Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sakit Hati



Sakit Hati

0"Tiga tahun lalu, ibuku jatuh sakit dan aku membutuhkan uang. Ketika ibu Raka tahu mengenai penyakit ibuku, ia memberiku uang agar aku meninggalkan Raka. Raisa memang benar, aku mengambil uang itu dari keluarga mereka," kata Anya dengan suara lirih.     

"Ibu Raka memberikan uang itu dalam bentuk cek dan aku sama sekali tidak mengerti bagaimana mencairkannya sehingga aku meminta bantuan Raisa untuk melakukannya. Itu sebabnya Raisa mengetahui mengenai uang tersebut."     

"Dan uangnya?" tanya Aiden.     

Anya terdiam sejenak seolah memikirkan apa yang harus ia jawab. Tidak peduli apa pun yang Anya katakan setelah ini, Aiden yakin aAnya akan berbohong padanya. Mengapa Anya tidak mau memberitahukan yang sebenarnya kepadanya?     

"Untuk pengobatan ibuku," jawab Anya dengan berhati-hati. Ia memandang wajah Aiden dengan seksama, merasa sedikit takut pada pria itu. Hati Anya terasa sakit saat ia mengingat kembali kejadian tiga tahun yang lalu. Matanya sedikit berkaca-kaca tetapi ia berjuang sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah.     

Aiden tidak tega untuk membongkar kebohongan Anya, tetapi wajahnya juga terlihat murung. "Jangan berhubungan lagi dengan Keluarga Mahendra," akhirnya hanya itu yang bisa Aiden katakan.     

Anya mengangguk dan melanjutkan makannya. Sementara itu, Aiden bangkit berdiri dari tempat duduknya dan berpindah ke sofa yang ada di ruangan tersebut.     

Anya menatap Aiden pergi dari tempat duduknya dengan wajah yang sedih. Ia tahu aiden marah padanya. Apakah Aiden mengetahui kebohongannya?     

Ia duduk di meja makan itu dalam diam, sambil mengaduk-ngaduk sup dengan sendoknya. Rasanya nafsu makannya telah menghilang.     

Tiga tahun lalu, ia memang menerima cek itu dari ibu Raka.     

Tetapi sebelum ia bisa menukarkan uang itu ke rumah sakit, ia dirampok. Perampok itu mengambil uangnya dan juga menendang tubuhnya serta kakinya sehingga ia tidak bisa berjalan selama lebih dari setengah bulan.     

Anya tidak bisa memahami jalan pikir Raisa. Ia tahu bahwa perampok itu pasti ada hubungannya dengan Raisa karena pada akhirnya, uang itu jatuh ke tangan Raisa. Namun, ia tetap berpura-pura seakan-akan Anya menerima uang itu. Ia juga terus berusaha menghancurkan reputasi Anya kemana pun ia pergi.     

Anya merasa sangat marah. Ia tidak pernah melakukan semua yang dituduhkan padanya. Ia tidak pernah menggoda Aiden. Ia bukan orang ketiga di antara pertunangan mereka. Tetapi semua orang menganggapnya sebagai wanita murahan.     

Ia tidak menerima uang yang diberikan oleh ibu Raka, tetapi semua orang mempercayai Raisa dan berpikir bahwa ia adalah wanita yang haus harta.     

Ia tidak mengganggu Raka dan tidak menemuinya lagi setelah mereka berpisah, tetapi semua orang berpikir ia terus mengejar-ngejar Raka karena ia menginginkan hartanya.     

Tidak ada satu orang pun yang mempercayai bahwa Natali lah yang melakukan semua ini kepadanya.     

Tidak ada satu orang pun yang tahu juga bahwa tiga tahun yang lalu ternyata Raisa lah yang merampoknya.     

Tidak ada satu orang pun yang percaya bahwa Raka lah yang terus mengejar-ngejarnya. Ia sudah berusaha untuk menjelaskan dan memutuskan hubungan dengan Raka, tetapi Raka terus mendatanginya, membuat semua orang salah paham terhadapnya.     

Anya mengangkat kepalanya, memandang Aiden yang sedang duduk di sofa. "Aiden, aku … Aku tidak sengaja melihat dokumen di mejamu," kata Anya dengan suara pelan.     

"Dokumen apa?" tanya Aiden.     

Anya menekan bibirnya dengan erat. Ia merasa ragu, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengaku. "Kamu menyelidiki mengenai cek itu."     

"Mengapa kamu memberitahuku mengenai dokumen itu?" tanya Aiden sambil memandang wajah Anya yang cemas.     

"Aku tahu kamu tidak suka orang lain membohongimu. Aku tidak mau membohongimu!" Anya bangkit berdiri dan melangkah menuju ke sofa.     

Ia berdiri di hadapan Aiden, tangannya menyatu dengan erat, menunjukkan kegelisahannya saat ini. "Aku tidak ingin berbohong padamu, tetapi aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," Matanya berkaca-kaca. Anya menahan tangisnya sambil menggigit bibirnya.     

Aiden mengulurkan tangannya pada Anya dan Anya menerimanya. Ia membiarkan Aiden menarik tubuhnya ke pelukannya.     

"Aiden, aku … Aku merasa sedih. Aku tidak tahu harus berbuat apa," Anya terisak saat mengatakannya.     

Ia ingin menyembunyikan kejahatan Raisa. Tetapi semakin ia memikirkannya, ia merasa semakin marah. Ia merasa tidak berhak diperlakukan seperti ini. Mengapa ia harus membantu Raisa?     

Sebenarnya, di perjalanan kembali ke kantor, Aiden sudah mengetahui apa yang terjadi.     

Tetapi Anya memutuskan untuk membohonginya. Anya membela Raisa, dan tujuan utamanya adalah agar Raka tidak mengetahui semua ini.     

Aiden tidak peduli kepada siapa uang itu kembali, ibu Raka atau Raisa. Yang lebih penting adalah Anya dan Raka sudah berpisah karena Raka mengira Anya menerima uang itu dari ibunya.     

Aiden tidak boleh membongkar rahasia itu. Ia akan membiarkan Raka salah paham terhadap semua ini selamanya.     

Jika Raka tahu bahwa Anya tidak menerima uang itu, Raka akan menyalahkan dirinya dan terus mengejar Anya karena perasaan bersalah terus menggerogoti hatinya. Aiden tidak ingin melihat itu sehingga ia membiarkan Anya berbohong.     

"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" Aiden menundukkan kepalanya dan mencium kening Anya dengan lembut.     

Mata Anya memerah saat memikirkan kekesalan yang ia pendam selama ini, "Cek itu. Cek dari Keluarga Mahendra, memang benar aku menerimanya. Awalnya aku ingin membawanya ke rumah sakit untuk membayar biaya rumah sakit ibuku. Tetapi aku dirampok di tengah jalan."     

"Aku tahu," jawab Aiden.     

Anya menatap Aiden dengan terkejut, "Apa lagi yang kamu tahu?"     

"Aku tahu kakimu terluka sehingga kamu tidak bisa berjalan selama setengah bulan. Aku tahu kamu tidak punya uang untuk pergi ke dokter sehingga kamu hanya mengusapnya dengan minyak."     

"Aku juga tahu kamu menelepon ibu Raka dan mengatakan bahwa cek itu dirampok, tetapi ibu Raka tidak mempercayaimu dan menghinamu sebagai wanita matre."     

"Aku tahu kamu menelepon polisi, tetapi tidak ada nama pada cek tersebut sehingga kamu tidak bisa membuktikan bahwa cek itu adalah milikmu. Polisi tidak mau membantumu untuk menyelidikinya. Siapa yang mengambil uang itu?"     

Aiden mengatakan semua hal yang ia ketahui satu per satu. Mendengar kalimat yang terus keluar dari mulut Aiden, Anya merasa matanya semakin perih. Ia tidak bisa menahan tangisnya lagi. Air matanya mengalir di pipinya.     

Aiden mengangkat tangannya dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Anya. Ia memeluk tubuh Anya dengan lebih erat dan mencium pipinya, menghapus air mata itu satu demi satu. "Anya, jangan menangis," bisiknya dengan lembut.     

"Setelah hari itu, Raka pergi ke luar negeri." Anya mengangkat kepalanya, air mata masih membanjiri wajahnya. "Aku benar-benar membutuhkannya pada saat itu, pada masa-masa terberat hidupku. Tetapi sekarang semuanya sudah selesai. Aku harap kamu merahasiakan ini untukku."     

"Baiklah," jawab Aiden.     

Anya memeluk Aiden dengan erat dan menguburkan wajahnya di dada pria itu. "Tidak masalah Raka salah paham padaku, tetapi aku harap kamu tidak menganggapku sebagai wanita yang haus kekayaan. Aku tidak menginginkan uangmu. Aku hanya membutuhkan uang untuk pengobatan ibuku. Aku bisa bekerja untuk membayar uang kuliahku dan membiayai hidupku sendiri."     

"Anya, aku tahu kamu wanita seperti apa dan aku tidak pernah merendahkanmu. Aku setuju kamu pergi bekerja karena memang itu impianmu. Kamu tidak perlu membiayai dirimu dan membayar uang kuliahmu sendiri. Karena aku lah yang akan melakukannya untukmu," mata Aiden dipenuhi dengan kelembutan saat memandang Anya.     

Anya merasa tersentuh. Air matanya mengalir tetapi karena hatinya tergerak oleh kebaikan Aiden. "Aiden, mengapa kamu sangat baik kepadaku?"     

Mata Aiden yang biasanya dingin terlihat hangat saat memandang Anya. "Karena kamu pantas mendapatkan yang terbaik dan aku yakin aku adalah yang terbaik untukmu."     

"Aiden …" ada satu hal lagi yang Anya harapkan dari Aiden. Ia berharap Aiden melihatnya sebagai Anya, bukan Keara.     

Ia berharap kelembutan Aiden ini diberikan untuknya, bukan karena wajahnya yang mirip dengan Keara.     

Untuk pertama kalinya, Anya merasakan rasa sakit di hatinya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.