Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mimpi Buruk yang Lain



Mimpi Buruk yang Lain

"Paman, apakah itu artinya kamu setuju dengan rencana ini asalkan aku yang memimpin proyeknya?" Nico begitu bersemangat saat mengatakannya.     

"Hmm ... Itu adalah toleransi terbesar yang bisa aku berikan kepadamu, dengan syarat Atmajaya Group memegang 70% bagian dalam proyek ini. Kalau Raka tidak setuju, kirimkan Raisa ke penjara. Raisa melakukan kejahatan dan hendak melarikan diri ke luar negeri. Kalau Keluarga Mahendra bisa berusaha untuk mengurangi masa tahanannya, aku bisa memenjarakannya lebih dari tiga tahun," kata Aiden dengan dingin.     

Nico bergidik mendengarnya. Raisa sudah benar-benar gila berani melakukan hal ini kepada pamannya.     

Ditambah lagi, Keluarga Mahendra tidak akan pernah bisa mengeluarkan Raisa dari penjara kalau pamannya turun tangan.     

"Paman, aku rasa Raka tidak akan setuju karena tanahnya adalah milik mereka. Keluarga Mahendra juga menginvestasikan uangnya di tahap awal ..."     

"Aku setuju dengan rencanamu selama Atmajaya Group berada di posisi yang lebih kuat dan memegang 70% bagian. Kamu bisa membicarakannya dengan Raka. Aku ingin beristirahat," sela Aiden.     

"Paman, itu mustahil. Bisakah kamu memberiku kelonggaran lagi? Bagaimana kalau 60% Atmajaya Group dan 40% Keluarga Mahendra?" bujuk Nico sekali lagi.     

"Tidak, 70%!" kata Aiden dengan tegas.     

"Bibi ..."     

"Tidak usah memanggil bibimu, aku tidak akan mengubah pikiranku. Keluarlah dari kamarku," Aiden berjalan menuju ke tempat tidurnya yang besar.     

"Bibi, bantu aku!" Nico meminta bantuan dari Anya.     

Anya hanya bisa diam. Apa yang bisa ia lakukan?     

Tidak mungkin ia membantu Nico, karena itu artinya sama saja dengan membantu Raka ...     

"Berusahalah untuk membicarakannya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi sebelum kamu melakukannya. Aku akan mendukungmu," kata Anya berusaha untuk menyemangati Nico.     

"Paman, aku benar-benar tidak bisa menyelesaikan tugas ini. Aku ..."     

"Kalau kamu tidak bisa menyelesaikannya, jangan kembali untuk bertemu denganku," suara Aiden menjadi semakin dan semakin kesal karena Nico tidak mau keluar juga dari kamarnya.     

Nico terkejut dan tidak berani mengganggu pamannya lagi. Ia bergegas untuk pergi dari kamar tersebut.     

Setelah kepergian Nico, Aiden mengunci pintu kamarnya.     

Anya memiliki firasat apa yang akan Aiden lakukan. Ia langsung meletakkan ponselnya, mematikan lampu di samping nakas dan berpura-pura menguap. "Aku sangat mengantuk. Akhirnya aku bisa tidur juga," katanya dengan sengaja.     

"Benarkah? Apakah kamu bisa tidur?" Aiden berjalan ke sisi tempat tidur. Matanya seperti mata serigala yang sudah siap memangsa, menatap wajah kecil Anya.     

"Aku mengantuk. Bicaranya besok saja," Anya tidak berani menatap Aiden.     

Aiden membuka baju tidurnya. Tubuhnya yang berotot, perutnya yang six pack, tampak sempurna dan menggoda.     

Jantung Anya berdegup dengan kencang. Ini adalah rumah Keluarga Atmajaya!     

"Anya, aku pikir ..." Aiden menundukkan kepalanya dan berbisik di telinganya.     

"Aku ingin tidur." Anya berbalik dan memunggungi Aiden.     

Piyama yang Anya kenakan sangat tertutup. Tetapi melihat bagian belakang leher Anya yang mulus, Aiden merasa piyama itu berbeda kalau Anya yang mengenakannya.     

Aiden membuka selimut yang Anya gunakan dan memeluk punggung Anya. Tangannya berlabuh di pinggang Anya. Tubuh mereka berdekatan, tanpa ada jarak.     

Seluruh tubuh Anya menjadi kaku. Ia sedikit bergeser untuk menjauhi Aiden, namun Aiden langsung mengikutinya.     

Ia bergerak lagi dan Aiden tetap mengejarnya.     

"Jangan dekat-dekat. Panas!" Anya sedikit mendorongnya, tetapi tidak berani melakukannya dengan terlalu keras karena takut Aiden akan marah.     

"Panas? Aku bisa membantumu untuk mendinginkannya," Aiden memain-mainkan rambut panjang Anya.     

Wajah putih Anya langsung memerah mendengar kata-kata ambigu Aiden.     

Keningnya sedikit berkerut. Bibir kecilnya mengerucut. Ia menatap Aiden dengan matanya yang besar dan sedikit basah.     

Aiden memegang dagu Anya, menundukkan kepala dan ingin mencium istrinya. Tetapi Anya langsung mengulurkan tangannya dan mendorong dada Aiden.     

"Aku sedang sakit gigi. Nanti kamu tertular kalau menciumku," Anya menolak dan mencari alasan apa pun yang muncul di benaknya.     

"Apakah sakit? Bagaimana bisa gigimu tiba-tiba sakit?" Aiden mengelus pipi Anya dan bertanya dengan lembut. "Apakah mau aku panggilkan dokter?"     

Anya meringis dengan canggung dan masih berusaha menjauhkan tubuhnya dari Aiden. "Aku makan terlalu banyak cokelat kemarin."     

Aiden menatap istri kecilnya dan tertawa kecil. "Kalau kamu membaginya denganku, gigimu tidak akan sakit."     

"Bu Hana bilang kamu tidak suka cokelat," kata Anya.     

"Kalau kamu menyukainya, aku juga menyukainya. Tidurlah," kata Aiden sambil menepuk-nepuk punggung Anya.     

"Selamat malam," setelah mengetahui bahwa Aiden tidak berniat melakukan apa pun, Anya mencari posisi yang nyaman di pelukannya dan tertidur.     

Ia membiarkan tubuhnya terlelap dalam pelukan Aiden, memanfaatkan kesempatan kali ini karena ia tidak tahu apakah ia masih punya kesempatan untuk tidur di pelukan Aiden lagi setelah ini.     

Melihat Keara yang bertekad untuk mendapatkan Aiden kembali, Anya merasa ia akan kehilangan suaminya.     

Ia tidak mau bercinta dengan Aiden malam ini, karena ia merasa yang Aiden inginkan saat ini bukanlah Anya, melainkan Keara.     

Selama ia masih berpikir bahwa ia adalah pengganti Keara, ia tidak ingin bercinta dengan suaminya.     

Malam itu, Anya tidak bisa tidur dengan tenang. Ia memimpikan Keara.     

Wanita itu menunjuk ke arah wajahnya dan berkata bahwa ia adalah pengganti yang telah merebut posisinya sebagai menantu ketiga di Keluarga Atmajaya.     

"Aku bukan penggantimu. Bukan!" Anya terus bergerak dalam tidurnya, menggeleng-gelengkan kepalanya. Keringat mengalir ke pipi dan lehernya.     

"Anya, bangun!" Aiden menepuk pipi Anya untuk membangunkannya dari mimpi.     

Ketika Anya membuka matanya dan melihat wajah Aiden, hatinya terasa sakit.     

Di mimpinya, Aiden sedang memeluk pinggang Keara. Mereka berdua tampak sangat dekat. Keara menyandarkan kepalanya di dada Aiden sambil menunjuk ke arah dirinya, menghinanya sebagai pengganti. Meski ia sudah terbangun dari mimpinya sekali pun, Anya masih bisa mengingat hal itu dengan jelas.     

"Kamu bukan pengganti siapa pun. Kamu adalah satu-satunya untukku," Aiden merengkuh Anya di dalam pelukannya dan menenangkannya.     

Mungkin, Anya akan mempercayai kata-kata itu sebelumnya. Namun, setelah melihat Aiden mencium Keara, Anya merasa tidak bisa mempercayai suaminya lagi.     

Anya berpikir sejenak dan memutuskan untuk bertanya pada Aiden. "Aku bermimpi, kamu dan Keara kembali bersama. Keara bilang aku adalah penggantinya dan aku harus segera meninggalkanmu."     

"Itu hanyalah mimpi. Satu-satunya wanita yang bisa menjadi istriku adalah kamu karena hanya kamu yang bisa membuat hatiku senang," Aiden ingin mencium bibir Anya, tetapi Anya langsung menoleh dan ciuman itu mendarat di pipinya.     

Aiden tertawa, mengira Anya marah karena mimpi yang baru saja ia alami. "Apakah kamu marah padaku karena mimpimu?"     

"Keara masih mencintaimu dan tidak akan melepaskanmu lagi. Kalau kamu ..."     

"Tidak, aku tidak memiliki perasaan apa pun padanya. Aku hanya menginginkan kamu." Kata Aiden sambil mengecup rambut panjang Anya di tangannya. "Ayo turun dan sarapan. Hari ini aku akan menemanimu untuk mengambil rumah ibumu."     

"Hmm ..." Anya tidak melanjutkan pembicaraannya.     

Di situasi seperti ini, ia merasa harus memanfaatkan posisinya sebagai menantu Keluarga Atmajaya untuk mengambil rumah milik ibunya.     

Ia harus menabung sebanyak mungkin. Kalau Aiden menceraikannya, ia masih bisa menanggung biaya rumah sakit ibunya sendiri.     

Tetapi pemikiran mengenai perceraian membuat hati Anya sakit.     

Ia begitu mencintai Aiden. Ia ingin hidup bersama dengan Aiden hingga maut yang memisahkan mereka. Tetapi butuh persetujuan dua orang dalam menjalin hubungan.     

Ia tidak tahu apa yang Aiden inginkan.     

'Aiden, bagaimana aku bisa terus mencintaimu dan mempertahankanmu di sisiku?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.