ke sana, aku hanya akan mengacaukan semuanya. Bagaimana mungkin ia merasa senang?"     

"Bibi, kamu tahu paman akan merasa senang," kata Nico dengan misterius.     

"Kalau begitu, aku akan ke sana," setelah berpikir sejenak, Anya memutuskan untuk pergi.     

Anya kembali ke ruang parfumnya dan mengambil dua sampel parfum sebelum turun ke lantai bawah.     

Hana bergegas menghampirinya dan bertanya, "Anya, kamu mau ke mana? Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu."     

Anya diam sejenak dan mengangguk. "Aku akan pergi ke Iris untuk membahas sampel parfum dengan Bu Esther."     

"Kamu seharian berada di dalam ruang parfum dan mau pergi tanpa makan sama sekali. Kalau sudah selesai berbicara dengan Bu Esther, jangan lupa makan!" kata Hana.     

Ketika mendengar hal ini, Anya mengangguk. "Baiklah."     

Begitu ia masuk ke dalam mobil dan pergi, ia melihat Hana masih berdiri di depan pintu rumah. Ia tidak bisa menggambarkan perasaan di hatinya.     

Saat memikirkan kata-kata 'perceraian', sekarang hatinya terasa sangat sakit sehingga ia kesulitan bernapas.     

Ia akan kehilangan semua ini …     

Pengawal yang mengantar Anya menyetir mobilnya keluar dari perumahan mereka. Namun, karena ada perbaikan jalan, mereka harus memutar cukup jauh.     

Anya mengenal daerah sekitar tempat ini sehingga ia memerintahkan pengawal tersebut untuk mengambil jalan pintas. Pengawal tersebut melihat jalan yang sempit dan tidak berani melewatinya.     

"Nyonya, ini adalah jalan satu arah. Bagaimana kalau ada mobil dari arah sebaliknya?"     

"Aku benar-benar terburu-buru. Kalau memutar, kita akan memakan waktu 20 menit lebih lama. Cepatlah. Kamu bisa menyetir dengan lebih cepat agar tidak berpapasan dengan mobil lain," desak Anya.     

"Saya belum pernah melewati jalan ini. Saya takut akan ada yang terjadi. Bahaya kalau sampai ada mobil dari depan dan belakang," kata pengawal itu dengan waspada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.