Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tanda Lahir



Tanda Lahir

0"Ada apa?" Aiden menjawab ponsel itu sambil berjalan menuju ke lantai atas, meninggalkan Anya bersama dengan Hana.     

Anya berdiri di ruang keluarga, menatap tubuh tinggi suaminya yang meninggalkannya. Ia mengingat kembali saat mereka berjalan pulang sambil bergandengan tangan di bawah rintik hujan. Meski mereka harus berpisah setelah ini, kenangan yang indah itu sudah cukup bagi Anya untuk tetap bertahan hidup.     

Kenangan-kenangan indahnya bersama dengan Aiden sudah cukup bagi Anya ...     

"Hari ini adalah hari Natal. Sudah waktunya kamu memberitahu kami mengenai Anya!" teriak Bima dari seberang telepon.     

"Aku sudah menyuruh semua pengawalku untuk pergi dari rumah Keluarga Atmajaya pagi ini. Setelah hari Natal, aku akan bercerai dengannya," kata Aiden dengan suara dingin.     

"Bagaimana dengan anak di dalam kandungannya? Apakah ia sudah setuju untuk melakukan aborsi?" tanya Bima.     

"Aku akan berusaha membujuknya," jawab Aiden singkat.     

Panggilan ini telah menghancurkan suasana hatinya yang indah sebelumnya.     

"Kamu kembalilah ke rumah sekarang juga. Kakakmu menemukan foto masa kecil Nana dan ia memiliki tanda lahir di dadanya. Tanda lahir itu terlihat samar sehingga aku tidak bisa memfotonya dan mengirimkannya kepadamu. Cepat kemarilah dan lihatlah sendiri. Mungkin saja …" Bima berhenti berbicara.     

Ketika mendengar hal ini, mata Aiden langsung berbinar dengan harapan baru.     

"Aku akan segera ke sana," tanpa menunggu lama, Aiden langsung menutup telepon. Setelah itu, ia langsung mengambil kunci mobilnya dan turun ke bawah sambil berlari.     

"Tuan, apakah Anda mau keluar?" tanya Hana sambil berusaha mengejarnya.     

"Aku akan kembali ke rumah Keluarga Atmajaya. Nanti siang aku akan kembali untuk makan. Nico dan Tara akan tiba di malam hari," kata Aiden dengan tergesa-gesa.     

Tidak biasanya Hana melihat Aiden seperti ini. Biasanya, Aiden selalu tenang dan bersikap seperti seorang pria yang sempurna. Tetapi sekarang ia terlihat sangat panik.     

Anya sudah kembali ke kamarnya untuk mandi. Setelah itu, ia turun ke lantai bawah dengan menggunakan piyama yang nyaman.     

AC di ruang keluarga tidak terlalu dingin sehingga ia merasa sangat nyaman untuk beristirahat sambil menonton TV.     

Suasana hatinya sedang sangat baik hari ini dan tubuhnya juga terasa jauh lebih segar. Meski di luar hujan, ia sama sekali tidak kedinginan.     

"Anya, Aiden akan kembali untuk makan siang nanti. Apa ada masakan yang kamu inginkan? Biar ibu yang buatkan," kata Hana sambil tersenyum.     

"Aiden akan pulang untuk makan siang? Masakan saja makanan kesukaan Aiden," kata Anya sambil tersenyum.     

"Sepertinya suasana hatimu sedang baik hari ini?" Hana ikut tersenyum melihat Anya bahagia.     

Sudah berminggu-minggu Anya terlihat sedih dan muram. Memang hanya Aiden yang bisa membuat Anya bahagia.     

"Bagaimana kalau kita membuat ayam kodok untuk makan malam nanti? Atau galantine?"     

"Aku sudah menyiapkan bahan-bahannya. Tinggal dimasak saja," jawab Hana sambil tersenyum.     

"Kalau begitu, aku akan membuat jelly untuk makanan penutupnya. Sepertinya Aiden menyukai jelly buatanku. Bu Hana, tidak perlu mengkhawatirkan aku. Ibu bisa lanjut memasak," Anya menggulung lengan bajunya yang cukup panjang dan pergi ke arah dapur.     

Beberapa saat kemudian, bel pintu mereka berbunyi. Tara dan Nico mengetahui password rumah Aiden sehingga mereka bisa langsung masuk tanpa membunyikan bel.     

Kalau begitu, siapa yang datang?     

"Anya, Nyonya Maria datang," kata Hana dengan khawatir. Sebelumnya, Aiden sudah berpesan padanya bahwa untuk sementara waktu, tidak ada satu orang pun dari Keluarga Atmajaya yang boleh menghubungi Anya.     

"Kak Maria? Mengapa tidak membiarkannya masuk?" tanya Anya dengan bingung.     

"Aiden sendiri yang berpesan pada ibu agar Tuan Bima dan Nyonya Maria tidak mendekatimu. Aiden takut ada sesuatu yang terjadi padamu," kata Hana.     

Anya mengerutkan keningnya. Anya tahu mengapa Aiden tidak memperbolehkan Bima mendekatinya karena Bima ingin menggugurkan kandungannya.     

Tetapi Maria?     

"Kak Maria tidak akan pernah menyakitiku. Ia sangat baik padaku. Biarkan dia masuk," kata Anya.     

Hana kembali ke pintu dan membukakan pintu untuk Maria. tetapi ia menemukan bahwa Maria tidak datang sendirian. Ia datang bersama dengan beberapa chef untuk membantu membuatkan makanan di pesta Natal hari ini.     

Tentu saja, Hana tidak bisa mengusirnya. Ia hanya bisa menyambut mereka semua bersama-samsa.     

Total ada lima chef yang datang. Masing-masing dari mereka membawa nampan dengan tutup kaca, dari luar bisa terlihat bahan-bahan yang mereka bawa.     

"Anya, Nyonya Maria datang membawa beberapa chef dan masakan untukmu," kata Hana.     

Anya langsung menghampiri Maria. "Kak, tidak perlu repot-repot membawa makanan."     

Wajah Maria terlihat memucat saat Anya mendekatinya, tetapi tidak butuh waktu lama untuk kembali normal. "Apa yang sedang kamu lakukan?"     

"Aku sedang membuat jelly untuk makanan penutup nanti malam," kata Anya sambil lanjut meletakkan cetakan di dalam kulkas.     

Maria mengambil beberapa buah jeruk di dalam kulkas dan mengupasnya dengan cepat. Setelah itu ia memasukkannya ke dalam juicer dan mengambil dua gelas.     

"Apakah kamu sudah selesai? Ayo kita mengobrol. Sudah beberapa hari aku tidak bertemu denganmu," Maria berjalan menuju ke arah sofa sambil membawa dua gelas jus jeruk.     

Anya meletakkan semua cetakan di dalam kulkas dan kemudian melepaskan celemek yang digunakannya. Setelah itu, ia mengikuti Maria.     

Ia sudah tahu apa yang ingin Maria katakan. Maria hanya ingin membujuknya untuk menceraikan Aiden dan membunuh anak di dalam kandungannya.     

Seperti itu, berulang kembali …     

Maria mengambil gelasnya dan meminumnya. "Jeruknya enak. Tanpa gula, jusnya tetap terasa manis."     

"Benarkah? Aku akan mencobanya," Anya mengambil gelas yang satunya dengan senang. Namun, setelah menyesapnya, ia mengerutkan keningnya. "Apakah rasanya tidak aneh?"     

"Tidak kok. Jeruk mengandung banyak vitamin C dan baik untuk kesehatanmu," kata Maria sambil terus menegak hingga tersisa setengah gelas.     

Wajahnya terlihat tenang, tetapi matanya terus menerus menatap ke arah perut Anya.     

Anya tidak ingin mengecewakan kebaikan Maria sehingga ia meminum beberapa teguk lagi. Namun, karena rasanya yang aneh, ia tidak bisa menghabiskannya.     

Tidak tahu apakah jeruknya sudah basi atau mungkin juicernya yang kurang bersih, jus jeruk itu terasa sangat aneh.     

Melihat Anya tidak mau meminumnya lagi, Maria berkata, "Aku ingin berbicara berdua padamu. masalah penting. Bisakah kita pergi ke kamarmu?"     

Anya terdiam sejenak. Apa mungkin Maria ingin membicarakan masalah Tara dan Nico?     

Baru-baru ini, Tara pergi dari rumah Nico dan ingin mengakhiri pertunangannya dengan Nico. Mungkin Maria ingin menanyakan apa yang terjadi di antara mereka.     

Anya mengangguk. Ia juga tidak ingin meminum jus jeruk ini sehingga pergi ke kamarnya mungkin adalah pilihan yang lebih baik.     

Ketika naik ke lantai atas, Maria melihat Hana dan berkata padanya. "Aku ingin membicarakan masalah penting dengan Anya. Jangan biarkan ada yang mengganggu kami."     

Hana mengangguk.     

Setelah bekerja untuk Keluarga Atmajaya selama bertahun-tahun, ia mengenal sosok Maria. Maria adalah wanita yang sangat baik dan ia tahu Maria tidak akan pernah melakukan apa pun pada Anya.     

Oleh karena itu, Hana bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang.     

Maria naik ke lantai atas bersama dengan Anya. Setelah memasuki kamar, ia mengunci pintu di belakangnya.     

Anya bisa merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia langsung menatap Maria dengan khawatir. "Kak, mengapa kamu mengunci pintunya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.