Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bawa Kembali



Bawa Kembali

0"Dengarkan aku dan minum obatnya satu lagi. Dengan begitu, rasa sakitnya akan lebih cepat berakhir. Kamu tidak akan terlalu menderita," Maria menangis sambil memberikan obat itu pada Anya dengan tangan gemetaran.     

Anya menepis tangan Maria dengan sangat marah. "Mengapa harus hari ini? Aku hanya ingin menghabiskan hari Natal bersama dengan Aiden. Mengapa?" teriaknya sambil menangis dengan keras.     

"Usia kehamilanmu sudah hampir mencapai tiga bulan. Hari ini, pengawal Aiden pergi dari rumah Keluarga Atmajaya dan tidak mengurungku lagi. Kalau tidak, aku tidak akan bisa pergi ke sini," Maria mengambil satu obat lagi dan memegangnya dengan kedua tangan. "Anya, aku mohon minumlah obat ini!"     

"Tidak! Tidak!" Anya benar-benar merasa kacau. Ia meninggalkan ponselnya di lantai bawah, di dapur saat ia sedang membuat jelly sehingga ia tidak bisa menggunakannya untuk meminta tolong.     

Sekarang, ia harus mencari cara lain untuk menyelamatkan dirinya!     

Ia tidak bisa memuntahkan obat itu. Ia harus segera pergi ke rumah sakit untuk menyelamatkan bayinya. Apakah ia sudah terlambat?     

Demi anaknya, ia akan melakukan apa pun.     

Ia tidak tahu apakah sudah terlambat atau tidak, tetapi selama ia masih bisa berjuang, ia akan menyelamatkan buah hatinya.     

Anya menoleh dan menatap ke arah Maria. Ia bisa merasakan ketakutan dan rasa sakit yang dirasakan oleh kakak iparnya itu.     

Sepertinya bukan Maria yang ingin melakukan ini. Mungkin Bima lah yang memerintahkannya.     

Anya langsung berlutut di tanah dan bersujud di kaki Maria, "Kak, aku mohon padamu. Jangan bunuh anak ini. Jangan biarkan anak ini mati. Aku mohon!"     

Ketika melihat Anya berlutut di hadapannya, Maria merasa hatinya seperti ditusuk oleh duri.     

"Anya, bukannya aku tidak mau. Tetapi anak ini tidak boleh dilahirkan. Anak ini tidak boleh hidup," kata Maria sambil menangis.     

"Mengapa? Mengapa anak ini tidak boleh lahir? Apakah masalah mengenai kutukan Keluarga Atmajaya? Meski aku melahirkan anak perempuan sekali pun, aku akan melindunginya dan tidak membiarkannya menderita sedikit pun. aku akan merawatnya baik-baik," Anya memeluk kaki Maria dan terus memohon. "Kak, tolong aku. Tolong antarkan aku ke rumah sakit. Aku mohon!"     

"Anya, kamu bisa membenciku dan tidak memaafkanku hingga seumur hidup. Tetapi anak ini tidak boleh ada." Maria tidak tahu harus berbuat apa lagi. Anya menolak untuk meminum obat tersebut dan terus memohon padanya.     

Pada akhirnya, Maria memasukkan obat itu secara paksa ke dalam mulut Anya.     

"Tidak! Aku …" Anya berusaha untuk mengeluarkan dan membuang obat itu dari mulutnya, tetapi Maria menggunakan tangannya untuk menutup hidung Anya dan memasukkan air ke dalam mulutnya.     

Anya tersedak karenanya hingga tanpa sengaja pil itu tertelan. Ia berteriak dan berteriak. Suaranya dipenuhi dengan kesedihan dan ketakutan.     

"Tidak! Tidak! Bayiku … Anakku …" Anya terus berusaha untuk memuntahkan obat itu, tetapi Maria memeluk seluruh tubuh Anya dengan erat dan memegang tangannya agar Anya tidak bisa bergerak.     

...     

Pada saat itu, Aiden sudah menunggu cukup lama di rumah Keluarga Atmajaya dan semua kesabarannya sudah habis.     

Tiba-tiba saja, ia merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. Ia merasa gelisah.     

"Ayah, kapan Kak Maria kembali?" Aiden menunggu kedatangan Maria untuk melihat foto tanda lahir Nana.     

Kalau anak Kak Maria memang memiliki tanda lahir di dadanya, sementara Anya tidak, bukankah itu artinya Anya bukanlah anak Kak Maria?     

"Maria sedang mencetak fotonya dan memperbesarnya agar kita bisa melihatnya lebih jelas. Tunggu sebentar lagi," kata Bima.     

Aiden langsung merogoh kantongnya, berniat menelepon Maria. Namun, Maria tidak mengangkat teleponnya, sama halnya dengan supir yang mengantar Maria.     

"Ayah, di mana Kak Maria mencetak fotonya?" samar-samar Aiden bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi, tetapi ia tidak tahu apa.     

"Mungkin jalanannya macet karena hujan. Duduklah dan tunggu sebentar lagi. Apakah kamu mau main catur dengan ayah untuk menghabiskan waktu? Mungkin di tengah permainan, Maria akan kembali," Bima mengeluarkan papan caturnya dan memanggil Aiden.     

Pada saat itu, ponsel Aiden berbunyi. Harris yang meneleponnya.     

"Tuan, saya berada di bandara dan sudah siap untuk berangkat ke Hong Kong. Ada sesuatu yang harus saya katakan pada Anda," kata Harris.     

"Apa?" suara Aiden terdengar dingin. Ia sudah kehabisan semua kesabarannya untuk menunggu Maria.     

"Terakhir kali saya pergi ke Hong Kong untuk melakukan tes DNA, saya bertemu dengan Nona Nadine," kata Harris dengan hati-hati, menantikan reaksi Aiden.     

Wajah Aiden langsung berubah drastis, "Mengapa kamu tidak membawanya kembali?"     

"Siapa yang meneleponmu? Siapa yang kembali?" Bima menatap ke arah Aiden.     

"Nona Nadine mengetahui bahwa ia bukan putri Nyonya Maria dan Keluarga Atmajaya telah menemukan Nadine yang asli sehingga ia tidak mau tetap hidup dengan identitas orang lain dan tidak mau kembali ke rumah. Nona Nadine meminta saya untuk merahasiakannya. Ia bilang ada hal penting yang harus ia selidiki saat ini. Ia juga berjanji untuk bertemu dengan saya di Hong Kong pada hari Natal dan menceritakan semua yang terjadi selama beberapa tahun terakhir," kata Harris, menceritakan semuanya sekaligus.     

"Mengapa kamu tidak memberitahuku hal sepenting ini sebelumnya?" suara Aiden langsung terdengar menyeramkan.     

"Tuan, saya …" Harris tidak bisa mengatakan apa pun.     

"Kamu tahu betapa pintarnya Keara memanipulasi orang lain. Apakah kamu tidak memperkirakan bahwa pertemuanmu dengan Nadine pada saat itu mungkin bukanlah sebuah kebetulan?" hati Aiden yang sudah hancur terasa seperti dibangkitkan kembali.     

Hasil tes DNA pertama dilakukan di bawah pengaturan Keara.     

Walaupun Dokter Tirta yang melaksanakannya, pada saat itu, Indah juga terlibat dalam tes DNA tersebut. Bagaimana kalau ternyata sampel darah Indah dan Maria sengaja ditukar?     

Tes DNA kedua dilaksanakan di Hong Kong. Aiden telah mengatur semuanya dan yakin bahwa tidak akan ada masalah. Tetapi ternyata, Harris bertemu dengan Nadine.     

Tes DNA ketiga dilakukan pada saat Anya sedang pingsan. Pada saat itu, Bima yang mengaturnya tanpa ada campur tangan dari Aiden sehingga Aiden tidak bisa yakin 100% bahwa tes DNA itu tidak ada masalah.     

Aiden sangat mencintai Anya sehingga ia tidak bisa mempercayai semua hasil tes DNA itu.     

Kalau ia tahu cara melakukan tes itu sendiri, mungkin ia akan langsung membuat laboratorium sendiri dan melaksanakannya dengan kedua tangannya sendiri.     

"Tuan, apakah Anda khawatir ada seseorang yang menukar hasil tes DNA itu di Hong Kong? Tetapi Nona Nadine tidak akan pernah melakukannya?" Harris langsung berusaha untuk membela Nadine.     

Aiden mengabaikan Harris dan menjawab dengan suara yang lebih dingin lagi. "Kalau kamu melihatnya, bawa anak itu kembali. Gunakan cara apa pun untuk membawanya pulang. Kalau tidak bisa, lebih baik kamu tidak usah pulang!"     

"Baik, Tuan," Harris menerima perintah itu dan kemudian berkata, "Tuan, di mana Anda sekarang? Tadi saya menelepon ibu saya sebelum pergi ke bandara. Sebelum naik ke dalam pesawat, saya mencoba untuk meneleponnya lagi tetapi tidak ada yang menjawab. Saya juga mencoba menelepon rumah Anda, tetapi tidak ada yang mengangkatnya. Saya merasa ada yang aneh mengapa tidak ada pelayan yang mengangkat telepon."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.