Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Diusir



Diusir

0"Ini adalah rumah ibuku, rumah ayahku. Apa salahnya aku kembali ke rumahku sendiri? Siapa yang tahu saat aku baru saja memasuki pintu, istrimu sudah mengejarku dan berusaha untuk memukuliku dengan tongkat golf. Aku tidak bisa menghindar dan tidak sengaja menjatuhkan vas," kalau semua orang bisa memutarbalikkan fakta, mengapa Anya tidak bisa melakukan hal yang sama?     

"Suamiku, jangan percaya kepadanya. Aku sudah bilang bahwa vas itu sangat mahal, tetapi ia sengaja menjatuhkannya!" Mona terengah-engah kehabisan napas, tetapi tidak lupa untuk melaporkan Anya.     

"Bibi, jangan bicara. Nanti lukamu semakin terbuka," Raka menggendong Mona dan meletakkannya di atas sofa dengan sangat hati-hati.     

"Ah!" Mona mengerang kesakitan. Keningnya terlihat berkerut-kerut dan menitikkan keringat karena menahan rasa sakitnya.     

"Ibu, ibu …" Natali menangis dengan tidak berdaya, seperti bunga yang dibasahi oleh hujan.     

"Natali, jangan takut. Ibu baik-baik saja!" Meski Mona sangat kejam kepada Anya, ia sangat mencintai putrinya sendiri, putri kesayangannya.     

"Natali, jangan menangis. Kalau kamu terus seperti ini, ibumu akan khawatir!" Raka memeluk Natali dan berusaha untuk menenangkannya.     

Anya masih berada di pelukan Aiden. Matanya menatap wajah Deny dengan dingin.     

Deny juga sedang memandang ke arahnya. Ia tidak bisa menahan kemarahannya dan berkata dengan dingin. "Aiden, kalau sampai ada yang terjadi pada keluargaku hari ini, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja. Pelayan, cepat antarkan tamu ini keluar."     

"Deny, rumah ini bukan milikmu. Sepertinya kamu masih tidak tahu siapa pemilik rumah ini dan siapa tamunya." Bola mata cokelat Aiden menyapu wajah Anya yang ketakutan. Ia tidak akan pergi begitu saja dengan tangan kosong.     

Anya tidak menyangka situasinya akan menjadi seperti ini. Sekarang Mona telah terluka. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang kalau Aiden tidak ada di sampingnya.     

Untung saja ada Aiden di sini.     

"Rumah ini … Ketika aku bercerai dengan Diana, ia sudah setuju untuk memberi rumah ini dan aku …"     

"Kamu berselingkuh saat pernikahanmu dengan ibuku. Ketika ibuku menceraikanmu, kamu menggunakan nyawaku untuk mengancamnya, untuk mendapatkan rumah ini. Kalau kamu punya rasa malu, cepat pergilah dari rumah ini," kata Anya dengan tegas.     

"Deny, kalau kamu tidak pergi hari ini, aku akan segera memberitahu pengacara Atmajaya Group. Ketika kasus ini dibawa ke pengadilan, perselingkuhanmu dengan Mona akan terbongkar. Kenyataan bahwa Natali adalah anak harammu juga akan tersebar luas. Setelah itu, pertunangan antara Raka dan Natali mungkin saja akan hancur," mata Aiden terlihat bosan.     

Begitu mendengar hal ini, mata Natali langsung terbelalak lebar. Kemudian ia berkata dengan panik, "Ayah, ini hanyalah rumah lama. Kalau Anya memang menyukainya, berikan saja. Kita pindah saja ke rumah baru supaya ibu bisa merasa tenang dan tidak ada yang mengganggunya lagi.     

"Suamiku, ia telah menghancurkan vas kesayanganmu dan beberapa vas lainnya. Ia harus memberikan kompensasi pada kita," kata Mona dengan geram.     

"Deny, Anya juga putrimu, sama seperti Natali. Tetapi sepertinya, kamu terlihat lebih menyayangi Natali dibandingkan Anya. Apakah kamu benar-benar ingin Anya membayar kompensasi untuk vas yang rusak atau kamu ingin merampokku?" tanya Aiden sambil tersenyum dengan menyeramkan.     

Pada saat itu, ambulan tiba. Beberapa petugas rumah sakit membawa tandu dan langsung menanyakan siapa yang terluka.     

Ketika melihat situasi saat ini, Deny lebih penting untuk mengirimkan Mona ke rumah sakit.     

"Anya tidak sengaja memecahkannya!" kata Deny sambil memanggil petugas rumah sakit itu untuk membawa Mona ke ambulan.     

"Suamiku, apakah kamu akan membiarkan mereka begitu saja? Aku sampai terluka seperti ini. Aku …"     

"Aku akan membayar semua biaya rumah sakit Bu Mona," kata Aiden dengan murah hati.     

"Aku tidak setuju. Aku tidak akan pergi dari rumah ini!" dada Mona sudah tertancap beberapa pecahan vas, membuat ia terluka dan mengeluarkan banyak darah. Tetapi ia masih memegang pegangan tandu dengan kedua tangannya dan menolak untuk pergi.     

Dengan wajah yang muram dan tanpa suara, Deny menyuruh para petugas itu untuk membawa istrinya pergi. Ketika ia sampai di depan gerbang, ia berhenti dan berkata pada Raka. "Raka, aku akan menemani bibimu ke rumah sakit. Bantulah Natali untuk pindah."     

"Baik, Paman. Jangan khawatir. Aku akan menjaga Natali," jawab Raka.     

"Anya, tidak peduli seberapa besar kamu membenciku, aku adalah ayahmu. Rumah ini, aku juga ikut membayarnya dan menuliskan namamu di surat tanahnya. Kalau memang kamu menyukai rumah ini, aku akan memberikannya kepadamu!" kata Deny sebelum berjalan keluar.     

Anya tertegun sejenak di tempatnya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar!     

Ia menatap Aiden dengan keheranan. Ia tidak tahu asal usul rumah ini.     

Aiden berkata dengan tenang. "Rumah ini adalah milik ibumu sebelum menikah. Nama yang tertera di surat bangunannya menandakan pemiliknya."     

"Kalau …"     

"Tidak ada kalau. Rumah ini adalah milik ibumu dan milikmu," kata Aiden.     

Anya akhirnya mengangguk dan memutuskan untuk mempercayai Aiden.     

"Anya, kembalilah dulu. Setidaknya beri kami satu hari untuk berkemas," kata Raka.     

Ia datang ke tempat ini untuk membujuk Anya agar tidak langsung mengusir keluarga Natali hari ini juga. Tetapi situasinya telah berkembang menjadi di luar bayangannya.     

Anya melihat kebencian, rasa jijik dan bahkan rasa ingin membunuh di mata Natali.     

Kalau saja Aiden tidak ada di sini, mungkin Natali akan langsung belari ke arahnya dan langsung membunuhnya di tempat ini.     

Anya merasa lebih tenang karena Raka akan membantu Natali untuk pindah dari rumah ini. Ia yakin Raka adalah pria yang selalu menepati ucapannya.     

"Aiden, ayo kita pulang dan kembali lagi nanti malam," Anya mengangkat kepalanya dan menatp Aiden.     

Aiden melirik ke arah Natali dengan dingin. "Aku akan meninggalkan seseorang untuk mengawasi. Kalau ada seseorang yang sengaja ingin menghancurkan rumah ini, ia harus membayarnya!"     

"Kamu …" Natali melotot ke arah Aiden dengan marah. Tangannya terkepal dengan erat.     

Hari ini, ia tidak hanya gagal untuk melindungi rumahnya. Ibunya bahkan terluka begitu parah hingga harus dikirimkan ke rumah sakit. Bagaimana mungkin ia tidak marah?     

"Nat, ayo kita naik ke atas dan melihat barang-barang apa saja yang bisa kita bawa." Raka menggandeng tangan Natali dan tidak ingin Natali terus bertengkar dengan Anya.     

"Pelayan, bawa semua barang yang bisa kalian bawa. Ayahku hanya memberikan rumah ini kepadanya. Ia tidak bilang memberikan semua barang di rumah ini untuknya." Kata Natali dengan marah. "Jangan biarkan satu barang pun tertinggal untuknya."     

"Baik, Nona." Para pelayan Natali langsung mematuhi perintah itu dan segera mengemasi semua barang yang bisa mereka bawa.     

"Bawalah semua sampahmu pergi dan jangan tinggalkan satu pun. Jangan sampai barang-barangmu merusak lingkungan rumah ini," jawab Aiden dengan santai. Kemudian, ia meraih tangan Anya dan menggendongnya. "Ayo pergi!"     

Anya memeluk leher Aiden dengan erat dan membiarkannya untuk membawanya melewati lautan pecahan-pecahan vas, berjalan ke arah luar pintu rumah Keluarga Tedjasukmana. Begitu mereka berada di luar pintu dan merasa bahwa situasinya sudah aman, Aiden baru menurunkannya.     

Saat berdiri di depan gerbang rumah Keluarga Tedjasukmana, Anya menatap rumah di hadapannya. Rumah ini lah yang menyimpan semua kenangan masa kecilnya.     

Kenangan yang baik dan kenangan yang buruk.     

"Setelah aku mendapatkan kembali rumah ini, aku tidak punya uang untuk merenovasi atau membeli furniture baru. Ibuku belum bangun dan aku tidak bisa menjualnya. Sepertinya, aku hanya bisa membiarkan rumah ini tergeletak begitu saja. Apakah biaya perawatan rumah ini mahal?" tanya Anya dengan khawatir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.