Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memohon Ampun



Memohon Ampun

0"Tuan, saya melihat Tuan Galih di rumah sakit," lapor pengawal tersebut.     

Mata Aiden langsung terlihat serius. "Apakah ia melihatmu?"     

"Iya. Tetapi Nyonya tidak menyadari keberadaannya."     

"Cari tahu apa yang Galih lakukan di rumah sakit," kata Aiden dengan tatapan yang tidak bisa tertebak.     

"Baik, Tuan." Jawab pengawal tersebut sebelum mengakhiri panggilan.     

Setengah jam kemudian, Hana membawakan makan siang Anya dan Deny. Ia tidak langsung pulang setelah mengantarkan makanan itu, tetapi ikut untuk menemani Anya.     

"Bu Hana, pulanglah dulu. Aku akan menginap di sini malam ini," kata Anya.     

"Anya, besok akan ada pesta Natal di rumah. Apakah kamu tidak mau pulang dan melihat bagaimana persiapannya?" Hana tidak tega membiarkan Anya menginap di rumah sakit.     

Ditambah lagi, Aiden menyuruhnya untuk membawa Anya pulang. Kalau tidak, Hana tidak akan datang secara khusus untuk mengantar makanan itu.     

"Jangan khawatir. aku akan pulang besok pagi," kata Anya sambil tersenyum.     

"Anya, tidak baik kamu menginap di rumah sakit. kamu sedang hamil sekarang. Bagaimana kalau kamu terkena flu atau tertular penyakit di sini. Ayah bahkan tidak bisa mengurus diriku sendiri sekarang. Jangan sampai kamu juga ikut sakit," Deny juga merasa lebih baik Anya pulang dan beristirahat di rumahnya.     

"Aku ingin menemani ayah. Aku tidak punya banyak kesempatan untuk melakukan ini," kata Anya sambil tersenyum tipis. "Aku akan menginap malam ini dan kembali pagi-pagi. Setelah hari Natal, aku akan menjalani prosedur perceraian dengan Aiden. Mungkin aku akan pergi ke luar negeri sebelum ayah bisa keluar dari rumah sakit."     

Anya tahu bahwa Harris sangat bisa diandalkan dalam pekerjaannya. Saat ini, Harris sedang mengurus paspor dan tiket pesawatnya. Ia tahu bahwa Harris akan mengurusnya dengan cepat, agar ia bisa segera keluar dari kehidupan Aiden.     

Aiden sudah mengatur semuanya agar mereka bisa bercerai secepat mungkin. saat Harris mengirimkan paspor itu nanti, Anya juga harus menandatangani perjanjian pengalihan saham. Selama Anya menandatanganinya, ia akan menjadi pemegang saham Atmajaya Group.     

Tetapi sebelum ia bisa mendapatkan saham itu, Anya harus menandatangani surat cerai.     

"Hana, biarkan Anya menginap. Ini adalah keinginannya," kata Deny.     

Wajah Hana terlihat kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. "Biar aku menanyakannya pada Tuan Aiden terlebih dahulu."     

Anya tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tanpa berkata apa pun.     

Ia tahu Aiden lah yang menyuruh Hana untuk menjemputnya. Tetapi ia tidak tahu apakah Aiden akan memperbolehkannya untuk menginap di rumah sakit malam ini.     

Hana keluar dari ruangan dan menelepon Aiden. "Tuan, Anya tidak mau pulang bersama denganku. Ia ingin menginap di rumah sakit malam ini."     

"Apa katamu?" tanya Aiden dengan suara dingin.     

"Ia juga bulang setelah Natal, Anda akan menceraikannya. Ia akan pergi ke luar negeri sebelum Tuan Deny dipulangkah dari rumah sakit. Oleh karena itu, ia ingin menemani Tuan Deny malam ini," lanjut Hana.     

Aiden mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil berpikir. Ia merasa Deny tidak pantas mendapatkan cinta Anya, tetapi Aiden ingin mengabulkan permintaan Anya.     

Dari pada membiarkan Anya sendirian di rumah dan merasa kesepian, mungkin memang lebih baik berada di rumah sakit dan merasakan kasih sayang dari Deny.     

Deny tidak tahu bahwa Anya bukanlah putrinya. Ia sudah menyadari semua kesalahannya dan ingin menghabiskan seumur hidupnya untuk mencintai Anya.     

Saat ini, hal yang paling dibutuhkan oleh Anya adalah dukungan dari keluarganya.     

"Suruh seseorang untuk menjaga dan mengurus Anya," kata Aiden.     

Hana terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka Aiden akan membiarkan Anya menginap di rumah sakit.     

"Tuan, bagaimana kalau saya saja yang menginap? Anya sedang hamil sekarang …"     

"Tidak usah. Bu Hana bisa mengatur persiapan pesta Natal di rumah. Suruh orang lain saja untuk menjaga Anya," setelah mengatakannya, Aiden menutup telepon.     

Begitu kembali, Hana langsung membereskan semua alat makan yang dibawanya dan hendak pulang. Anya mengantarnya sampai ke koridor. "Bu Hana, terima kasih sudah datang dan mengantarkan makan siang. Tidak perlu repot-repot mengantarkan makan malam. Aku bisa memesannya."     

"Anya, kamu sedang hamil sekarang. Tidak baik makan makanan sembarangan. Aku akan membuatkan makan malam untukmu dan menyuruh orang untuk mengirimnya. Aiden sudah memberimu ijin untuk menginap, tetapi ia meminta agar ada yang menjagamu," kata Hana.     

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri," Anya langsung menolak.     

"Aku akan bilang pada Aiden," Hana masih merasa cemas, tetapi pada akhirnya ia hanya bisa berpesan pada Anya untuk menjaga dirinya baik-baik.     

Menjelang malam hari, rasa sakit yang dirasakan oleh Deny semakin menguat, membuatnya tidak tahan lagi. Dokter datang untuk memberikan suntikan pereda nyeri dan menyuruhnya untuk banyak beristirahat.     

Tidak lama kemudian, Deny tertidur lelap karena efek obat tersebut.     

Anya meninggalkan kamar Deny dan pergi untuk melihat kondisi Natali.     

Natali juga merasakan rasa sakit pasca operasi, tetapi ia tidak mau menerima suntikan apa pun dari dokter. Di rumah sakit jiwa, ia sudah terlalu sering mendapatkan suntikan penenang. Ia takut semua suntikan itu akan mempengaruhi otaknya dan membuatnya menjadi benar-benar gila.     

"Apa yang kamu lakukan di sini?" suara Natali terdengar dingin saat ia melihat Anya.     

"Maafkan aku," Anya menatap Natali dengan tulus.     

Permintaan maaf itu membuat Natali tertegun, "Apa maksudmu?"     

"Seseorang yang melakukan kejahatan memang akan mendapatkan ganjarannya," Anya tertawa dengan pahit. "Saat melihatmu di tempat parkir bawah tanah itu, seharusnya aku menelepon polisi dan menyerahkanmu pada polisi, dari pada membiarkanmu hidup tersiksa seperti itu."     

"Beraninya kamu berbicara seperti itu, brengsek! Seharusnya kamu mati. Apakah kamu pikir aku akan memaafkanmu kalau kamu meminta maaf?" ketika mendengar Anya membahas masalah itu, Natali langsung menggila.     

"Aku memilih untuk mengabaikanmu dan membiarkanmu menderita hari itu. Sekarang, Tuhan telah mengambil seseorang yang paling berharga bagiku dan aku bahkan tidak bisa melindungi anakku. Bagaimana denganmu? Bagaimana kamu akan mendapatkan hukuman atas perbuatanmu?" Anya mencibir. "Aku memang merasa bersalah dan meminta maaf atas kejadian hari itu. Tetapi aku tidak merasa kasihan sama sekali padamu."     

"Suatu hari nanti, saat aku keluar dari rumah sakit jiwa, aku akan membunuhmu. Anya, aku akan membunuhmu!" kata Natali dengan sangat kejam.     

Hidupnya selama ini sangat mulus.     

Ia bahkan bisa bertunangan dengan Raka, pria impiannya. Tetapi di hari pertunangannya pun, ia tetap tidak mau melepaskan Anya.     

Semua tragedi yang ia alami selama ini dimulai sejak tubuhnya dinodai oleh dua pria menjijikkan itu.     

Keluarga Mahendra tidak menyukainya lagi. Raka mengabaikannya.     

Semua ini salah Anya!     

Sekarang, Anya meminta maaf padanya. Tetapi apa gunanya?     

Natali tidak membutuhkan permintaan maaf Anya. Yang ia inginkan hanyalah Raka.     

Namun, Anya telah menghancurkan hidupnya.     

Ia ingin membunuh Anya. Ia benar-benar ingin membunuh Anya!     

"Kamu masih saja keras kepala dan tidak mau mengakui kesalahanmu. Semua ini adalah perbuatanmu sendiri. Bukan urusanku," Anya mengabaikannya dan keluar dari kamar Natali.     

Awalnya, ia pikir Natali bisa menenangkan dirinya dan mulai memikirkan semua kesalahannya selama ini.     

Tetapi ternyata, itu hanyalah khayalan Anya belaka. Mana mungkin Natali sadar akan semua kesalahannya?     

Namun, Anya benar-benar menyesal, membiarkan Aiden menghukum Natali dengan cara sekejam itu.     

Ia merasa semua kejadian yang menimpanya saat ini adalah hukuman dari Tuhan karena perbuatannya itu.     

Berdiri di koridor rumah sakit, Anya bergumam dalam hati.     

'Tuhan, aku tahu aku bersalah. Aku tidak punya hak untuk menghukum Natali seperti itu. Seumur hidupku, aku selalu berusaha untuk berbuat baik dan menghindari hal-hal yang buruk. Aku sudah berjuang dan bertahan selama ini.     

Bisakah aku mendapatkan satu kesempatan lagi untuk hidup bahagia bersama dengan Aiden. Aku tidak ingin berpisah darinya. Aku benar-benar mencintainya. Aku memohon ampun. Tolong ampuni aku …'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.