Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Informasi Palsu



Informasi Palsu

0Aiden memandang wajah Anya yang benar-benar tidak tahu apa-apa. istrinya itu begitu polos dan lugu sehingga tidak memahami bahwa Keara mencoba untuk mempermalukannya sebelumnya.     

Istri kecilnya itu malah menganggap Keara ramah!     

"Apa yang kamu lihat?" Anya mengulurkan tangan untuk meraba wajahnya sendiri. "Aku baru saja makan kue. Apakah ada krim yang menempel di wajahku?"     

"Hmm …" Aiden menundukkan kepala dan mencium bibir Anya. "Sekarang sudah tidak ada lagi."     

Mata Anya kembali terbelalak dan ia menatap Aiden dengan aneh. Hari ini Aiden bersikap sangat aneh. Tidak biasanya ia terang-terangan menunjukkan kemesraan di depan orang banyak. Apakah karena ada Keara di tempat ini sehingga Aiden ingin membuatnya cemburu?"     

"Aiden, ada apa denganmu hari ini?" tanya Anya sambil memicingkan matanya.     

"Ada apa?" Aiden berpura-pura tidak tahu.     

"Tidak biasanya kamu menunjukkan kemesraan di depan umum," Anya menatapnya dengan curiga.     

Aiden memeluk pinggang Anya dengan lembut. "Apakah kamu pikir aku sengaja menunjukkan kemesraan kita di hadapan Keara?" katanya sambil tertawa kecil.     

"Apakah itu benar?" Anya merasa sedikit muram.     

Hari ini kelakuan Aiden benar-benar aneh. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari keanehan sikap suaminya?     

"Aku ingin menunjukkannya kepada semua orang," jawab Aiden sambil menatap istri kecilnya yang cemburu.     

Tiba-tiba saja, ponsel Aiden berbunyi. Terpaksa Aiden melepaskan pelukannya dari pinggang Anya. Aiden menatap layar ponselnya dan berkata, "Pergilah ke tempat Nico dan Tara. Ada yang harus aku urus."     

Anya menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berjalan menuju ke arah Tara.     

Jika ada sesuatu yang harus Aiden urus secara langsung, itu artinya masalah tersebut tidak sepele.     

Bagaimana Aiden menangani Raisa sudah di luar kendali Anya dan Anya merasa tidak enak untuk bertanya pada Aiden. Ia tidak mau suaminya salah sangka.     

Keara yang sedang berbincang-bincang dengan Maria melihat Anya berpisah dari Aiden. Ia langsung memanggil Anya dengan sedikit keras. "Anya, kemarilah! Duduklah bersama kami."     

Anya menatap Keara dengan tatapan enggan dan kemudian menatap Tara dengan tak berdaya. "Aku akan ke sana," katanya pada akhirnya.     

Ia benar-benar tidak ingin duduk bersama dengan Keara dan lebih nyaman bersama dengan Tara, tetapi ia tidak punya alasan untuk menolak apalagi Keara selalu bersikap ramah padanya.     

"Pergilah. Kamu harus berhati-hati saat berbicara dengan mantan kekasih suamimu!" kata Tara dengan cemas.     

"Tara, apakah kamu pernah mencintai seseorang? Rasanya kamu sangat berpengalaman," kata Anya dengan setengah bercanda.     

Tara hanya memutar bola matanya melihat sahabatnya masih bisa bercanda. "Tidak perlu banyak pengalaman untuk melihat bahwa Keara bukan wanita yang sederhana. Ia bisa menghadapi siapa pun dengan sangat mudah dan bicara tanpa kesalahan sedikit pun."     

"Aku ingin menjadi sepertinya," kata Anya dengan kagum.     

"Kalau kamu menjadi seperti Keara, aku akan takut kepadamu. Aku lebih suka dirimu yang sekarang," kata Tara.     

"Terima kasih, Tara. Aku akan tetap menjadi Anya yang manis seperti ini," jawab Anya sambil tertawa. Tara hanya melotot ke arah sahabatnya itu, ingin menimpuknya dengan sesuatu. Tetapi ia sama sekali tidak berani melakukannya karena takut pada Aiden.     

"Kembalilah membawa makanan yang enak," hanya itu jawaban Tara.     

"Baiklah, aku akan segera kembali," kata Anya sebelum meninggalkan Tara dan berjalan menuju ke arah Maria dan Keara.     

Bagaimana pun juga, Keara memiliki status sebagai tunangan Ivan. Meski Ivan tidak hadir dalam acara tersebut, semua orang tetap menganggap Keara sebagai anggota Keluarga Atmajaya.     

Bima sangat menyukai calon menantunya yang satu ini. Dari tiga menantunya, hanya Anya yang paling tidak ia sukai.     

Melihat Anya datang menghampirinya, Maria mengulurkan tangan sambil tersenyum, "Anya, kamu dan Aiden menginaplah di rumah malam ini."     

Anya sedikit melirik ke arah Keara. Apakah Keara juga akan menginap di rumah ini malam ini?     

Memikirkan kembali saran dan peringatan Tara, Anya menebak Keara juga akan menginap di rumah ini malam ini. Anya merasa sedikit enggan untuk tinggal seatap dengan mantan kekasih Aiden.     

"Terserah Aiden saja," kata Anya sambil tersenyum.     

"Anya, kamu terlalu penurut pada Aiden. Memang seorang wanita harus lembut, tetapi kamu juga harus tegas dan berpendirian, atau kamu akan kewalahan menghadapi pasanganmu," saran Maria. "Dengarkan saranku. Menginaplah malam ini. Kita bertiga bisa mengobrol bersama-sama.     

Anya hanya meringis mendengarnya. "Kak, aku juga ingin berbincang-bincang denganmu. Tetapi aku harus mengikuti apa kata Aiden."     

"Aku akhirnya tahu mengapa Aiden menyukai Anya. Anya sangat baik dan sabar." Kata Keara sambil tersenyum.     

Anya balas tersenyum tetapi tidak menjawabnya. Ia tidak merasa kalimat itu adalah pujian.     

Ia baik dan sabar, atau lemah?     

"Ya, aku juga menyukai Anya. Aku senang berbicara dengannya. Kalau saja Nadine ada di sini, aku tidak akan kesepian," Maria menghela napas panjang saat mengatakannya.     

Anya berpura-pura tidak tahu dan sengaja bertanya, "Siapa Nadine?"     

"Aiden tidak memberitahumu?" tanya Keara dengan curiga.     

Anya hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Maria dengan ekspresi bingung.     

"Nadine adalah saudara Nico. Ia pergi bersama dengan Keara tiga tahun lalu saat kecelakaan menimpa mereka. Sekarang Keara sudah kembali, tetapi aku masih tidak tahu apakah Nadine akan kembali," kata Maria dengan sedih.     

"Aku ikut sedih, Kak. Aku benar-benar tidak tahu," kata Anya, sambil menghibur Maria.     

"Tidak apa-apa." kata Maria. Kemudian ia berbalik dan menatap Keara. "Keara, apakah kamu benar-benar tidak tahu di mana keberadaan Nadine?"     

Anya hanya diam saat mendengar pertanyaan itu, ikut menantikan jawaban Keara. Apakah Keara benar-benar tidak tahu? Atau ia menolak untuk mengatakannya?     

"Kak, aku benar-benar tidak tahu di mana Nadine. Ketika aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit. Dokter mengatakan kepadaku bahwa seseorang membawaku ke rumah sakit itu. Tetapi sekarang orang itu sudah meninggal," kata Keara.     

"Aku benar-benar bersyukur kamu kembali dengan semangat. Bisakah aku meminta informasi mengenai rumah sakit dan dokter, serta orang yang menyelamatkanmu?" kata Maria dengan tenang.     

"Ketika aku kembali, aku langsung memberikan informasi itu pada Paman Bima. Apakah Paman tidak memberitahu Kakak?" Keara terkejut sambil memandang Maria. "Ayahku juga membantu untuk mencari Nadine, tetapi sampai sekarang masih belum ada kabar."     

Wajah Maria langsung berubah sepersekian detik. Tetapi ia berpura-pura untuk tetap tenang dan berkata, "Aku tahu ayah diam-diam juga mencari keberadaan Nadine. Tetapi aku juga ingin mencarinya. Apakah kamu bisa memberiku informasi itu? Semakin banyak orang yang mencari akan semakin baik."     

"Baiklah, aku akan mengirimkannya padamu," Keara tampak sudah mempersiapkan segalanya. Ia langsung mengirimkan informasi itu ke ponsel Maria setelah mendapatkan nomornya.     

"Kak, aku juga akan mengirimkan informasi itu pada Aiden dan meminta bantuannya untuk mencari Nadine," kata Anya.     

"Baiklah," tanpa pikir panjang, Maria langsung mengirimkannya pada Aiden.     

Setelah mendapatkan informasi itu, Aiden tidak menjawab Maria. Tetapi ia malah mengirimkan sebuah pesan pada Anya.     

Aiden : informasi itu palsu.     

Anya terdiam sejenak. Aiden baru saja melihatnya beberapa saat, tetapi sudah tahu bahwa informasi itu palsu. Tidak heran Bima tidak memberitahu siapa pun setelah mendapatkan informasi itu.     

Untuk apa memberitahu semua orang bahwa ia mendapatkan informasi palsu?     

Anya langsung membalas pesan Aiden.     

Anya : Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Keara?     

Aiden : Menghilangnya Nadine ada sangkut pautnya dengan Keara. Bantu Kak Maria untuk mengulur waktu dan terus berbicara dengannya.     

Anya langsung menjawabnya : Baiklah.     

"Apakah kamu sedang chatting dengan Aiden? Mesra sekali," kata Keara sambil tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.