Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ponsel Cadangan



Ponsel Cadangan

0"Ah!" teriak Anya dengan terkejut. Tangannya langsung terangkat untuk mengelus hidungnya yang menabrak dada berotot Aiden. "Mengapa kamu tiba-tiba berhenti?"     

Tubuh Anya menabrak tubuh Aiden dan langsung terkubur di dalam pelukan suaminya itu.     

"Aku berhenti karena ingin memberimu kesempatan untuk langsung melemparkan dirimu ke pelukanku," tangan besar Aiden memeluk pinggang Anya.     

Anya mengangkat kepalanya dan menatap Aiden sambil tersenyum. "Aiden, jangan marah padaku, ya?"     

"Apa kesalahanmu? Sehingga kamu takut aku akan marah padamu …" Aiden tidak menjawab pertanyaan Anya dan malah menanyakan kembali. Ia ingin Anya menyadari apa kesalahannya.     

"Tidak seharusnya aku memohon untuk Raisa. Wanita itu berniat jahat kepada suamiku, seharusnya aku tidak memaafkannya," kata Anya. "Aku bersalah. Maukah kamu memaafkan aku?"     

"Cium aku dan aku akan memaafkanmu," kata Aiden dengan sengaja.     

"Ada banyak orang. Bagaimana kalau aku menciummu saat di rumah saja?�� jawab Anya dengan malu.     

"Tidak mau," tangan Aiden yang berada di pinggang Anya semakin mengerat, salah satu tangan lainnya berpindah ke belakang kepala Anya. Tanpa banyak bicara, ia langsung mencium bibir istrinya.     

Mata Anya terbelalak lebar karena terkejut dan ia hanya bisa pasrah saat Aiden menciumnya di hadapan begitu banyak orang.     

Mereka berdua langsung menarik perhatian banyak orang. Bahkan Bima pun ikut terkejut dengan sikap putranya.     

Selama ini, ia merasa Aiden adalah anak yang canggung dan tidak tahu bagaimana cara menunjukkan perasaannya di hadapan orang banyak. Tetapi putranya yang itu, tiba-tiba saja menunjukkan kemesraan dengan istrinya di hadapan umum.     

"Tuan Bima, sepertinya Anda akan mendapatkan menantu baru."     

"Selamat Tuan Bima. Kekasih yang di bawa Aiden sangat cantik!"     

"Bima, tunangan putra keduamu dan kekasih putra ketigamu sangat mirip. Aku tidak bisa membedakan mereka."     

"Ya, benar! Apakah mereka bersaudara?" tanya seseorang di kerumunan.     

"Tunangan Ivan adalah Keara Pratama, putri dari Keluarga Pratama. Sementara itu, kekasih Aiden adalah putri Deny Tedjasukmana dan mantan istrinya, Diana Hutama."     

"Katanya, awalnya tunangan Aiden seharusnya adalah putri bungsu Deny, Natali Tedjasukmana. Tetapi Anya mengganggu hubungan mereka dan menyebabkan pertunangan mereka batal."     

"Berarti wanita itu bukan wanita baik-baik."     

"Tidak peduli walaupun ia bisa mendapatkan hati Aiden, ia tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya."     

"Tuan Bima, bagaimana pendapatmu mengenai kekasih Aiden?" beberapa orang sengaja menanyakan hal ini pada Bima.     

Mendengar pembahasan orang-orang ini, wajah Bima terlihat sedikit tidak nyaman.     

Ia menatap putranya yang sedang berciuman dengan dingin. Ia tidak bisa percaya bahwa saat ini pria yang sedang berciuman di hadapan umum adalah putra ketiganya, Aiden.     

Bima hanya mendengus dengan dingin, "Tidak perlu mencampuri urusan Keluarga Atmajaya." Setelah itu ia berbalik dan pergi dengan kesal.     

Melihat hal ini, Maria langsung menghampiri Bima. "Ayah, apakah kamu baik-baik saja?"     

"Lihat mereka! Lihat seperti apa kelakuan mereka? Wanita itu benar-benar tidak tahu malu. Ia sengaja menghancurkan pertunangan Aiden dan adiknya. Ia juga sengaja melakukan operasi untuk membuat wajahnya mirip dengan Keara untuk mendapatkan hati Aiden. Semakin aku melihatnya, aku semakin membencinya," kata Bima dengan marah.     

"Aku tidak mempercayainya, Yah. Dan aku percaya Aiden bisa menilainya sendiri. Ia tidak akan memilih wanita yang salah," kata Maria.     

Bima semakin marah mendengar menantunya tidak berpihak padanya. "Mengapa kamu malah membantu mereka?"     

"Ayah, aku tahu ayah pasti sudah menyelidiki latar belakang Anya. Apakah ia benar-benar melakukan operasi?" Maria membantu Bima untuk duduk di meja utama.     

Bima diam sejenak dan berkata, "Siapa yang tahu kalau ada sesuatu yang kurang dalam penyelidikan itu."     

"Para bawahanmu sangatlah bertanggung jawab dan tidak akan lalai mengerjakan tugasnya. Ditambah lagi, Aiden juga sangat keras dan tidak pernah melakukan kesalahan. Ayah tidak perlu mengkhawatirkannya. Setelah bersama dengan Anya, matanya bahkan semakin pulih. Ia begitu marah padamu sehingga tidak mau datang ke pesta ulang tahunmu. Tetapi demi Anya, akhirnya ia datang. Semua perubahan yang terjadi pada Aiden adalah berkat Anya. Aku rasa ayah harus memperlakukan Anya dengan lebih baik," kata Maria sambil menuangkan teh untuk ayahnya.     

Bima meletakkan cangkir teh yang akan diminumnya ke meja dengan keras dan kemudian ia berkata dengan marah. "Mengapa aku harus memperlakukannya dengan baik?"     

"Ayah, kalau ayah bisa memperlakukan Anya dengan baik, ayah akan mendapatkan seorang putra yang patuh dan menantu yang cerdas. Kalau ayah terus memperlakukan Anya seperti ini, lama-lama ayah akan kehilangan Aiden," kata Maria dengan sabar.     

"Apakah si Anya ini benar-benar cerdas?" tanya Bima sambil memandang Aiden dan Anya.     

"Beberapa bulan terakhir ini, Aiden seolah memiliki kehidupan yang baru. Ia mulai belajar caranya mencintai. Hari-harinya mulai diisi dengan tawa. Aku rasa, kehidupan yang baru ini sangat bagus untuknya." Ketika Maria menikah dengan Ardan, Aiden masih sangat muda. Walaupun ia adalah kakak ipar Aiden, ia lebih sering menjaga dan merawat Aiden seperti ibunya sendiri.     

"Maria, apakah kamu pernah berpikir bagaimana kalau Keara menikah dengan Ivan. Mereka sangat mirip …"     

"Ayah, aku telah kehilangan putriku. Jika Nadine tidak kembali, aku adalah orang pertama yang menentang Keara untuk masuk ke dalam Keluarga Atmajaya," Maria menyela kata-kata Bima.     

"Kamu … Aku pikir kamu tidak menyukai Nadine," kata Bima dengan terkejut.     

"Ardan memang telah mengecewakanku, tetapi Nadine tidak bersalah. Aku tidak akan pernah menyalahkan seorang anak kecil yang tidak berdosa," begitu Maria mengatakannya, ia melihat Keara sedang berjalan menghampirinya dari samping.     

"Berbicaralah dengan Keara dan tanyakan keberadaan Nadine," kata Bima dengan tenang.     

"Baiklah, aku akan menemuinya. Aku harap ayah memikirkan kata-kataku. Anya masih sangat muda. Apa kesalahannya sehingga ayah benar-benar membencinya? Kita adalah orang tua, kita harus mentoleransinya," kata Maria.     

"Untuk apa pria tua sepertiku menindasnya," gumam Bima dengan kesal.     

"Kakek, siapa yang ingin kamu tindas?" Nico melihat sekeliling ruangan, tetapi tidak menemukan Raka. Akhirnya, ia memutuskan untuk menemani kakeknya.     

"Kamu, dasar anak nakal! Kamu bahkan sama sekali tidak menemanimu hari ini," kata Bima, mengayunkan tongkat jalannya dan berpura-pura ingin memukul Nico.     

Nico langsung menangkap tongkat itu. "Kakek, aku baru saja pergi untuk mencari Raka. Rasanya aku melihatnya barusan, tetapi ia tiba-tiba saja menghilang."     

"Adiknya terlibat masalah dan mereka sedang melarikan diri," kata Bima dengan tenang.     

"Memangnya ada apa?" Nico menatap Bima dengan terkejut.     

"Mengapa? Kamu ingin memberitahu informasi kepadanya agar ia bisa kabur?" Bima menatap Nico sambil tersenyum, seperti sedang memandang seorang pengkhianat kecil.     

"Kakek, jangan berpikir buruk. Aku hanya ingin tahu," Nico tersenyum nakal.     

Bima hanya menggelengkan kepalanya, menyerah dengan sikap cucu kesayangannya …     

…     

Pada saat ini, Raka sedang menyetir. Ia sedang melewati jalan tol untuk menuju ke bandara.     

Ia sudah memerintahkan seseorang untuk memesankan tiket penerbangan internasional secepat mungkin untuk Raisa. Ia juga sudah menyuruh pelayan rumahnya untuk membantunya mengemasi barang-barang Raisa dan membawa KTP serta paspor Raisa ke bandara.     

Semuanya sudah diatur dengan sempurna. Satu-satunya hal yang harus ia lakukan adalah mengantar Raisa secepat mungkin ke bandara.     

Ketika Anya mengirimkan pesan pada Raka, ponsel cadangan Raka berbunyi. Tetapi saat ini ia sedang menyetir. Selain itu, Raisa dan Natali sedang berada di mobil sehingga ia tidak bisa membaca pesan tersebut.     

Natali tahu bahwa Raka sengaja membeli ponsel baru untuk menghubungi Anya dengan nomor cadangannya, membuatnya hampir gila karena cemburu.     

"Raka, ponsel cadanganmu berbunyi. Apakah kamu mau aku yang membacakan pesan itu untukmu?" tanya Natali dengan sengaja.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.