Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Melarikan Diri



Melarikan Diri

0"Kakak, cepat telepon ibu dan minta ibu untuk minta tolong pada Paman Bima. Kakak pernah berhubungan dengan Anya. Aku rasa Aiden tidak akan menyerah!" kata Raisa dengan panik.     

"Apakah kamu masih tahu yang namanya takut? Ada begitu banyak pria di dunia ini, tetapi kamu malah memilih untuk menyukai Aiden Atmajaya. Ayah dan ibu jarang-jarang bisa pergi ke luar negeri untuk berlibur. Apakah kamu mau mengganggu mereka sekarang?" Raka melotot ke arah adiknya dengan kesal. "Kalau kamu tidak mengatakan yang sejujurnya, tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu."     

Pada saat itu juga, suara ketukan pintu terdengar. Pelayan yang disuruh oleh Raisa untuk melaksanakan rencananya yang masuk ke dalam ruangan tersebut.     

"Nona Raisa, Tuan Aiden benar-benar akan menangkap saya. Saya tidak bisa tinggal di tempat ini lagi. Cepat berikan dua juta yang Anda janjikan pada saya," kata pelayan tersebut.     

"Dua juta apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan?" sampai mati pun ia tidak akan mengakui perbuatannya.     

"Tuan Raka, Nona raisa meminta saya untuk memberikan segelas anggur dengan campuran obat pada Tuan Aiden, tetapi akhirnya Tuan Aiden mengetahui semuanya. Sekarang Tuan Aiden sedang menyelidiki siapa yang membawakan anggur itu kepadanya. Saya tidak akan bisa bekerja di tempat ini lagi. Saya harus segera bersembunyi! Kalau Anda tidak mau memberikan uang yang Anda janjikan, saya akan melaporkan perbuatan Nona Raisa pada Tuan Aiden," ancam pelayan tersebut.     

Raisa tidak bisa menyembunyikannya lagi. Ia merasa ketakutan saat semua perbuatannya dibongkar seperti ini. Kemudian, ia hanya bisa menatap Raka dan meminta tolong padanya.     

Melihat ekspresi di wajah adiknya, Raka langsung memahami apa yang terjadi.     

Natali menghampiri Raka dan menatap pelayan tersebut dengan dingin, "Apa buktinya bahwa Raisa yang memerintahkanmu?"     

"Kalian masih mau mengelaknya?" teriak pelayan itu. "Kalau begitu, saya akan mencari Tuan Aiden dan mengakui semuanya kepadanya. Lihat saja, siapa yang akan Tuan Aiden percaya, kalian atau saya!"     

"Pergilah!" Raka tidak mau memberikan uang satu rupiah pun pada pelayan tersebut.     

Karena ia tahu betul, meski ia memberi uang pada pelayan itu, pelayan tersebut tetap tidak akan bisa menutup mulutnya.     

Aiden punya seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang ia mau.     

Saat ini, sebelum Aiden bisa menemukan pelayan itu, lebih baik ia membawa Raisa keluar dari rumah Keluarga Atmajaya sesegera mungkin.     

"Tunggu saja. Kalian semua tidak akan lolos hari ini," pelayan itu keluar dengan panik.     

Pada saat yang bersamaan, di ruang monitoring CCTV Keluarga Atmajaya, Harris sudah menemukan pelayan yang memberi gelas anggur itu pada Aiden.     

"Tuan, pelayan itu menuju ke rumah utama." Harris memperbesar salah satu layar monitor.     

Hari ini, pesta ulang tahun Bima sedang diadakan di ruang acara yang terpisah dari rumah utama. Semua orang sedang berkumpul di ruangan itu sehingga hanya beberapa orang saja yang berjaga di gedung utama.     

Setelah meninggalkan gedung acara, pelayan itu menyusup ke rumah utama melalui pintu sampin dan langsung memasuki ruang kerja Bima.     

"Biarkan saja," kata Aiden dengan tenang.     

Anya menatap ke arah layar monitor itu dengan gelisah. Entah mengapa, ia juga ikut berkeringat meski ia tidak melakukan kesalahan. Hatinya merasa takut untuk pelayan tersebut.     

Pelayan ini benar-benar tidak takut mati.     

Ia tidak hanya memasukkan obat pada anggur Aiden, tetapi juga memanfaatkan keramaian pesta ulang tahun Bima untuk menyelinap ke rumah utama untuk mencuri barang.     

Kalau ia ketahuan mencuri barang yang berharga, buktinya sudah sangat jelas. Ia tidak akan bisa mengelak lagi setelah polisi menangkap dan memenjarakannya.     

Benar saja. Pelayan itu memandang ke arah meja kerja Tuan Bima, di mana di salah satu mejannya terdapat sebuah hiasan yang terbuat dari permata.     

Pelayan itu mengeluarkan sebuah kain untuk menyimpan permata tersebut. Kemudian, ia memasukkannya ke dalam sebuah kantung sampah berwarna hitam.     

"Tuan, apakah Anda mau memulainya sekarang?" mata Harris terpaku pada layar monitor, dan ia melihat bahwa pelayan tersebut sedang menelepon seseorang sambil melewati pintu belakang. Sepertinya ia sedang mencari seseorang untuk melarikan diri dari tempat tersebut.     

"Menarik sekali," bibir Aiden menyunggingkan senyum sinis. Jarinya yang panjang menyentuh layar yang lain di monitor.     

Ketika Anya melihatnya, ia melihat Raka sedang membawa Raisa dan Natali untuk pergi dari rumah itu secara diam-diam.     

Natali melihat ke belakang saat ia berjalan. Matanya menyapu sekeliling ruangan dan melihat CCTV di atas kepalanya. Kemudian ia bertanya, "Raka, apakah kita benar-benar akan pergi seperti ini?"     

"Kalau kita tidak pergi diam-diam, apakah kamu ingin berpamitan terlebih dahulu pada Aiden? Anya percaya bahwa Raisa tidak akan memberi obat itu pada gelas anggur Aiden, jadi ia bisa menahan Aiden untuk sementara waktu," kata Raka dengan tergesa-gesa.     

"Kakak, aku benar-benar tidak berniat melakukannya," wajah Raisa terlihat muram.     

"Raisa, kamu benar-benar mengecewakanku kali ini," walaupun Raka merasa marah, Raisa adalah adik satu-satunya. Ia tidak bisa membiarkan adiknya itu ditangkap oleh Aiden.     

Begitu Aiden tahu bahwa gelas anggur itu benar-benar diberi obat oleh Raisa, tidak mudah bagi mereka untuk melarikan diri dari rumah Keluarga Atmajaya.     

Namun Raka tidak tahu bahwa Aiden bisa melihat semua gerak gerik mereka dari CCTV.     

"Tuan, apakah Anda mau menghentikan mereka?" tanya Harris.     

"Tidak, biarkan saja mereka pergi," kata Aiden. Kemudian ia berbalik ke arah Anya. "Apakah kamu masih berpikir bahwa Raisa tidak bersalah?"     

"Aku … Apakah ada kesalahpahaman?" ketika melihat Raka melarikan diri bersama dengan Raisa, hatinya merasakan firasat buruk.     

"Harris, telepon polisi dan bawa pelayan itu kembali. Kita tidak perlu melakukan apa pun. Untuk menyangkal kejahatannya, pelayan itu pasti bersedia untuk melaporkan Raisa," setelah mengatakannya, Aiden menggenggam pergelangan tangan Anya dan berkata dengan santai, "Nyonya Atmajaya, kita sudah terlalu lama di tempat ini. Ayo pergi!"     

"Aku ingin pergi ke kamar mandi," kata Anya.     

"Tunggu," Aiden langsung menghentikannya. Ia membawa Anya keluar dari ruang monitor dan berjalan menuju ke ruangan acara.     

Anya benar-benar gelisah. Begitu pelayan itu tertangkap, pelayan itu pasti akan langsung melaporkan Raisa.     

Ia harus mencari cara untuk memberitahu Raka agar ia membawa Raisa kembali dan meminta maaf pada Aiden. Mungkin dengan begitu, Aiden akan memaafkan mereka.     

Kalau sampai masalah ini melibatkan polisi, Raisa akan benar-benar ditangkap dan dipenjara. Masalahnya akan menjadi sangat rumit.     

"Aiden, Raisa tidak sepintar itu. Pasti ada seseorang yang memanfaatkannya. Tidak perlu membesarkan masalah ini, ya?" Anya memegang tangan Aiden dan memohon untuk Raisa.     

Aiden benar-benar marah saat mendengar istrinya masih berusaha membela Raisa. "Sebelum kamu memohon untuk Raisa, apakah kamu sempat berpikir apa yang akan ia lakukan padaku?" dengus Aiden.     

"Aku …" Anya tidak bisa berkata apa-apa. Saat memikirkan bahwa Raisa ingin memberikan obat pada Aiden, ia tidak berani membelanya lagi.     

Bayangkan saja apa yang akan terjadi pada Aiden dan Raisa begitu obat itu bekerja …     

"Kalau kamu mau memberitahu Raka, terserahlah saja!" Aiden menepis tangan Anya dengan kesal.     

Anya berdiri di tempatnya dan melihat suaminya meninggalkannya dengan marah. Ia merasa ragu. Apakah ia harus menelpon Raka atau mengejar Aiden?     

Pada saat ini, Raka sedang menyetir, membawa Raisa dan Natali menuju ke bandara.     

Tiba-tiba saja, ponsel cadangan Raka berbunyi dan ia menerima sebuah pesan pendek dari Anya. Pesan itu hanya berisi dua kata saja : Cepatlah kembali!     

Anya tidak berani menelepon Raka. Pada akhirnya ia hanya mengirimkan pesan singkat dan bergegas mengejar Aiden.     

Aiden mendengar suara langkah kaki yang ia kenal di belakangnya dan hatinya terasa hangat. Ketika Anya hampir saja menyusulnya, ia berhenti dan berbalik untuk menghadap ke arah istrinya.     

Anya tidak sempat menghentikan langkahnya karena Aiden berhenti secara tiba-tiba sehingga akhirnya ia menabrak dada Aiden.     

"Ah!" teriak Anya dengan terkejut. Tangannya langsung terangkat untuk mengelus hidungnya yang menabrak dada berotot Aiden. "Mengapa kamu tiba-tiba berhenti?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.