Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Apakah Kamu Pernah Mencintaiku?



Apakah Kamu Pernah Mencintaiku?

0"Aku dengar kamu membuat taman vanili di tamanmu dan butuh waktu yang lama untuk tumbuh. Kamu tidak hanya menginvestasikan uang, tetapi juga waktu dan energi. Aku akan mengijinkanmu untuk mempertahankan taman vanili, tetapi kamu harus memindahkan semua bunga dan pohon. Semua kerugian yang kamu alami akan ditanggung oleh Atmajaya Group." Bima berusaha untuk menawarkan keuntungan bagi Anya.     

"Penawarannya sangat menarik. Sebagai ganti taman itu, aku akan mendapatkan taman yang subur di kaki gunung Mid Valley dan kompensasi untuk kerugiannya. Tetapi aku membutuhkan persetujuan ibuku. Bisakah kita membahas masalah ini setelah ibuku bangun?" Anya tidak langsung menolak, tetapi ia mengulur waktu.     

Sebenarnya ia bersedia untuk menerima penawaran Bima karena ia pun tidak mengalami kerguian apa pun.     

Di taman milik ibunya, area yang paling penting adalah area vanili dan bunga mawar. Bima bersedia untuk mempertahankan vanili, yang merupakan fokus utamanya.     

Ditambah lagi, ia bersedia untuk memberinya sepetak tanah di kaki gunung Mid Valley agar ia bisa menanam bunga dan pohon di sana.     

Bunga mawar yang ada di tamannya memiliki tingkat pertahanan yang hidup cukup tinggi. Ia yakin bunganya tidak akan mati jika dipindah sekali pun, termasuk bunga-bunga seperti bunga lili dan tulip.     

Untuk tanaman lainnya dengan tingkat ketahanan hidup yang rendah, ia bisa memikirkan suatu cara untuk meningkatkannya. Kalau tidak bisa, Atmajaya Group akan mengganti kerugian yang dideritanya.     

Setidaknya, menurut pendapat Anya, penawaran Bima sangat masuk akal.     

"Bagaimana jika ibumu tidak setuju?" tanya Bima.     

"Aku akan mencoba untuk membujuknya. Tetapi aku tidak bisa melakukannya tanpa persetujuannya," jawab Anya dengan tenang.     

"Kalau sampai bulan Oktober ibumu belum bangun, aku harap kamu bisa memikirkannya kembali dan menyetujuinya," kata Bima.     

Anya mengangguk dan setuju.     

Aiden menatap Bima dengan tatapan yang tidak tertebak. Ia tidak menyangka ayahnya akan memberikan kelonggaran mengenai masalah tanah milik ibu Anya. Bahkan ia menawarkan bantuan pada Anya untuk mencarikan tanah baru dan mempertahankan taman vanili untuknya.     

Selama ini, pendapatnya tentang ayahnya tidak seberapa baik. Sehingga ia merasa sedikit heran dengan sikap ayahnya.     

Aiden sudah mengira bahwa Anya pasti setuju untuk memberikan tanah itu selama taman vanilinya tetap dipertahankan, tetapi ia tidak menyangka ayahnya mau membuat pengecualian seperti itu.     

Setelah mendapatkan jawaban Anya, Bima mengangguk dengan puas. "Kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah. Aku ingin berbicara dengan Aiden."     

Anya bangkit berdiri dengan patuh dan menghadap Aiden. "Bicaralah dulu, aku akan naik ke atas."     

Bima segera memanggil salah satu pelayan untuk mengantarkan Anya. "Antarkan istri Aiden ke kamarnya untuk beristirahat."     

Wajah Keara langsung memucat mendengarnya. "Aiden, kamu sudah menikah?"     

"Hmm ..." jawab Aiden dengan santai.     

"Anya masih belum lulus kuliah. Mereka berdua mendaftarkan pernikahan mereka terlebih dahulu tanpa merayakannya. Saat ini, pernikahan mereka masih dirahasiakan dan akan dirayakan jika ada kesempatan," kata Bima.     

"Ayah, kalau kamu lelah, kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah. Aku ingin berbicara dengan Keara." Aiden sudah tidak sabar dan tidak mau duduk untuk mendengarkan obrolan yang tidak penting.     

"Paman, apakah perlu aku temani?" tanya Keara.     

"Tidak usah. Aku bisa sendiri," Bima bangkit berdiri dan berjalan ke kamarnya sambil diikuti beberapa pelayan.     

Setelah Bima pergi, Keara berkata, "Mari kita bicara di taman."     

"Hmm ..." Aiden mengangguk.     

Malam itu sangat tenang dan suara jangkrik terdengar di taman.     

Ini kedua kalinya Anya mengunjungi rumah Keluarga Atmajaya. terakhir kali ia datang, ia tidak sempat melihat-lihat rumah dan naik ke lantai atas.     

Namun, ia masih merasa bersemangat untuk tinggal di rumah ini dan menempati kamar Aiden!     

Anya berjalan memasuki kamar Aiden, melihat banyak piala dan sertifikat yang dipajang di sebuah kabinet kaca.     

Aiden tidak hanya tampan, tetapi juga sangat cerdas. Ia mahir dalam segala bidang dan memenangkan banyak penghargaan.     

Setelah berkeliling di kamar, Anya pergi ke arah jendela yang mengarah ke taman. Ia melihat Aiden dan Keara sedang berdiri di sana.     

Sejak kapan mereka pindah ke taman berdua? Bukankah mereka bersama dengan Bima di ruang keluarga?     

Anya merasa tidak nyaman melihat suaminya bersama dengan wanita lain, seperti sepasang kekasih.     

Tiba-tiba saja, pintu kamarnya diketuk. "Nyonya, baju ganti Anda sudah dikirimkan."     

"Masuklah," jawab Anya.     

Seorang pelayan membuka pintu, membawa sebuah tas di tangan kanannya dan tas kosmetik di tangan kirinya.     

"Bu Hana mengatakan bahwa di tas kosmetik ada produk make up, perawatan kulit, pembersih dan masker untuk membersihkan riasan Anda. Kalau masih ada yang kurang, ia akan mengantarkannya lagi." Pelayan itu tersenyum dan meletakkan tas kosmetik yang dibawanya di atas meja rias.     

"Apakah tas itu berisi baju?" Anya melihat tas yang satunya sangat besar, memperkirakan bahwa ada lebih dari satu baju ganti di sana.     

"Iya, Nyonya. Ada sepasang baju tidur dan dua baju terusan. Bu Hana mengatakan bahwa warna dua baju terusan itu cocok dengan sepatu Anda hari ini. Jadi, Anda bisa memilih salah satu untuk besok." Pelayan itu menyampaikan pesan Hana kepada Anya.     

"Baiklah, terima kasih." Anya mengambil tas itu dan merasa hatinya tersentuh.     

Hana sangat baik kepadanya dan benar-benar memikirkannya dengan tulus. Selama ini, sejak ibunya sakit, Anya selalu mengurus dirinya sendiri. Ia jarang merasakan dimanjakan oleh orang lain seperti ini.     

Anya bergegas menelepon Hana. "Bu Hana, aku sudah menerima bajunya. Terima kasih," kata Anya.     

Hana hanya tersenyum. "Tidak usah berterima kasih, Anya."     

Anya menggigit bibirnya dan berpikir sejenak. Kemudian, ia memutuskan untuk bertanya pada Hana. "Bu Hana, Aiden sedang berbicara dengan Keara di taman. Apakah aku harus ke sana?"     

"Anya, apakah kamu menelepon ibu untuk menanyakan hal ini?" Hana langsung memahaminya.     

Anya tertawa. "Aku tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Bu Hana. Ketika Tara pulang tadi, ia bilang agar aku menjaga Aiden baik-baik. Sekarang aku melihat Aiden dan Keara di taman berduaan dan mereka tampak sangat dekat. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."     

"Anya, kamu adalah istri Aiden, menantu dari Keluarga Atmajaya. Hari sudah malam, seharusnya kamu menyuruh suamimu untuk kembali ke kamar. Kalau memang kamu merasa tidak nyaman, pergilah ke tempat suamimu dan mintalah ia kembali. Tidak usah menahan diri. Wanita yang ingin merebut suamimu melakukannya dengan terang-terangan, mengapa kamu harus takut? Cepat pergilah ke tempat Aiden," kata Hana.     

"Aku akan mandi dan membersihkan riasanku dulu. Kalau setelah aku mandi mereka masih berbicara, aku akan menghentikan mereka," Anya menutup telepon setelah berterima kasih sekali lagi pada Hana. Kemudian, ia berjalan ke kamar mandi sambil membawa baju ganti.     

Setengah jam kemudian, Anya keluar dari kamar mandi. Ia berjalan ke arah jendela sekali lagi dan menatap ke arah taman.     

Saat itu, Keara sedang memeluk Aiden dari belakang.     

Alarm di kepala Anya seolah berbunyi. Benar apa kata Hana, ia terlalu penakut sehingga Keara berani merebut suaminya terang-terangan di hadapannya.     

Demi Tuhan, saat ini mereka sedang berada di satu atap! Beraninya wanita itu!     

Anya tidak perlu pikir panjang. Meski rambutnya masih basah, ia berlari ke lantai bawah dengan piyamanya dan sandal rumah.     

Di taman, Keara memeluk pinggang Aiden dengan erat. "Hari ini, Raisa menanyakan kepadaku siapa yang aku pikirkan ketika aku akan mati. Aku memikirkan kamu. Kamu adalah orang yang paling aku cintai, Aiden. Aku mencintaimu," katanya dengan air mata yang menetes di wajahnya.     

"Lepaskan aku," Aiden menepis tangan Keara dengan marah.     

"Aku tidak mau melepaskanmu. Kamu tahu betul aku mencintaimu. Mengapa kamu tidak peduli padaku?" Keara menyandarkan kepalanya di punggung Aiden. Tangannya tidak mau menyerah dan tetap memeluk Aiden dengan erat.     

Aiden menarik tangan Keara dengan paksa dan melemparkannya ke samping. Ia berbalik dan menatap Keara dengan dingin. "Keara, kamu bertunangan dengan Ivan, tetapi kamu bilang kamu mencintaiku. Apakah kamu tidak merasa itu ironis?"     

"Aku bersama dengan Ivan hanya untuk membuatmu cemburu. Tetapi kamu sama sekali tidak peduli dan sekarang aku terjebak dalam pertunangan yang tidak aku inginkan." Keara menatap Aiden dengan sedih. "Aiden, apakah kamu pernah mencintaiku?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.