Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hamil?



Hamil?

0"Aku ingin menyelidiki sesuatu. Tidak ada gunanya untuk berpura-pura buta." Aiden menarik sebuah kursi untuk Anya dan memintanya untuk duduk di sampingnya.     

Setelah Anya duduk, ia ingin memindahkan kursinya untuk lebih dekat ke arah Tara, tetapi kursinya sama sekali tidak bisa digoyangkan. Ketika ia menoleh, ia melihat tangan besar Aiden memegang kursinya.     

Anya mengedipkan matanya berulang kali. Aiden sedang berbicara dengan Nico, tetapi ia tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Anya, yang terkecil sekali pun.     

"Kamu mau ke mana?" Aiden menoleh untuk memandang Anya.     

Jantung Anya berdegup dengan kencang saat melihat keposesifan Aiden. Dulu, ia tidak menyukai sikap Aiden yang mengatur seperti ini. Tetapi entah mengapa, sekarang ia menyukainya.     

"Aku mau berbicara dengan Tara, mengenai masalah wanita." Bisik Anya.     

"Tara, coba cek detak jantungnya. Mungkin ia sedang hamil," kata-kata Aiden itu begitu mengejutkan hingga membuat Anya tertegun sebentar. Kemudian, ia melambai-lambaikan tangannya dengan panik ke arah Nico dan Tara. "Tidak. Aku tidak hamil!"     

Mata Tara memandang tubuh Anya dari atas hingga ke bawah dengan curiga. "Benarkah? Apakah kamu sungguh-sungguh tidak hamil?"     

"Paman, Bibi! Selamat!" Nico langsung mengucapkan selamat tanpa perlu memastikannya sekali lagi. Yang penting ia memberi selamat terlebih dahulu.     

Anya merasa kepalanya pusing. Kalau memang benar ia hamil, apakah itu adalah berita yang pantas untuk dirayakan?     

Demi Tuhan, ia masih kuliah! Mana bisa ia pergi ke kampus dengan keadaan hamil?     

Namun, siklus menstruasinya belum datang bulan ini. Apakah ia benar-benar hamil?     

"Ulurkan tanganmu. Aku akan memeriksamu," Tara menggeser kursinya untuk lebih dekat ke arah Anya.     

Anya menatap Aiden dengan galak. "Aku yakin aku tidak hamil!"     

"Hamil atau tidak baru bisa diketahui setelah detak jantungmu diperiksa," Tara segera memeriksa detak jantung Anya dengan tenang.     

Nico menghampiri Aiden dan memelankan suaranya. "Paman, bukankah Tara sekarang sehebat kakeknya?"     

"Hmm ... Dia jauh lebih hebat daripada kamu," kata Aiden dengan sembarangan.     

"Itu sebabnya aku ingin menikah dan menjadi bagian dari keluarganya," Nico tertawa.     

Tara hanya mengangkat kepalanya dan melirik Nico dengan dingin sambil tetap memeriksa Anya.     

"Tara, apakah aku sakit?" tanya Anya dengan cemas.     

"Pertama-tama, kamu tidak hamil. Ada banyak alasan mengapa siklus menstruasimu terlambat. Terlalu banyak pikiran dan terlalu lelah juga menjadi salah satu penyebab utamanya. Ditambah lagi, tekanan darahmu rendah. Kamu harus menjaga kesehatanmu," kata Tara dan kemudian ia menatap Aiden, "Jangan terlalu sering membuatnya lelah."     

Nico langsung tertawa terbahak-bahak mendengarnya.     

Tawa itu mendapatkan balasan tendangan oleh kaki Aiden, membuat Nico melompat dari kursinya sambil mengelus-ngelus kakinya.     

Wajah Anya terlihat memerah karena malu. Ia dan Aiden terlalu sering bercinta!     

Beberapa saat lalu, mereka berdua hampir saja bercerai. Dan sekarang setelah berbaikan, suasana hati Anya juga sangat terpengaruh.     

Hubungan mereka semakin membaik dan mereka semakin dekat. Tentu saja Anya tidak bisa menolak kalau Aiden menginginkannya.     

Tara tahu Anya tidak bisa menolak Aiden dan Aiden adalah pria yang kuat. Stamina pria itu pasti sangat luar biasa.     

Selain itu, memiliki istri yang cantik dan menawan seperti Anya, pria mana yang bisa tahan?     

Oleh karena itu, Tara memutuskan untuk mengatakannya terang-terangan. Mengingatkan agar mereka bisa lebih menahan diri.     

Kalau tidak, semua nutrisi dan obat herbal yang diberikan untuk Anya tidak akan ada gunanya karena tubuhnya terlalu kelelahan.     

"Aku akan berhati-hati." Aiden langsung menyetujuinya.     

Wajah Anya terasa panas. Ia menguburkan wajah kecilnya di bahu Aiden, malu untu menatap orang lain. Meski Tara adalah dokternya, entah mengapa ia tetap merasa malu saat membahas mengenai kehidupan pernikahannya. Apalagi ada keponakannya di tempat itu!     

Aiden mengulurkan tangannya untuk menepuk punggung Anya. "Makanlah lebih banyak."     

"Hmm ..." jawab Anya, masih tidak mau menunjukkan wajahnya.     

"Tara, apakah Anya bisa mendonorkan ginjalnya?" tanya Aiden secara tiba-tiba.     

"Anya, kamu mau mendonorkan ginjalmu pada siapa? Ibumu menderita penyakit jantung, kan? Bukan ginjal," tanya Tara sambil mengerutkan keningnya. "Tidak peduli kepada siapa pun kamu berniat mendonorkan ginjalmu, tolong pertimbangkan kondisimu terlebih dahulu. Dengan kondisi fisikmu saat ini, kamu masih bisa memiliki anak walaupun tubuhmu masih lemah. Tetapi kalau kamu mendonorkan ginjalmu, tubuhmu akan semakin lemah dan kamu kemungkinan tidak akan bisa memiliki anak seumur hidup." Jelas Tara dengan sangat khawatir.     

"Aku tidak berniat mendonorkan ginjalku. Jangan dengarkan omong kosongnya," Anya menepuk kaki Aiden.     

"Apakah Deny menemuimu?" Nico langsung tahu siapa yang sedang membutuhkan donor ginjal.     

"Apakah ayahmu sakit?" Tara baru sadar siapa yang membutuhkan bantuan Anya. Kemudian, ia memberi saran. "Anya, walaupun ia adalah ayahmu, ia tidak pernah menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah satu kali pun seumur hidupmu. Tidak ada gunanya membahayakan nyawamu demi pria seperti itu."     

"Dokter memang terlalu melebih-lebihkan Bibi. Jangan takut pada omongan Tara. Pokoknya Bibi harus banyak makan dan minum, serta berolahraga. Selain itu Bibi juga harus menjaga suasana hati Bibi. Selama Bibi merasa senang, kesehatan Bibi juga akan semakin membaik," kata Nico dengan serius.     

Hidup Anya memang selalu dipenuhi dengan cobaan sehingga ia harus bekerja keras. Ia banting tulang untuk membiayai rumah sakit ibunya.     

Untuk hidup dengan nyaman, ia harus berusaha keras mencari nafkah.     

Oleh karena itu, tubuhnya terbiasa bekerja keras, tetapi makanan dan minuman yang dikonsumsinya sedikit sehingga badannya menjadi kurus.     

Aiden merasa hatinya sakit mengetahui hal ini. Ia tidak mengatakan apa pun dan hanya menggenggam tangan Anya dengan erat.     

"Ketika aku bertemu dengan Aiden, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aiden membantuku untuk memindahkan ibu ke kamar yang lebih bagus dan mencarikan dokter terbaik untuk merawatnya. Ia juga menyuruh pelayannya untuk merawat taman dan Nico juga membantuku untuk menjual bunga. Hidupku sekarang jauh lebih baik dan kondisiku juga akan lebih baik. Mengenai donor ginjal itu, walaupun aku merasa kasihan pada ayah, aku tidak bodoh. Jangan khawatir. Aku tidak akan membantunya," kata Anya sambil tersenyum.     

Tara yang merupakan sahabat dekat Anya juga ikut kesal dengan Deny. Ia berbicara dengan terus terang karena tahu Anya tidak akan tersinggung dengan pendapatnya. Meski Anya tersinggung sekali pun, ia tetap akan mengucapkannya karena ia lebih memikirkan kesehatan sahabatnya. "Jangan mau dengarkan ayahmu kalau ia memintamu untuk berbakti kepadanya. Kamu memang harus berbakti pada orang tua yang membesarkanmu dan mencintaimu. Tetapi ayahmu tidak pernah memberimu apa pun."     

Anya sangat tersentuh mendengar nasihat dari Tara. "Aku juga sempat berpikir bahwa karena ia ayahku, aku harus berbakti kepadanya. Tetapi ..."     

"Tidak ada yang salah dengan keputusanmu. Sekarang jaman sudah maju. Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit ayahmu. Lagi pula ayahmu sudah tidak muda lagi. Jika ia tidak mendapatkan donor, ia masih bisa hidup dengan dialisis." Sela Tara. "Jangan terlalu baik kepadanya. Ia tidak pernah mencintaimu dan kamu tidak perlu berbakti kepadanya."     

"Calon keluargaku memang sangat hebat!" seru Nico.     

"Sejak kapan keluargamu akan menjadi calon keluargamu?" kata Tara dengan marah.     

"Bukankah kita teman baik?" Nico menggeser kusinya dan duduk di samping Tara. Kemudian ia menyenggolkan bahunya dengan bahu Tara.     

Tara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nico. Namun, setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan Nico.     

Anya dan Aiden hanya bisa saling memandang satu sama lain. Anya mengulurkan tangannya untuk memeluk lengan Aiden dan berbisik di telinganya. "Apa kamu masih merasa mereka tidak cocok?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.