Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Terjatuh



Terjatuh

0"Siapa yang menjebakmu? Kamu yang tidak tahu malu, berani menggoda Aiden hanya untuk membalas dendam padaku. Kamu memang pantas untuk dibuang. Wanita yang bisa menjual apa pun untuk uang …"     

Natali tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Anya telah menghampirinya dan menampar wajahnya dengan keras.     

"Ah! Beraninya kamu memukulku! Jangan pikir aku akan tinggal diam!" Natali berteriak dengan keras dan ingin mencakar wajah Anya, berharap bisa melukai wajahnya.     

Anya menghindar dan mundur. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis, "Natali, kalau kamu tidak ingin Raka tahu yang sesungguhnya, lebih baik kamu diam dan keluar dari rumah ini bersama dengan ibumu yang kejam itu. Kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku memberitahu semua tindakanmu pada Raka. kamu tahu hubunganku dengan Raka. Aku tidak mau terlibat dalam hubungan kalian sehingga aku tidak memberitahu apa pun padanya. Tetapi sekarang …"     

Mona melangkah maju dengan marah dan menunjuk ke wajah Anya. "Dasar pelacur kecil. Kalau kamu berani menghancurkan pertunangan Natali, aku tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang!"     

"Ketika kamu menghina orang lain murahan dan memalukan, coba kamu berkaca terlebih dahulu. Apakah kamu lupa bahwa kamu juga merebut ayahku dari ibuku?" jawab Anya dengan kata-kata yang terkejam.     

Natali mengambi sebuah pecahan vas di lantai dan melemparkannya ke arah Anya. Anya mengambil salah satu bantal di atas sofa untuk melindungi dirinya.     

Tiba-tiba, Mona muncul di belakang Anya. Anya panik dan langsung berbalik menatap Mona.     

Pengawal Aiden bergerak dengan sangat cepat. Pertama-tama, ia menendang pecahan kaca yang dilemparkan oleh Natali dan ia memelintir tangan Mona.     

Pada saat yang bersamaan, Deny memasuki ruangan tersebut. Ia melihat pengawal Aiden sedang memelintir tangan Mona, membuatnya berlutut di tanah.     

Deny meraung dengan keras, "Apa yang kamu lakukan?"     

"Ayah!" Natali langsung melemparkan dirinya ke pelukan Deny, menangis dan berkata, "Kakak membawa orang-orang untuk mengambil rumah dari pagi. Ia menghancurkan vas kesayanganmu dan menyuruh orang-orangnya untuk menghajar aku dan ibu."     

"Anya, kurang ajar sekali kamu!" Deny menatap Anya dengan marah. "Suruh orang-orangmu untuk melepaskan istriku!"     

Anya hanya mencibir. "Aku bisa saja melepaskannya. Tetapi ia tiba-tiba saja muncul di belakangku dan mencoba untuk menyerangku. Ia harus minta maaf dulu padaku. Kalau tidak mau, aku akan menyuruh pengawalku untuk mendorongnya ke pecahan-pecahan vas yang ada di lantai. Biar ia merasakan betapa besar rasa sakit yang akan ia rasakan."     

"Bermimpilah! Aku tidak akan pernah meminta maaf padamu!" Mona tiba-tiba saja menggila. Ia menggigit tangan pengawal Aiden. Pengawal Aiden terkejut dan melepaskan tangannya, membuat Mona memanfaatkan kesempatan itu untuk meraih kaki Anya.     

Anya tidak menyangka Mona akan menyerangnya secara gila-gilaan seperti ini meski ia sudah ditahan oleh pengawal Aiden sekali pun.     

Hari ini, ia datang untuk mengambil rumahnya sehingga ia ingin berpenampilan berwibawa. Ia menggunakan sepatu hak tinggi untuk membuat dirinya terlihat lebih berani.     

Karena Mona tiba-tiba saja meraihnya, tubuh Anya langsung oleng.     

"Nyonya!" pengawal Aiden berteriak dengan panik. Saat ia hendak bergegas untuk menolong Anya, seseorang sudah bergerak jauh lebih cepat dari pada pengawal tersebut.     

Tiba-tiba saja, sebuah bayangan hitam bergerak dengan cepat dan menendang Mona yang memegang kaki Anya dengan keras.     

"Ahhh!" Mona berteriak kesakitan, kemudian sebuah suara gedebuk yang keras terdengar. Mona terjatuh dengan keras di atas lantai yang penuh pecahan vas.     

Pecahan-pecahan vas itu tertindih dan hancur karena tubuh Mona. Tiba-tiba saja, teriakan Mona memenuhi seluruh rumah.     

"Ibu!"     

"Istriku!"     

Deny dan Natali sama-sama berteriak. Pada saat yang bersamaan, Anya merasakan tangan yang hangat memegang pinggangnya dengan erat dan menariknya ke pelukan.     

Anya bisa mencium aroma yang ia kenal. Saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat wajah Aiden. "Aiden, kamu datang!"     

"Hmm …" Aiden memegang pinggang Anya, bisa mendengar jantung Anya yang berdegup dengan sangat kencang.     

Sebenarnya, ia tidak tahu jantung siapa yang berdetak lebih kencang, ia atau Anya. Ia benar-benar ketakutan saat melihat tubuh Anya oleng dan hampir saja terjatuh.     

"Apakah aku tidak berguna? Kalau kamu tidak menyelamatkanku, aku mungkin …"     

"Tidak. Kamu sudah melakukan yang kamu bisa. Hanya saja kamu kurang kejam," kata Aiden dengan lembut.     

Pada saat itu, Mona tergeletak di atas pecahan vas yang hancur dan sama sekali tidak bisa bergerak.     

Ia tersungkur ke tanah dengan wajah menghadap lantai sehingga dada dan perutnya mengeluarkan darah. Wajahnya terlihat pucat pasi.     

Ia bisa merasakan pecahan vas itu menembus kulitnya. Dada dan perutnya terasa sakit. Bajunya basah dan berwarna merah karena darah yang mengalir.     

Deny bergegas menghampiri istrinya dan membantu Mona untuk bersandar di lengannya dengan berhati-hati. Ia tidak berani bergerak sama sekali. "Istriku, jangan takut. Kamu akan baik-baik saja!"     

Ketika Anya melihat seberapa besar ayahnya memperhatikan dan memedulikan Mona, ia merasa sangat sedih.     

Ia ingat bahwa ayah dan ibunya sangat sering bertengkar. Sama sekali tidak pernah ia melihat ayahnya bersikap lembut pada ibunya.     

Deny berteriak dengan keras, "Apa yang kalian semua lakukan? Apakah kalian semua mati? Cepat telepon ambulan!"     

Natali tertegun di tempatnya saat melihat baju ibunya menjadi berwarna merah. Ia menutup mulutnya dengan ekspresi ngeri. "Ibu, ibu …"     

"Nat, jangan bergerak. Berbahaya!" Mona menarik napas dalam-dalam. Wajahnya terlihat sangat kesakitan tetapi ia masih memperhatikan putrinya.     

"Semua ini karena kamu wanita jahat! Kamu telah melukai ibuku!" Natali menunjuk ke arah Anya dengan marah. Ia benar-benar ingin membunuh Anya.     

Mata Aiden terlihat dingin hingga rasa dinginnya bisa menusuk ke tulang-tulang. "Kalau kamu sendiri selalu berbuat jahat dalam hidupmu, jangan salahkan orang lain berbuat hal yang sama."     

"Natali …" pada saat ini, Raka tiba-tiba saja muncul di depan pintu.     

"Raka, ibuku terluka!" Natali langsung menangis dan menguburkan dirinya dalam pelukan Raka.     

Raka melihat semua pecahan-pecahan beling yang ada di lantai. Mona sedang bersandar di lengan Deny, tubuhnya penuh dengan pecahan-pecahan kaca yang tertancap dan bajunya penuh dengan noda darah. Ia sangat terkejut dan langsung bertanya dengan khawatir. "Anya, apakah kamu baik-baik saja?"     

Natali merasa sangat marah hingga menggertakkan giginya. Di saat-saat seperti ini, Raka hanya memedulikan mengenai Anya dan malah bertanya apakah Anya terluka.     

"Bu Mona mencoba untuk mendorongku tetapi Aiden menyelamatkanku!" Anya tidak menjelaskan banyak.     

Raka adalah pria yang cerdas sehingga secara alami ia bisa menebak apa yang terjadi.     

Mona ingin melukai Anya, tetapi untungnya saja Aiden menyelamatkannya. Sehingga mungkin saja Aiden yang telah membuat Mona terluka hingga seperti ini.     

Mona memang pantas untuk mendapatkannya.     

Saat masih kecil, Mona sangat sering memarahi dan memukul Anya. Raka mengetahuinya.     

"Paman, kamu masih tidak sehat. Bagaimana kalau kamu membaringkan bibi di sofa dan menunggu kedatangan ambulan?" Raka mengambil inisiatif untuk mengatakannya.     

Deny merasa sangat marah. Tetapi ia tahu betul bahwa istrinya lah yang berencana untuk menyakiti Anya. Aiden pun menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri.     

Deny tidak akan berani melakukan apa pun, terutama saat ada Aiden di tempat ini. Ia hanya bisa menelan kemarahannya.     

"Istriku, jangan takut. Raka akan membantumu untuk bersandar di sofa. Ketika ambulan datang, aku akan menemanimu ke rumah sakit," Deny berusaha menenangkan Mona.     

"Anya memanfaatkan dukungan orang lain untuk merebut rumah ini. Apa yang harus kita lakukan?" Mona langsung mengadu pada Deny. Kalau saja ia tahu bahwa pemuda yang duduk di dalam mobil adalah Aiden, ia tidak akan berani melawan Anya.     

Mata Aiden menjadi semakin dan semakin dingin. Ia mencibir. "Aku sudah memberitahumu untuk pergi sejak tiga hari yang lalu. Mengapa kalian tidak keluar?"     

Deny berkata dengan tenang. "Aiden, aku sedang tidak sehat. Aku menghabiskan waktuku di rumah sakit akhir-akhir ini dan aku tidak mengetahui pemberitahuanmu. Kalau kamu datang sendiri, mengapa kamu harus menghancurkan semua barang dan melukai istriku? Apakah kamu berniat untuk mengambil rumah ini atau merampoknya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.