Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengapa Kamu Percaya Kepadaku?



Mengapa Kamu Percaya Kepadaku?

0Anya terlihat seolah tidak mendengar kata-kata Raisa. Di matanya, Raisa hanyalah seorang gadis kaya yang dimanja sehingga tingkah lakunya tidak seindah rupanya.     

Anya bukan keluarga Raisa. Ia bukan saudaranya dan juga bukan orang tuanya. Tidak ada gunanya terlibat dalam pertengkaran dengan seseorang yang bahkan tidak ada hubungan darah dengannya. Itu hanya akan membuatnya semakin lelah dan memperburuk suasana hatinya.     

Kakinya melangkah menuju ke kantor Esther dengan santai, berpura-pura tidak mendengarkan teriakan Raisa.     

Sementara itu, Raisa merasa sangat marah dan ingin naik ke atas untuk mengejar Anya, tetapi Mila langsung menghentikannya.     

"Nona, tolong tunggu di ruang tamu. Jangan buat bisnis kami menjadi terpengaruh karena keributan yang Anda sebabkan." Mila menarik tangan Raisa dengan sedikit paksa. Beberapa pegawai lainnya juga membantunya untuk membawa Raisa ke ruang tamu.     

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!"     

"Nona, ini adalah jam kerja. Menurut peraturan mall, jika Anda membuat keributan di toko kami, kami bisa memanggil satpam untuk mengusir Anda. Tolong tunggu sebentar. Anya akan turun dan menemui Anda setelah ia selesai," kata Mila dengan tenang.     

Pada saat itu pula, seseorang membawakan sepoci teh mawar beserta cangkirnya, "Nona, silahkan tehnya."     

"Aku tidak mau minum. Aku benar-benar marah," teriak Raisa.     

"Nona, Iris adalah milik Tuan Aiden Atmajaya. Kalau Anda membuat keributan di sini, sama saja dengan Anda mencari masalah dengan Tuan Aiden," kata Mila sambil menuangkan teh untuk Raisa. "Silahkan tunggu sebentar. Saya akan kembali bekerja."     

Raisa tidak menyangka ia akan diseret seperti ini ke ruang tamu Iris.     

Ketika ia pergi ke perusahaan Atmajaya Group. Ia menunggu Aiden untuk waktu yang sangat lama. Begitu bertemu dengan Aiden, ia bahkan tidak sempat menjelaskan apa pun dan diusir olehnya.     

Sekarang, ia pergi untuk menemui Anya. Tetapi Anya menyuruhnya untuk menunggu lagi.     

Bagaimana ia tidak merasa marah?     

Setelah menunggu selama lima menit, Raisa bangkit berdiri dan pergi menuju ke pintu. Ia baru menyadari bahwa pintu ruangan itu terkunci dari luar.     

Mereka berani menguncinya di ruangan itu dari luar! Ini adalah penyekapan!     

"Buka pintunya! Buka pintunya!" Raisa menggedor-gedor pintu itu sambil berteriak dengan keras.     

"Ada apa, Nona?" tanya Mila dengan cemas dari luar.     

"Kalian semua akan mati! Beraninya kalian mengunciku di ruangan ini? Berani-beraninya kalian!" Raisa benar-benar mengamuk.     

"Nona, sepertinya ada kesalahpahaman. Pintu ini hanya bisa dikunci dari dalam," kata Mila.     

Raisa merasa bingung. Ia mencoba membuka kenop pintu itu sekali lagi, tetapi pintunya tetap tidak mau dibuka.     

Anya sedang memeriksa pesanan bersama dengan Esther dan mendiskusikan ide untuk peluncuran parfum barunya. Setelah selesai, ia turun dan melihat beberapa orang mengerumuni pintu ruang tamu.     

"Ada masalah apa?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Nona Raisa mengunci dirinya sendiri di dalam ruangan dan tidak bisa keluar," Mila mengerutkan keningnya.     

Sementara itu, Raisa masih menggedor-gedor pintu dari dalam dengan ketakutan. Ia terdengar seperti sedang menangis.     

"Raisa, jangan takut. Aku akan mencari seseorang yang bisa membuka pintu ini," Anya berusaha menenangkan Raisa dan meminta Mila untuk menghubungi manajemen mall tersebut untuk membantu mereka mendobrak pintu tersebut.     

Setelah menerima panggilan dari Iris, manajemen mall tersebut langsung mengirimkan seseorang untuk membantu dengan membawa beberapa peralatan.     

Kurang dari sepuluh menit, pintu yang terkunci dengan sendirinya itu akhirnya berhasil terbuka. Ketika keluar dari ruangan tersebut, Raisa melihat Anya dan langsung menangis. "Anya, kamu benar-benar jahat. Aku akan melaporkan ini pada ibuku. Aku akan mengadu pada kakakku dan mengatakan bahwa kamu sengaja menindasku."     

Anya mengambil tisu dan membantu Raisa menghapus air mata di wajahnya, sama sekali tidak memedulikan ancaman Raisa. "Jangan menangis. Nanti riasan wajahmu luntur."     

"Kamu pasti sengaja kan melakukan ini kepadaku!" kata Raisa.     

Ketika mendengar sesuatu terjadi di lantai bawah, Esther bergegas untuk turun. Ia merasa sangat khawatir saat mendengar Raisa Mahendra terkunci di ruang tamu tokonya. "Nona Raisa, apakah Anda baik-baik saja? Apakah Anda mau beristirahat di kantor saya sebentar?"     

"Apa kalian sengaja membuat pintu itu tidak bisa terbuka lagi? Kalian sengaja mengunciku di ruangan itu kan? Kalian semua menindasku. Aiden menindasku dan Anya juga menindasku." Raisa menangis sejadi-jadinya.     

Ketika melihat Raisa benar-benar ketakutan dan kesal, Anya tidak tahu harus menangis atau tertawa.     

Raisa memang sangat manja sehingga kepribadiannya menjadi sedikit buruk. Tetapi ia adalah gadis yang lugu dan sederhana. Sebenarnya, hatinya tidak buruk.     

"Jangan menangis. Aku akan membakar pintu yang berani menguncimu ini," kata Anya dengan sembarangan.     

"Kamu jahat! Kamu yang melakukan semua ini kepadaku! Aku akan menghancurkan pintu ini sekarang juga!" kata Raisa sambil menangis.     

"Ya, ya. Kamu bisa menghancurkan pintunya. Tetapi jangan membawa pintunya pulang. Itu sama saja dengan merampokku," bujuk Anya sambil tersenyum.     

Seperti anak kecil yang dihibur setelah ketakutan, Raisa tersenyum sambil tetap menangis.     

"Sudah, sudah, berhentilah menangis. Ayo kita bicara," Anya mengajak Raisa menuju ke kantor di lantai dua.     

Esther yang melihat situasinya sudah membaik langsung menghela napas lega. "Kalian berbicaralah. Aku akan keluar." Setelah Esther pergi, hanya Anya dan Raisa saja yang berada di ruang kantor tersebut.     

Raisa sudah pernah ke kantor ini, tetapi tidak pernah melihat ruang parfum yang berada di balik dinding kaca.     

Hari ini adalah pertama kalinya ia melihat ruangan itu sehingga ia tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya. "Apakah kamu biasanya bekerja di sini?"     

"Ini adalah ruang parfum Bu Esther. Aku juga bisa menggunakannya," jawab Anya. "Kamu datang untuk membicarakan sesuatu dengan ku, kan?"     

Raisa langsung berbalik dan berkata, "Anya, aku memang tidak menyukaimu sejak awal kita bertemu. Tetapi aku bukan orang yang merencanakan hal jahat di belakang orang lain."     

"Aku sudah menjelaskan pada Aiden bahwa kamu bukan orang yang seperti itu. Tetapi ada seseorang yang berusaha untuk memfitnahmu. Apakah kamu tidak mencurigai siapa pun?" tanya Anya. "Apakah kamu pernah meninggalkan kacamata hitammu di suatu tempat atau meminjamkannya pada seseorang?"     

"Aku tidak mengerti maksudmu. Aku benar-benar tidak melakukannya," jawab Raisa.     

Anya menyadari bahwa tidak ada gunanya memberi petunjuk pada Raisa. Raisa adalah gadis yang polos sehingga ia harus menjelaskannya secara langsung. "Aku tahu bukan kamu yang melakukannya, tetapi orang yang melakukan semua ini menggunakan kacamata hitam edisi terbatas. Di seluruh kota, hanya ada satu orang yang membeli kacamata itu dan itu adalah kamu. Wanita ini sengaja ingin menyalahkan kamu atas perbuatannya."     

"Maksudmu ada seseorang yang mengambil kacamataku dan melakukan hal buruk sehingga membuatmu mencurigaiku?" akhirnya Raisa mengerti.     

"Benar. Apakah kamu meminjamkan kacamata itu pada seseorang?" tanya Anya sekali lagi.     

"Mana mungkin temanku meminjam kacamata hitamku hanya untuk menjebakku? Walaupun kacamata itu edisi terbatas, bukankah ada banyak barang imitasi yang serupa? tidak mungkin temanku melakukan ini kepadaku!" kata Raisa dengan tegas.     

"Meski edisinya terbatas, kacamata tersebut bukanlah edisi yang laku di pasaran. Orang-orang lebih memilih untuk menjiplak barang yang banyak dibeli orang, bukan hanya karena edisi terbatas. Aku yakin kacamata itu asli. Coba pikirkan sekali lagi. kamu meminjamkan kacamata itu kepada siapa?" tanya Anya sambil mengamati wajah Raisa, mencoba untuk mencari tahu apakah raisa sedang berbohong padanya.     

Raisa menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu siapa yang mencari masalah denganmu. Mengapa kamu menanyakan semua ini kepadaku? Apakah kamu tidak takut aku akan menipumu?��     

"Aku tahu kamu tidak menyukaiku, tetapi aku juga tahu sifatmu. Kamu tidak akan melakukan hal sejahat itu. Seperti saat tiga tahun lalu, seseorang mengambil cek dariku dan menghabiskan uang itu. Aku percaya bukan kamu yang melakukannya," Anya sengaja menyebutkan masalah cek tiga tahun lalu.     

Raisa tertegun sejenak, "Aku … Mengapa kamu percaya kepadaku?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.