Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Obat



Obat

0"Aku percaya padamu. Tetapi mengapa anak itu terlihat sangat mirip dengan Keara? Ia adalah putri Diana tetapi mengapa ia terlihat sangat mirip dengan putrimu? Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya? Galih, aku tidak ingin meragukanmu. Tetapi coba ingat baik-baik. Apakah kamu pernah berhubungan dengan Diana ..."     

Sebelum Indah menyelesaikan kalimatnya, Galih langsung memotongnya dengan yakin. "Tidak pernah!"     

"Saat mabuk atau lepas kendali ..."     

"Apakah setelah menikah denganku selama 20 tahun, kamu masih tidak mengenal seperti apakah aku, Indah? Diana adalah orang yang dingin dan angkuh. Sekali ia berkata tidak, ia tidak akan menelan ludahnya sendiri. Aku tidak tahu mengapa Anya sangat mirip dengan Keara, tetapi aku bisa memastikan bahwa Anya tidak ada hubungannya denganku," kata Galih.     

Indah merasa sangat panik, tetapi ia juga tidak memiliki bukti yang pasti.     

Ia tahu suaminya adalah pria baik-baik dan tidak akan pernah mengkhianatinya.     

"Aku mengerti. Aku yakin kamu juga terkejut saat melihat Anya," jawab Indah.     

Ia bilang ia mengerti, tetapi bukan berarti ia mempercayai suaminya.     

Di dunia ini, bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini? Tidak peduli siapa pun yang melihat, mereka semua akan merasa bahwa Anya dan Keara bersaudara.     

Apa mungkin ...     

Pikiran Indah tertuju pada putrinya yang hilang. Keara memang bukan putrinya, tetapi ia juga pernah mengandung anak Galih. Ia baru saja melahirkan ketika saat itu ia berada dalam bahaya.     

Seseorang yang tidak menyukai keluarganya mengejarnya.     

Indah tidak bisa membawa dua putrinya seorang diri. Namun, saat itu Keara sangat ketakutan dan menangis dengan keras, tidak mau melepaskan pelukannya.     

Ia tidak berdaya sehingga terpaksa memberikan putrinya yang masih bayi kepada salah satu pengawal.     

Siapa yang tahu, pengawalnya itu pada akhirnya mati dan putrinya menghilang.     

Sampai sekarang, ia tidak tahu apakah putrinya itu masih hidup.     

Penyesalan terbesarnya saat ini adalah tidak memiliki darah dagingnya sendiri. Meskipun Keara adalah putri kakaknya, tetap saja Keara bukanlah darah dagingnya sendiri.     

Keberadaan putrinya sendiri masih tidak diketahui, tetapi sekarang tiba-tiba saja putri Diana muncul dan gadis itu sangat mirip dengan Galih. Bagaimana mungkin ia tidak merasa sedih?     

Selama bertahun-tahun, Indah tahu bahwa Galih membantu Diana dan Anya, meskipun sama sekali tidak pernah berhubungan dengan mereka.     

Sementara itu, seumur hidupnya Indah harus membantu kakaknya untuk membesarkan Keara. Dan sekarang ia harus mentoleransi suaminya yang berniat membantu Anya.     

Tidak peduli di mana putrinya dan tidak peduli berapa besar uang yang harus ia keluarkan, Indah berniat untuk menemukan putrinya!     

Ia hanya bisa berharap Tuhan mengasihaninya dan memberinya jalan. Ia berharap putrinya itu masih hidup.     

...     

Di depan rumah Keluarga Atmajaya, Anya masih berdiri di tempat yang sama, tidak berniat untuk pergi. Ia masih memandang ke arah mobil Keluarga Pratama pergi.     

"Apa yang kamu pikirkan?" Aiden memeluk pinggang Anya dari belakang dan bertanya dengan lembut.     

"Saat kita tua nanti, apakah kita juga masih saling mencintai seperti mereka?" tanya Anya.     

"Apakah kamu menyukai mereka?" tanya Aiden.     

"Hmm ... Seperti Kak Maria, Paman Galih dan Bibi Indah adalah orang baik. Mereka memperlakukan kita dengan sangat baik," kata Anya sambil tersenyum.     

"Kamu berpikir bahwa mereka baik?" Aiden menatap Anya dengan tatapan yang tidak tertebak.     

"Aiden, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku tidak ada hubungannya dengan Keluarga Pratama. Ingat, ayahku masih menunggu donor ginjal," kata Anya dengan sinis. Tentu saja ia menganggap Galih sebagai orang baik. Bagaimana tidak? Lihat saja ayah kandungnya sendiri.     

Aiden menatap Anya sambil berpikir. Kalau memang Anya ada hubungan dengan Keluarga Pratama, mengapa Deny ingin Anya mendonorkan ginjalnya?     

Deny pasti tahu apakah Anya adalah putrinya atau bukan.     

Kalau benar Anya bukan putrinya, ia pasti tidak akan berharap dan mendesak Anya untuk mendonorkan ginjalnya.     

Jika memang tidak ada perselingkuhan di antara Diana dan Galih, mungkin kemiripan Anya dan Keara hanyalah kebetulan saja.     

"Apakah kamu butuh aku temani besok?" tanya Aiden. Ia sedang membicarakan mengenai Anya yang ingin mengambil kembali rumah ibunya.     

Anya menatap Aiden sambil tersenyum. "Tuan CEO, aku tahu kamu sangat sibuk. Tidak perlu memedulikan hal sekecil ini. Aku bisa melakukannya sendiri."     

"Apakah kamu tidak khawatir pada Mona?" tanya Aiden.     

Anya teringat saat ia terakhir kali ke rumah itu. Saat itu bahkan ia tidak bisa menjelaskan dan Mona langsung memukulinya. Mengingat hal itu, tubuhnya sedikit bergidik.     

Ia memeluk lengan Aiden dan bertanya. "Apakah kamu sibuk besok?"     

Aiden tertawa saat melihat istrinya yang manja. "Tidak ada yang lebih penting dari pada kamu." Tangan Aiden memegang dagu Anya. Ia menundukkan kepalanya dan mengecupnya sekilas. "Aku akan menemanimu besok.     

"Terima kasih," Anya mengangguk.     

Natali sedang berdiri di luar jendela, sambil memandang kemesraan Anya dan Aiden dengan dingin. Rumah yang saat ini ia tempati tiba-tiba saja direbut begitu saja oleh Aiden.     

Anya tidak hanya merebut tunangannya, tetapi juga merebut rumah yang telah ia tempati selama bertahun-tahun.     

Ia benar-benar merasa kesal, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun kepada Anya karena Aiden selalu melindunginya.     

"Nat, mengapa kamu sendirian? Di mana kakakku?" Raisa menghampirinya sambil membawa segelas anggur dan memandang ke arah pandang Natali. Ia melihat Aiden sedang memeluk Anya dan mereka berdua sangat dekat.     

"Kakakmu bertemu dengan beberapa kenalannya. Mereka membicarakan mengenai bisnis. Aku bersembunyi di sini, tidak menyangka akan melihat hal ini. Kalau saja aku bisa sejahat Anya, aku tidak akan diusir keluar dari rumahku," kata Natali dengan sedih.     

"Siapa yang mengusirmu dari rumahmu?" tanya Raisa dengan khawatir.     

"Raisa, jangan tanyakan itu," Natali menundukkan kepalanya.     

"Apakah itu Anya? Hanya karena ia memiliki dukungan Aiden, ia menindasmu kan?" desak Raisa.     

"Tidak. Anya memang menyukai rumahku sejak dulu. Besok, aku dan ayah ibuku harus keluar dari rumah. Ayahku sedang di rumah sakit dan ibuku sibuk merawatnya. Kami benar-benar tidak punya tempat tinggal," kata Natali sambil menghela napas. "Aku tidak tahu harus berbuat apa besok."     

"Keterlaluan sekali! Ayahmu juga ayahnya. Ketika Paman Deny sedang sakit dan dirawat di rumah sakit, Anya malah mengusir kalian bertiga dari rumah. Mengapa kamu tidak memberitahu kakakku? Ia akan melakukan sesuatu untukmu," kata Raisa.     

Mata Natali terlihat memerah. "Raisa, kamu sangat baik padaku."     

"Jangan sedih. Kalau kamu tidak punya tempat tinggal, kamu bisa tinggal di rumahku." Kata Raisa.     

"Raisa ..." suara Natali terdengar tercekat. Air mata menggenang di pelupuk matanya, siap untuk jatuh.     

"Jangan menangis. Nanti riasannya luntur!" kata Raisa sambil tersenyum.     

Natali menarik napas dalam-dalam dan berusaha menahan tangisnya. "Terima kasih!"     

"Kita adalah teman baik dan kamu akan menjadi kakak iparku. Tidak perlu sungkan kepadaku," Raisa memeluk tangan Natali dan berjalan menuju ke tempat Raka.     

Natali berjalan beberapa langkah dan kemudian berhenti. "Raisa, aku tidak ingin merepotkan kakakmu mengenai masalah keluargaku."     

"Kalau kamu tidak memberitahu kakakku, bagaimana kamu akan menyelesaikannya? Rumahmu akan direbut oleh Anya. Apakah kamu akan membiarkan ayahmu tinggal di jalanan setelah keluar dari rumah sakit?" kata Raisa dengan marah.     

"Tetap saja," Natali menghela napas panjang, terlihat lelah. "Kalau saja Aiden adalah kekasihmu, Anya tidak akan berani melakukan ini kepada kami."     

Raisa terlihat cemberut. "Aku juga inginnya begitu."     

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu mendekati Aiden dan meminta bantuannya untuk melepaskan keluargaku?" kata Natali setengah bercanda.     

Raisa hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak secerdik Anya."     

"Ah, sepertinya riasanku agak luncur. Aku akan memperbaikinya sebelum bertemu kakakmu." Natali membuka tasnya dan ingin mengambil ponsel. Tiba-tiba saja ia berteriak dengan terkejut. "Ini ... Siapa yang menaruh ini di tasku?"     

Raisa melongok dan melihat apa yang membuat temannya terkejut. Ia tidak tahu benda apakah itu. "Apa itu?"     

"Ini ... Ini obat yang bisa meningkatkan rasa gairah seseorang. Kalau seorang pria meminumnya, ia tidak akan bisa menahan gairahnya semalaman," Natali mengatakannya dengan wajah memerah. "Aku harus segera membuang benda ini. Kalau kakakmu lihat, nanti ia salah sangka. Siapa yang menaruh benda seperti ini di tasku."     

Begitu mendengarnya, mata Raisa langsung berbinar. Ia berkata, "Bukankah kamu ingin membenarkan riasanmu? Berikan obat itu kepadaku. Aku akan membuangnya!"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.