Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Teman Selamanya



Teman Selamanya

"Beraninya kalian!" teriak Mona dengan kesal setelah pengawal Aiden menendangnya hingga terjatuh ke tanah. Namun, Mona malah memandang ke arah Raka dan menyalahkannya, "Kamu adalah calon menantuku, tetapi kamu malah bersengkokol dan ikut melukaiku!"     

Anya ikut merasa marah dengan tingkah Mona. "Jelas-jelas pengawalku yang menendangmu. Mengapa kamu menyalahkan Raka?"     

"Karena kalian tidak mau menyerahkan uangnya kepadaku," jawab Mona. Setelah itu, ia berteriak dengan keras. "Menantuku memukuliku! Raka Mahendra memukuliku!"     

Raka merasa kepalanya sakit. Ia langsung melepaskan jam tangan yang dikenakannya. "Harga jam tangan ini lebih dari 200 juta. Bawa saja dan pergilah dari sini atau aku benar-benar akan mengusirmu."     

Mona tidak percaya Raka benar-benar akan mengusirnya.     

"Kamu merasa Raka tidak akan pernah melakukan apa pun padamu. Tetapi apakah kamu lupa masih ada aku?" Anya menatap pengawal di sampingnya. "Tutup mulutnya dan keluarkan dia dari sini."     

Mona melihat pengawal Anya mendekatinya dan langsung berkata. "Aku bisa pergi sendiri."     

Ia mengambil kartu ATM Raka yang ada di tangan Anya dan mengambil jam tangan Raka. Tidak lupa, ia menanyakan password ATM tersebut dan kemudian pergi dengan enggan.     

Akhirnya, kamar Deny menjadi tenang. Deny memandang ke arah Raka dengan malu. "Raka, aku akan meminta asistenku untuk mengganti semua uangmu dan jam tangan itu."     

"Tidak usah. Hari ini aku memang berencana pergi ke rumah sakit saja sehingga aku mengenakan jam tangan biasa. Paman tidak usah mengkhawatirkannya dan beristirahat saja," kata Raka.     

"Ayah, suruh asisten ayah untuk mengirim 500 juta pada Raka. Raka tidak bertanggung jawab pada kita. Keluarga kita yang terus menerus menyulitkannya. Tetapi ia berbaik hati mau membantu ayah dan aku," Anya tahu ayahnya masih punya banyak uang. Ia tidak mau Deny mengambil kesempatan untuk memanfaatkan kebaikan Raka.     

"Tidak usah. Kita adalah keluarga. Tidak perlu hitung-hitungan seperti itu," jawab Raka dengan tidak enak hati.     

"Raka, tolong jangan menolak. Anya benar. Kami yang membuat kamu terlibat dalam masalah keluarga kami yang rumit. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu mengeluarkan uang sebanyak itu untukku. Kamu sudah banyak membantuku dan Anya. jadi aku harus mengembalikan uang itu," Deny bersikeras.     

Melihat bahwa ia tidak bisa menolak lagi, Raka hanya bisa pasrah.     

Deny langsung memandang ke arah Anya dan dibalas dengan anggukan dari Anya. "Aku akan meminta asisten ayah untuk mengirimkan uangnya nanti."     

Raka tersenyum. "Jangan khawatir. aku harus segera kembali ke kantor untuk rapat. Apa ada yang ingin kalian makan? Aku akan menyuruh seseorang mengantarkannya."     

Tanpa sadar, Raka mengangkat tangannya untuk melihat jam. Kemudian, ia ingat bahwa jam tangannya sudah tidak ada, sehingga ia menurunkan kembali tangannya dengan canggung.     

Anya melihat jam dan berkata, "Ini sudah jam dua. Biar aku saja yang membelikan makanan untuk ayah. Kalau kamu sibuk, kembalilah ke kantor. Terima kasih untuk hari ini."     

Raka menatap pengawal di samping Anya. Sebelumnya, saat Mona ingin mendekati Anya, pengawal itu langsung bereaksi dengan cepat.     

Meski ia meninggalkan Anya di sana sendirian, ia yakin Anya akan baik-baiks aja.     

"Aku pergi dulu. Setelah rapat aku akan kembali lagi. Kalau kalian butuh apa pun, telepon aku," kata Raka.     

"Aku akan mengantarmu," Anya menepuk lengan Raka, mengisyaratkan bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, mencegah Raka menolaknya.     

Berbeda dari Aiden, Raka adalah pria yang sederhana dan berpikiran terbuka. Ia juga baik hati dan tulus.     

Contohnya saja tanah milik Keluarga Tedjasukmana yang diberikan kepada Raka sebagai hadiah pertunangannya dengan Natali. Sebenarnya, Raka punya kemampuan untuk mengembangkan tanah itu sendirian. Namun, Nico yang membutuhkan pengalaman memaksa Raka atas dasar pertemanan mereka agar mereka bisa bekerja sama.     

Raka sampai harus membujuk para pemegang saham di perusahaannya agar mereka setuju untuk bekerja sama dengan Atmajaya Group. Semua hanya untuk memberi kesempatan belajar bagi Nico.     

Karena kebaikan dan kesabarannya juga, Raka bisa menghadapi sifat Nico yang kekanakan.     

"Apa ada yang ingin kamu katakan, sampai kamu mengantarku seperti ini?" tanya Raka sambil tersenyum.     

"Ayahku memiliki tabungan rahasia. Jangan biarkan ayahku dan Deny menjadi lintah dan menghabiskan uangmu. Kamu terlalu baik hati. Jangan pernah mau menanggung sesuatu yang bukan tanggung jawabmu sendiri," kata Anya.     

"Anya, kalau kamu dan Aiden benar-benar berpisah, bisakah kamu memberiku satu kesempatan lagi?" tanya Raka.     

"Kita adalah teman baik. Ketika dua orang menjadi kekasih dan berpisah, hubungan mereka tidak akan bisa kembali sama. Berbeda dengan sahabat. Persahabatan akan bertahan selamanya. Raka, aku tidak ingin kehilangan temanku," kata Anya dengan tegas.     

"Apakah kamu menolakku? Kalau aku bilang, aku tidak keberatan dengan masa lalumu, apakah kamu tetap tidak mau memberiku kesempatan?"     

"Aku keberatan dan orang tuamu juga keberatan. Semua orang di kota ini juga keberatan. Meski tidak ada orang yang tahu bahwa aku dan Aiden menikah, mereka tahu aku adalah kekasihnya. Setelah bercerai, aku berencana pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studiku. Apakah kamu ingat Akademi Parfum di Perancis yang pernah aku ceritakan kepadamu? Akhirnya aku diterima," kata Anya sambil tersenyum.     

Raka merasa perasaannya bercampur aduk. Seharusnya ia merasa senang dengan pencapaian Anya yang luar biasa. Tetapi ia tidak bisa menahan kegalauannya saat mengingat Anya akan pergi.     

"Selamat, mimpimu telah menjadi kenyataan," akhirnya, Raka menunjukkan senyum tulusnya.     

"Terima kasih." Anya merasa bahwa tidak seharusnya Raka kembali kepadanya.     

Mereka pernah mencoba untuk berhubungan lebih dekat, tetapi tiga tahun lalu, kesempatan itu sudah berakhir.     

Hari ini, Irena datang secara khusus ke rumah sakit, bukan untuk mengunjungi Deny tetapi untuk menemui Anya.     

Ia ingin berbicara dengan Anya dan memintanya untuk menjauh dari Raka. Meski Anya dan Aiden berpisah sekali pun, Keluarga Mahendra tidak akan pernah menerimanya.     

Anya juga sadar betul siapa sebenarnya Raka.     

Raka adalah putra pertama Keluarga Mahendra dan CEO dari perusahaan Mahendra. Sementara itu, Anya adalah seorang janda tanpa latar belakang.     

"Aku pergi dulu. Kamu bisa menghubungiku kalau kamu perlu sesuatu. Seperti katamu, teman selamanya," Raka tersenyum.     

Anya mengangguk.     

Setelah mengantar Raka, Anya kembali ke kamar Deny. Sekarang, obat anti sakit yang diberikan oleh dokter sudah mulai berkurang sehingga Deny merasa kesakitan.     

Pengawal Aiden keluar dari ruangan dan langsung menghubungi Aiden.     

"Tuan, Tuan Raka sudah pergi. Samar-samar, saya mendengar Tuan Raka meminta kesempatan lagi pada Nyonya. Saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa jawaban Nyonya, tetapi saya mendengar kata pertemanan," kata pengawal tersebut.     

Ketika mendengar hal ini, urat-urat di tangan Aiden langsung menonjol. Raka masih belum bisa melupakan Anya.     

"Apa yang Anya lakukan sekarang?" tanya Aiden.     

"Nyonya sedang menemani ayahnya. Ia akan makan siang di rumah sakit siang ini, tidak berniat untuk pulang," jawab pengawal tersebut.     

"Suruh Bu Hana menyiapkan makanan dan mengirimkan ke rumah sakit," kata Aiden.     

Pengawal itu langsung menuruti perintah Aiden. Tetapi sebelum menutup telepon, ada satu hal lagi yang perlu ia laporkan pada Aiden     

"Tuan, saya melihat Tuan Galih di rumah sakit."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.