Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Nana



Nana

0"Kamu bertemu dengan Natali kemarin malam. Apakah kamu menanyakan kepadanya siapa yang memberitahunya mengenai jadwal pemeriksaan?" tanya Anya.     

"Ia tidak mau membuka mulut," kata Aiden.     

Anya hanya bisa menggigit bibirnya degan kesal. Saat Aiden menyebutkan mengenai jadwal pemeriksaannya, Keara juga berada di sana.     

Setelah mereka meninggalkan hotel, mereka melihat Keara dan Natali sedang berbincang-bincang di dalam mobil. Tidak heran Anya menaruh rasa curiga yang besar pada Keara. Tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun di hadapan Aiden.     

Keara bukan wanita biasa. Ia juga merupakan putri dari keluarga yang berstatus. Meski Anya mencurigainya, tanpa ada bukti jelas dan pengakuan dari Natali, tidak ada yang bisa ia lakukan.     

…     

Sekitar jam 2 siang, Anya dan Aiden pulang kembali ke rumah. Seperti yang dikatakan Tara, kehamilan Anya sangat sehat. Ia hanya mengalami anemia ringan.     

Di perjalanan pulang, Aiden menerima panggilan dari Nico. "Paman, apakah pemeriksaannya sudah selesai? Kakek memintamu untuk datang ke rumah sendiri."     

Sendiri? Tanpa Anya?     

"Ada masalah apa?" tanya Aiden dengan ekspresi serius.     

"Kakek tidak mengatakan apa pun, tetapi kata ibuku, Keara baru saja datang," jawab Nico.     

"Aku mengerti," Aiden tidak menanyakan lebih lanjut dan menutup teleponnya.     

Melihat perubahan ekspresi di wajah suaminya, Anya bertanya dengan cemas. "Aiden, ada apa?"     

"Ayah memintaku untuk mampir ke rumah," kata Aiden dengan tenang.     

Anya khawatir ada sesuatu yang terjadi. Tetapi Aiden sudah berjanji akan menjelaskan semuanya kepadanya dan tidak menyembunyikan apa pun.     

Kalau Aiden tidak mengatakan apa pun, itu artinya tidak ada masalah. Anya memutuskan untuk tidak bertanya.     

"Rumah Keluarga Atmajaya lebih dekat. Lebih baik aku mengantarmu ke sana dulu dan kemudian aku akan pulang," Anya tahu Aiden tidak memintanya untuk ikut, itu artinya Bima meminta Aiden datang sendiri. Mungkin mereka ingin membahas mengenai masalah perusahaan.     

"Tidak usah. Harris akan menjemputku. Kamu pulanglah dan istirahat," kata Aiden sambil mengelus kepala Anya dengan lembut.     

Mobil mereka berhenti di pinggir jalan, tepat di bawah sebuah pohon besar. Aiden sudah meminta Harris untuk menjemputnya di sana agar Anya bisa langsung pulang dan beristirahat.     

Pengawal yang mengantar mereka langsung turun dan memberikan privasi untuk Anya dan Aiden.     

Aidne mengeluarkan foto USG janin yang mereka dapatkan tadi. Wajahnya terlihat melembut saat melihat foto USG itu, meski janin di dalam kandungan Anya masih sekecil kacang.     

"Kamu ingin anak laki-laki atau perempuan?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Laki-laki atau perempuan sama saja. Selama anak ini adalah anak kita, aku akan sangat mencintainya." Jawab Aiden sambil terus memandang foto USG tersebut.     

"Aku ingin anak laki-laki yang tampan dan hangat sepertimu. Setelah itu, aku bisa kembali bekerja lagi," kata Anya.     

"Anak perempuan juga tidak apa-apa. Ia pasti cerdas dan cantik seperti ibunya. Aku berpikir seperti itu karena Keluarga Atmajaya sudah memiliki Nico. Tetapi tetap saja menurutku laki-laki dan perempuan sama saja," asalkan anak itu adalah anaknya dan Anya, ia akan mencintainya sepenuh hati.     

Anya menatap suaminya sambil tersenyum lebar. "Sungguh menyenangkan menikah dengan Tuan Atmajaya. Kamu tidak menuntut apa pun."     

"Hmm … Sungguh menyenangkan memiliki Nyonya Atmajaya," Aiden memegang wajah Anya dengan kedua tangannya dan mencium bibrinya.     

Kemudian, salah satu tangan Aiden turun untuk memeluk pinggang Anya dan menarik tubuhnya untuk mendekat. Anya merasa malu saat tubuhnya sudah berada di pangkuan Aiden.     

Mereka sedang berada di pinggir jalan. Bagaimana kalau ada orang yang lihat?     

Tetapi Aiden tidak mau melepaskannya dan terus mengulum bibirnya dengan lembut. Ia tidak peduli meski ada yang melihat mereka sekali pun. Toh, Anya adalah miliknya. Biarkan saja semua orang tahu bahwa wanita ini adalah miliknya.     

Anya bisa merasakan gairah Aiden yang semakin meningkat dari ciumannya yang basah. "Aiden, jangan," kata Anya.     

Kata-kata Anya itu membuat Aiden tersadar. Ia menarik napas dalam-dalam dan menahan keinginannya untuk memiliki istrinya. Ia melepaskan tubuh Anya dengan lembut, takut gerakan sekecil apa pun akan melukai istri kecilnya ini.     

"Sekarang kamu berani menolakku terang-terangan," gerutu Aiden.     

Anya tertawa kecil mendengar gerutuan suaminya. Stamina Aiden terlalu kuat. Tubuh Anya tidak sanggup kalau harus memuaskan Aiden setiap saat. Bisa-bisa, ia tidak akan bisa bangun dari tempat tidurnya.     

"Kamu harus berkorban untuk menjadi seorang ayah," kata Anya sambil terkekeh.     

"Mengapa kamu malah senang?" Aiden tidak suka melihat Anya tersenyum dengan gembira karena masalah ini.     

"Tentu saja aku senang. Aku bisa mengandung anak kita. Anak kita akan lahir sehat," kata Anya.     

Jawaban Anya membuat hati Aiden luluh. Ia langsung mengecup puncak kepala Anya dan menyandarkan kepalanya di sana.     

Mereka berbincang-bincang sejenak hingga akhirnya Harris pun tiba.     

"Hati-hati menyetirnya," begitu turun dari mobil, Aiden langsung memerintahkan pengawalnya untuk mengantar Anya dengan aman dan selamat.     

Sekarang, Anya sudah tidak sendiri lagi. Ia sudah berbadan dua dan pengawal itu merasakan tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaganya Nyonya-nya. "Saya mengerti, Tuan. Saya akan mengantar Nyonya pulang dengan selamat."     

…     

Setelah jam kemudian, Harris berhenti di depan rumah Keluarga Atmajaya. Ketika Aiden hendak turun dari mobil, ia memberikan laporan pada Aiden.     

"Tuan, sepertinya Tuan Bima ingin membicarakan mengenai putri kandung Tuan Ardan dan Nyonya Maria," kata Harris.     

Nadine …     

Di Keluarga Atmajaya, sebenarnya ada dua Nadine.     

Nadine pertama adalah putri dari Maria yang telah menghilang sejak bayi.     

Nadine yang kedua adalah putri haram yang dibawa oleh Ardan, kakak Aiden, untuk menggantikan putrinya yang hilang. Ia mendapatkan identitas barunya sebagai pengganti Nadine yang pertama untuk menutupi skandal bahwa Ardan memiliki anak haram di luar pernikahan.     

Namun, sayangnya, Nadine yang kedua pun menghilang kembali setelah pergi bersama dengan Keara.     

Ini adalah rahasia dari Keluarga Atmajaya yang tidak banyak orang tahu.     

"Kak Maria sudah bertahun-tahun bertahan demi nama Keluarga Atmajaya. Ia pasti sangat senang kalau menemukan putri kandungnya," Aiden sudah menebak apa alasan Bima memanggilnya.     

Tetapi yang membuatnya merasa bingung, mengapa Anya tidak boleh tahu kalau Maria telah menemukan putrinya yang hilang? Bukankah ini berita baik?     

"Selain itu, kejadian yang menimpa Nona Natali mungkin ada hubungannya dengan ayah Nona Yura. Nona Yura telah menanggung semua kejahatan yang mereka rencanakan bersama, tetapi Nona Natali tidak pernah sekali pun mengunjunginya di penjara. Oleh karena itu, keluarganya menculik Nona Natali dan membuangnya di pinggir kota," lapor Harris.     

"Kamu harus menanggung akibat dari perbuatanmu sendiri," gumam Aiden.     

"Tuan, Nyonya Maria datang," Harris melihat Maria keluar dari pintu rumah Keluarga Atmajaya. Ia langsung keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aiden.     

Aiden langsung menghampiri kakak iparnya begitu melihat Maria menghampirinya. Tetapi saat mendekat, ia baru sadar bahwa mata Maria memerah seolah baru saja menangis.     

"Kak, aku dengar kakak menemukan Nana," kata Aiden.     

Nana adalah panggilan kesayangan yang diberikan oleh Maria pada putri kandungnya saat masih bayi. Panggilan kesayangan itu khusus untuk putri kandungnya, sementara putri angkatnya tetap dipanggil Nadine.     

"Aiden, lebih baik aku tidak menemukannya. Lebih baik aku tidak mengetahuinya. Apa yang harus aku lakukan?" Maria menangis sejadi-jadinya.     

Nico ikut keluar saat mendengar tangisan ibunya. "Ibu, ada apa? Mengapa kamu menangis?"     

Maria tidak mau menjawab pertanyaan Nico. Tangisannya malah semakin kencang. Sementara itu, Bima hanya bisa menghela napas panjang.     

Aiden merangkul bahu kakak iparnya dan membantunya untuk masuk ke dalam rumah. Saat melewati Bima, Aiden melihat ayahnya itu memandangnya dengan tajam.     

"Kakek, mengapa kakek memandang paman seperti itu? Paman baru saja kembali dan tidak mengetahui apa pun," kata Nico.     

"Kamu masih kecil, jangan ikut campur. Ini urusan orang dewasa," kata Bima.     

"Apakah kalian menemukan adikku? Di mana ia sekarang? Kapan ia akan kembali?" tanya Nico.     

"Nico, temani ibumu. Kakek harus bicara pada pamanmu," Bima bangkit berdiri dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.     

Nico merasa sangat marah karena tidak ada satu orang pun yang mau memberitahu masalah ini kepadanya. Anak kecil? Demi Tuhan, ia sudah 26 tahun!     

"Apakah kalian tidak bisa menunjukkan sedikit rasa hormat padaku? Aku sudah 26 tahun, bukan anak kecil lagi. Kalian menemukan saudaraku, tetapi tidak mau memberitahuku?"     

"Nico, jangan tanya apa-apa lagi," Maria hanya bisa berkata dengan lemah sambil mengusap air matanya.     

Melihat situasinya seperti ini, Aiden tahu ia tidak bisa bertanya apa pun pada Maria. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti ayahnya ke ruang kerja …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.