Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Milyaran



Milyaran

0Anya hanya tertawa melihat tingkah Nico. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk diam-diam mengambil botol anggur di hadapan Nico.     

Ujung jarinya baru saja menyentuh botol anggur tersebut, tetapi Aiden selangkah lebih cepat darinya dan mengambil botol tersebut.     

Mata Anya terpaku pada anggur tersebut, mencoba untuk mencurinya ketika Aiden tidak memperhatikan. Sesekali, matanya memperhatikan tangan Aiden. Selama tangan Aiden meninggalkan botol anggur itu, rencananya akan berhasil.     

"Kerjamu cukup baik akhir-akhir ini. Teruslah bekerja keras," Aiden mendorong botol itu menjauh dari Anya.     

"Paman, kamu memujiku?" Nico benar-benar terharu dan berkata, "Aku dipuji!"     

Mata Anya terbelalak saat Nico mengambil botol anggur yang ada di meja dan menuangkan semua isinya. Ia menghabiskan sebotol anggur itu!     

Anya benar-benar menginginkan anggur itu!     

Ia sudah berusaha untuk mencari cara agar bisa mengambil botol anggur itu tetapi Aiden terus menghalanginya. Dan sekarang Nico sudah menghabiskan semuanya.     

Aiden tertawa kecil melihat istrinya kecewa. Ia berpura-pura tidak tahu, menyendokkan kuah sup ke mangkuk Anya. "Makanlah lagi."     

Tara terkekeh saat menyaksikan semuanya. "Anya, anggur itu buatan restoran ini. Walaupun rasanya enak dan manis, sebenarnya kandungan alkoholnya sangat kuat. Lebih baik kamu makan sup saja daripada minum anggur."     

"Apakah kamu menginginkannya?" tanya Aiden sambil mengangkat alisnya.     

"Aku tidak mau supnya!" kata Anya sambil cemberut.     

Aiden tertawa melihat istrinya merajuk. "Kalau kamu menyukainya, kita bisa membawanya pulang. Tetapi kamu hanya boleh minum satu gelas saja per hari," kata Aiden dengan mata yang penuh cinta pada Anya.     

Apa pun yang Anya inginkan akan selalu ia turuti.     

Mata Anya langsung berbinar saat ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menerima mangkuk sup yang diberikan oleh Aiden dan memakannya dengan lahap.     

"Bibi terkadang kamu sangat cerdas. Tetapi terkadang kamu juga bisa bersikap seperti anak kecil," kata Nico mengejeknya.     

"Setidaknya sesekali aku masih cerdas. Daripada kamu, selalu seperti anak kecil! Jangan mengecewakan pamanmu," jawab Anya.     

"Bibi, apakah Bibi tidak dengar bahwa Paman baru saja memujiku? Kerjaku bagus katanya! Tidak usah mengkhawatirkan aku!" kata Nico sambil menepuk dadanya.     

"Kalau kerjamu memang bagus, cepat bayar makanan hari ini. Jangan lupa untuk membungkuskan aku satu botol anggur," kata Anya dengan sembarangan.     

Ketika Aiden mendengar kata-kata Anya, senyumnya semakin melebar. Istri kecilnya ini semakin pandai berbicara.     

"Paman mendapatkan uang milyaran setiap tahunnya, tetapi Bibi malah menjebakku dan membantu Paman untuk menabung. Bibi, aku juga butuh uang! Seharusnya Paman dan Bibi yang mentraktir bujangan sepertiku," gumam Nico dengan kesal.     

Anya mengedipkan matanya berulang kali. Apa yang baru saja ia dengar?     

Penghasilan tahunan Aiden milyaran. Bukan jutaan, bukan ratusan juta, tetapi milyaran …     

"Bukankah setiap tahun Aiden hanya mendapatkan 60 juta?" tanya Anya.     

Nico menatap Aiden dan menunjukkan ekspresi heran serta ketakutan. Ia takut telah membocorkan suatu rahasia di hadapan bibinya. "Paman, apakah aku salah bicara?"     

"Tempat tinggalmu saat ini membutuhkan biaya sangat besar. Gaji 60 juta per bulan tidak akan cukup untuk tinggal di rumah sebesar itu," Tara tidak menyangka Anya sepolos ini.     

"Aiden, kalau kamu sekaya itu, mengapa kamu menyuruhku untuk membantu biaya listrik dan air?" keluh Anya.     

Nico menutup mulutnya yang menganga saat mendengar kata-kata Anya.     

"Paman, aku tidak menyangka Paman begitu pelit hingga menyuruh Bibi untuk membayar biaya listrik dan air." Nico langsung membela Anya.     

"Sebagai anggota keluarga, ikut serta dalam membayar pengeluaran keluarga akan memperkuat tanggung jawab di dalam keluarga," kata Aiden dengan santai.     

Ketika mendengar alasan ini, Anya tidak bisa berkata apa-apa. Aiden hanya ingin melibatkan Anya dalam urusan keluarga mereka. Anya jadi tidak tahu apakah ia harus kesal atau tersentuh …     

"Apa yang Paman katakan benar, Bibi. Bibi harus mencari uang!" kata Nico. Sedetik yang lalu, Nico masih membela Anya, namun sedetik kemudian ia berganti membela Aiden.     

"Nico, siapa yang sebenarnya kamu bela? Sebaiknya kamu segera membayar makanan ini," Tara memutar bola matanya melihat kelakuan Nico. Jelas sekali Nico tidak berpendirian dan selalu mengikuti arus.     

"Tara, temani aku membungkus anggur," di saat-saat seperti ini, Nico rasa Aiden dan Anya membutuhkan waktu untuk berbicara berdua.     

Tara mengerti sehingga ia langsung bangkit berdiri dan pergi bersama Aiden.     

Hanya Anya dan Aiden yang berada di ruangan itu. Anya menatap suaminya, "Aiden, apakah kamu benar-benar menghasilkan milyaran tiap tahunnya?"     

"Hmm …" gumam Aiden.     

Anya tidak tahu harus menjawab apa. Ia bahkan tidak tahu seberapa banyak uang milyaran itu. Apa yang harus ia katakan sekarang?     

Ia menatap Aiden dengan linglung. "Aku menikah dengan pria yang super kaya?"     

Aiden merasa Anya yang mulai waspada. Entah mengapa berita itu bukannya membuat Anya senang, tetapi malah membuatnya cemas.     

"Apakah kamu tidak menyukainya?" tanya Aiden.     

"Akhirnya aku tahu mengapa ayahmu menyuruhku untuk menandatangani kontrak itu. Itu karena kamu memiliki terlalu banyak uang. Aku merasakan beban yang besar setelah mengetahui kamu sangat-sangat kaya." Wajah Anya terlihat memucat dan bibirnya sedikit gemetar, "Bagiamana kalau kita tanda tangani kontrak itu."     

"Apa gunanya kontrak itu? Sudah kubilang semua milikku adalah milikmu." Aiden memeluk pinggang Anya, menarik tubuhnya untuk mendekat. Kemudian ia mencium Anya tanpa aba-aba, mencumbu bibirnya dengan lembut.     

Anya berusaha untuk melepaskan dirinya dari Aiden, tetapi tangan Aiden yang memegang belakang kepalanya terlalu erat. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang setiap kali Aiden menciumnya seperti ini.     

Bibir Aiden terasa dingin dan lembut, membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.     

"Anya …" namanya terucap dari bibir Aiden, dengan suara rendah yang sangat menggoda.     

Napas panas Aiden terasa di wajah Anya, membuatnya merasa geli. Sensasi aneh merasuk ke hati Anya, membuatnya menginginkan lebih.     

Saat ini, hanya ada Aiden di matanya … Hanya suara Aiden yang terdengar …     

Sebaliknya, meski sedang mencium istrinya, Aiden selalu memperhatikan segala sesuatu di sekelilingnya.     

Telinga Aiden mendengar suara langkah kaki di dekat pintu mereka. Ia segera melepaskan Anya dan menempatkannya kembali di kursi, tepat di sampingnya, seolah tidak terjadi apa-apa.     

Ia terlihat tenang seperti biasanya, sementara jantung Anya seperti baru saja lari marathon.     

"Paman, makanannya sangat mahal. Tidak bisakah kamu yang membayar hari ini?" keluh Nico dengan kesal.     

"Tentu saja makanannya mahal. Apakah kamu tidak sadar siapa yang makan paling banyak tadi?" gumam Anya.     

"Bibi! Mengapa sekarang Bibi membela Paman? Kalian suami istri sama saja," Nico cemberut mendengar Anya mengejeknya.     

"Aku harus banyak menabung untuk istriku dan keluargaku di masa depan. Sedangkan kamu masih bujang. Kamu hanya perlu membiayai dirimu sendiri." Aiden menggenggam tangan Anya dan mengangkatnya untuk menunjukkan hubungan mereka di hadapan Nico, membuat Nico mendengus kesal.     

Mengapa nasibnya sial sekali?     

Ia jomblo, tidak punya pasangan, ditolak oleh gadis yang disukainya, harus makan sambil menyaksikan kemesraan paman dan bibinya, dan masih harus membayar semua makanan mereka …     

Tara hanya tertawa melihat Anya dan Aiden sama-sama menyerang Nico. Ia meletakkan botol anggur yang dibawanya di atas meja. "Ini anggurmu."     

Anya menatap botol anggur yang terlihat mahal di atas meja sambil tersenyum.     

Tiba-tiba saja, ponsel Aiden berbunyi. Ia menjawab ponsel tersebut dan kemudian menatap Anya dengan tatapan yang tidak tertebak.     

Tatapan itu membuat Anya merasa tidak nyaman. Ia memandang suaminya dan bertanya. "Mengapa kamu menatapku seperti itu? Ada apa?"     

"Aku sudah menyuruh orang untuk memeriksa ponsel Raisa. Malam sebelum kejadian di taman, ia tidak bertemu dengan Dio. Raisa pergi ke tempat karaoke di dekat danau dan tidak meninggalkan tempat itu." kata Aiden.     

"Bagaimana kalau Raisa sengaja meninggalkan ponselnya di tempat karaoke dan keluar tanpa membawanya?" tebak Tara.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.