Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Masalah Bisnis



Masalah Bisnis

0"Bibi, apakah kamu sedang menguping?" bisik Nico di samping Anya.     

Anya merasa sangat malu saat melihat Nico. Bagaimana bisa ia lupa ada Nico di rumah ini?     

"Kalau aku bilang tidak, apakah kamu akan percaya?" Anya hanya bisa menghela napas panjang.     

"Aku juga dengar bahwa Keara ingin membatalkan pertunangannya dengan Paman Ivan dan kembali pada Paman Aiden. Tetapi kamu harus ingat bahwa hubungan tidak bisa dijalankan satu pihak saja. Kalau ia ingin kembali, ia harus menanyakan persetujuan pamanku. Jadi, bibi tidak perlu khawatir," kata Nico, berusaha menghibur Anya.     

"Ha ha …" tawa yang hambar itu terdengar dari bibir Anya.     

Sebelumnya, ia juga memikirkan hal yang sama dengan Nico. Kalau memang Keara ingin kembali bersama dengan Aiden, belum tentu Aiden menginginkan hal yang sama.     

Bukankah harga dirinya akan tercoreng jika ia menerima kembali wanita yang telah berselingkuh darinya?     

Namun, perkiraan Anya salah.     

Ketika melihat Aiden memeluk pinggang Keara dan bibir mereka saling menyentuh, Anya sudah kalah.     

Ia sudah tidak punya tempat di sisi Aiden.     

Nico menggaruk kepalanya dan berkata, "Bibi, aku tidak memahami mengapa kamu tertawa seperti itu."     

"Nico, katakan pada semua pelayan untuk berkumpul di ruang tamu," kata Aiden dengan dingin. Dengan kaki panjangnya, Aiden berhasil menyusul langkah Anya.     

"Apa yang ingin kamu lakukan, Paman?" Nico menatap Aiden dengan terkejut.     

"Pelayan Keluarga Atmajaya telah disuap untuk memasukkan obat di anggurku. Lalu, ada orang yang memasuki kamarku dan memasukkan barang-barang yang bukan milikku untuk menghancurkan hubunganku dengan istriku. Kamu tahu aku tidak akan mentoleransi hal seperti ini. Aku akan mencari orangnya hari ini," kata Aiden dengan dingin.     

Anya terdiam sejenak. Apakah foto Keara di kamar Aiden bukan miliknya, tetapi ada seseorang yang sengaja menaruhnya di sana?     

Nico mengangkat sebuah tas di tangannya. "Apakah ini maksudmu? Mungkin pelayannya salah menempatkan benda-benda ini. Kamar Paman Ivan tepat di sebelahmu. Sepertinya ini bukan kesengajaan."     

Pestanya baru saja selesai. Maria bahkan masih berada di gedung acara untuk mengantar tamu pulang satu per satu dan mengatur pelayan untuk membersihkan ruangan. Ia bahkan belum sempat kembali dan beristirahat.     

Saat ini, sepertinya tidak memungkinkan untuk mengumpulkan semua pelayan.     

Anya memegang tangan Aiden. "Aiden, Kak Maria sedang sibuk dan menyuruh semua pelayan untuk membersihkan ruang acara. Bagaimana kalau kamu menanyakan hal ini besok saja?"     

"Ya, Paman. Lebih baik besok saja." Setelah mengatakannya, Nico memberikan tas yang dibawanya pada salah satu pelayan. "Simpan barang-barang ini."     

Pelayan itu melirik ke arah Aiden dan melihat Tuannya sangat marah. Ia tidak berani mengatakan apa pun. Ia langsung mengambil tas di tangan Nico dan bergegas turun ke lantai bawah tanpa melihat ke belakang lagi.     

"Kalian berdua bicaralah. Aku akan kembali ke kamar dulu." Anya melanjutkan langkahnya dan berjalan ke kamar.     

"Tidak ada rahasia di antara kamu dan aku." Aiden menyusul Anya dan masuk ke dalam kamar bersama-sama.     

"Paman, bagaimana dengan aku?" Nico terdiam di tempatnya.     

Anya menatap Nico. "Masuk saja. Bicaralah dengan Aiden di dalam."     

"Oh," Nico menggaruk-garuk kepalanya. Ia merasa tidak nyaman. Lebih baik ia melaporkan masalah ini di ruang kerja. Tetapi sepertinya Aiden tidak mau meninggalkan Anya.     

Mengikuti Aiden dan Anya ke dalam kamar, ia menghela napas panjang, merasa khawatir harus melihat kemesraan paman dan bibinya.     

Setelah masuk ke dalam kamar, Anya langsung duduk di tempat tidurnya dan berpura-pura memainkan ponselnya.     

Kamar Aiden memiliki sebuah balkon yang cukup besar. Aiden biasa menghabiskan waktunya di balkon itu saat hari cerah.     

Pada saat itu, ia sedang dalam masa-masa pemulihan sehingga ia harus tinggal di rumah Keluarga Atmajaya. Dengan begitu, Maria bisa merawatnya dengan lebih mudah.     

Setelah beberapa bulan, perlahan-lahan Aiden pindah ke rumahnya sendiri. Ia juga melakukan latihan dan rehabilitasi sendiri karena tidak ingin terkurung di rumah itu lebih lama.     

Meja dan kursi serta pot bunga yang menghiasi balkon itu masih berada di tempat yang sama. Hanya saja, pemiliknya sudah tidak pernah kembali.     

"Duduklah di sini," Aiden mengajak Nico untuk berbicara di balkon.     

Nico melirik ke arah Anya dan melihat bibinya sedang sibuk bermain ponsel. Anya terlihat sama sekali tidak peduli dengan pembicaraan mereka.     

"Paman, aku ingin mengembangkan tanah itu dengan Raka." Nico menghampiri salah satu kursi dan memegangnya. Tetapi ia tidak berani untuk duduk di hadapan pamannya karena terlalu gugup.     

Aiden bersandar di kursi dengan malas. Jari-jarinya mengetuk pegangan kursi dan ia berkata dengan serius. "Kamu ingin mengembangkannya bersama dengan Raka, atau Raka yang menyarankan agar kamu mengambil alih proyek ini bersama dengannya?"     

"Raka yang menyarankannya, tetapi aku ingin melakukannya bersama dengannya. Bisakah kamu menendang Deny keluar dari proyek ini dan membiarkan aku dan Raka menyelesaikan proyek ini bersama-sama?" tanya Nico.     

Aiden tidak mengatakan apa pun. Jari-jarinya terus bergerak, tetapi matanya menatap Nico dengan tajam. Nico bisa merasakan bulu kuduknya berdiri semua.     

"Paman, aku tahu kamu ingin memberiku kesempatan untuk berkembang, memimpin proyek dan membangun reputasiku sendiri di Atmajaya Group. Tetapi tanpa bantuanmu, aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan proyek ini sendirian. Kalau kamu bekerja sama dengan Raka, kamu bisa lebih santai …"     

"Aku hanya bisa tenang kalau aku mengerjakan semuanya sendirian. Kalau kamu bekerja sama dengan Raka, aku tidak hanya harus mengawasimu, tetapi juga mengawasinya. Aku akan jauh lebih lelah." Sela Aiden dengan tidak sabar.     

Nico berusaha untuk membujuk Aiden. "Paman, biarkan aku mencobanya! Aku benar-benar ingin memimpin proyek ini dan aku percaya pada Raka. Raka tidak akan pernah menipuku."     

"Apakah itu artinya kalian berdua tidak mau aku terlibat dalam proyek yang kalian kerjakan?" akhirnya Aiden menyadari maksud Nico.     

"Ya, itu yang Raka mau. Kalau kamu tidak setuju, Keluarga Mahendra akan mengembangkan proyeknya sendiri dan membiarkan kamu melakukan apa pun pada Raisa," Nico mengamati wajah Aiden dengan seksama.     

Ketika mendengar kata-kata Nico, akhirnya mata Anya teralih dari layar ponselnya. Tanpa sadar ia menatap ke arah Aiden.     

"Raka bersedia untuk menyerahkan Raisa?" tanya Aiden sambil tersenyum.     

"Pengacara mengatakan bahwa Raisa kejahatan yang dilakukan Raisa kemungkinan hanya akan membuatnya mendapatkan hukuman penjara kurang dari tiga tahun. Kalau paman tidak setuju untuk bekerja sama, mereka akan mencari pengacara terhebat untuk Raisa, mencoba untuk mengurangi masa hukumannya dan membiarkan Raisa merasakan pelajaran atas perbuatannya," Nico menjelaskan rencana Keluarga Mahendra pada Aiden.     

Aiden berbalik untuk menatap Anya. "Anya, bagaimana menurutmu?"     

"Ini adalah masalah bisnis kalian. Aku tidak mengerti," Anya berpura-pura bodoh dan tidak mau mengungkapkan pendapatnya.     

"Raka seperti singa yang sedang tidur. Kalau kamu memberinya kesempatan, ia akan bangun. Proyek ini dilakukan oleh Atmajaya Group untuk membangun reputasi Nico. Tetapi begitu Raka ikut campur, semua penghargaannya akan direbut olehnya. Itu tidak baik untuk Nico," kata Aiden.     

"Kalau begitu, buatlah perjanjian dengan Raka bahwa proyek ini akan dipimpin oleh Nico dan Raka akan mengikuti semua perintahnya. Kita tidak boleh membiarkan Raka mencuri perhatian dari Nico," kata Anya.     

Anya menyetujui kerja sama itu karena tahu betul bahwa jika mereka tidak mencapai kesepakatan, Raisa akan dipenjara. Kemudian, Keluarga Atmajaya dan Keluarga Mahendra selamanya akan menjadi musuh.     

Kalau Keluarga Tedjasukmana menjual tanah itu pada Keluarga Mahendra dan tidak ikut serta dalam pembangunan, maka semua keuntungan akan diambil oleh Raka dan keluarganya.     

"Apakah kamu dengar?" Aiden melirik ke arah Nico.     

Mata Nico langsung berbinar setelah mendengar saran Anya. Ia berkata dengan penuh semangat. "Paman, apakah itu artinya kamu setuju dengan rencana ini asalkan aku yang memimpin proyeknya?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.