Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berhasil



Berhasil

0Mata Aiden langsung terlihat serius saat mendengar laporan dari pengawalnya. Kemudian, ia berkata dengan suara tegas. "Jaga baik-baik dia, terutama dari Mona. Jangan biarkan siapa pun mendekatinya."     

"Baik, Tuan," jawab pengawal tersebut.     

Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pintu ruang operasi itu akan segera terbuka. Irena sudah menghabiskan semua kesabarannya. Ia bangkit berdiri dan pergi, "Raka, telepon ibu begitu operasinya selesai."     

"Baiklah," Raka langsung bangkit berdiri dan mengantar ibunya ke arah lift.     

Tetapi Irena langsung menghentikannya. "Tidak usah. Anya, apakah kamu bisa mengantarku?"     

Wajah Anya langsung berubah. Ia tidak menyangka Irena akan memanggilnya seperti ini. Tetapi ia adalah putri Deny. Irena sengaja datang ke rumah sakit untuk mengunjungi ayahnya.     

Mana mungkin ia bisa menolak?     

"Aku akan mengantarmu," Anya tersenyum tipis.     

Irena berjalan di depan dan Anya mengikutinya dari belakang. Sementara itu, pengawal Aiden tidak jauh di belakang, selalu mengamati Anya untuk menjamin keselamatannya.     

Sambil menunggu lift tiba di lantai itu, Irena memain-mainkan cincin pernikahan di tangannya dan berkata, "Aku dengar kamu bertengkar dengan Aiden."     

Anya langsung memahami apa yang ingin dikatakan oleh Irena. "Mungkin aku dan Aiden akan bercerai. Tetapi tenang saja, aku tidak akan mengganggu Raka."     

"Kamu anak yang cerdas. Bukannya aku membencimu, tetapi kamu sudah pernah berhubungan dengan Aiden dan Keluarga Mahendra tidak akan bisa menerimamu. Aku mengenalmu sejak kecil dan melihatmu berkembang. Dengan kemampuanmu, tidak peduli di mana pun kamu berada, kamu bisa hidup dengan bahagia. Sementara itu, Raka adalah satu-satunya anak laki-laki di Keluarga Mahendra. Aku tidak ingin kamu menghancurkan masa depannya," kata Irena dengan sangat serius.     

"Raka dan aku sudah berteman sejak kecil. Kami berdua merasa kami lebih cocok sebagai teman saja," kata Anya.     

Irena mengangguk dengan puas. "Kembalilah. Kalau kamu butuh apa pun, kamu bisa mencariku. Raka sedang sibuk dan mungkin tidak bisa membantumu."     

Anya memaksakan senyum di bibirnya dan berkata, "Apakah bibi khawatir?"     

"Aku tidak mempercayai Raka. Aku sangat mengenal putraku. Anak itu terlalu tenggelam dalam perasaannya sehingga aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkannya. Pokoknya, jangan mencarinya lagi lain kali. Kalau kamu benar-benar berpisah dari Aiden dan ingin pergi ke luar negeri untuk belajar atau bekerja, aku bisa membantumu. Jangan meminta bantuan dari Raka," kata Irena.     

"Meski aku berpisah dengan Aiden sekali pun, Aiden sudah mengatur semuanya untukku. Aku tidak perlu bantuanmu. Liftnya sudah sampai. Hati-hati di jalan," Anya tersenyum dengan tenang dan elegan, tetapi hatinya seperti ditusuk dengan seribu jarum.     

Irena berjalan memasuki lift sambil tersenyum. "Kembalilah. Kamu tidak perlu menungguku."     

Anya tetap berdiri di depan lift dengan senyum di wajahnya. Begitu pintu lift itu tertutup, senyum di wajahnya menghilang.     

Ia kembali ke depan pintu ruang operasi dan melihat lampu ruang operasi akhirnya telah mati. Tidak lama kemudian, Deny keluar dari ruang tersebut dengan menggunakan tempat tidur dorong.     

"Operasinya berhasil. Sekarang, Tuan Deny bisa kembali ke kamar rawat inap," kata dokter itu dengan senang.     

"Di mana putriku?" Mona langsung mencari putrinya.     

"Nona Natali sudah kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Ia tidak ingin menemui siapa pun," kata seorang suster.     

"Sejak kapan Natali kembali ke kamarnya?" tanay Mona dengan terkejut. "Aku sudah lama menunggu di sini. Bagaimana bisa aku tidak melihatnya keluar?"     

"Tepat saat Anda bermesraan dengan kekasih Anda," sikap suster itu tidak terlalu sopan. Ia merasa kesal dengan tingkah laku Mona.     

Mona datang ke rumah sakit bersama dengan kekasih barunya dan menunjukkan kemesraan di hadapan semua orang. Apakah ia mendoakan hal buruk pada Deny?     

"Aku yang menyuruh mereka untuk mengantar Natali kembali ke kamarnya," kata Raka.     

��Natali adalah putriku. Ia baru saja menjalani operasi. Mengapa kamu tidak membiarkan aku menemuinya?" tanya Mona dengan kesal.     

"Bukan aku. Natali yang tidak ingin bertemu denganmu," jawab Raka dengan dingin.     

"Aku adalah ibunya. Mana mungkin ia tidak mau bertemu denganku, ibunya sendiri, dan mau menemuimu, pria yang menghancurkan hatinya?" Mona langsung menggandeng tangan kekasihnya dan menatap ke arah Anya. "Aku akan menyelesaikan masalah ini denganmu nanti."     

Setelah itu, ia mengikuti dokter yang mengantar Deny ke kamarnya.     

Namun, di depan pintu, seorang pria berbaju hitam langsung menghentikannya. "Tanpa seijin Tuan Deny, Anda tidak diperbolehkan untuk masuk."     

Ia melihat Anya dan Raka masuk, bersama dengan para suster dan dokter. Namun, pria berbaju hitam itu menghentikannya sehingga ia hanya bisa menunggu di luar.     

Beberapa jam telah berlalu, tetapi pria besar berbaju hitam itu sama sekali tidak bergerak dari depan pintu.     

Mona dan kekasihnya hanya bisa merasa frustasi di depan pintu kamar, tetapi tidak ingin pergi dan kehilangan uang mereka.     

Beberapa saat kemudian, seorang dokter masuk untuk memeriksa keadaan Deny. Tidak lama kemudian, dokter itu keluar. Saat pintu sedikit terbuka, Mona bisa mendengar suara Deny yang sudah tersadar.     

Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.     

Sama seperti kekasihnya, pria muda itu tahu kalau ia berhasil masuk ke dalam ruangan, mereka akan bisa mendapatkan uang tersebut.     

Ia langsung memegangi pria berbaju hitam itu dan Mona memanfaatkan kesempatan itu untuk menerobos ke dalam ruangan.     

Melihat pintu kamar Deny dibuka secara paksa, Anya langsung berkata, "Ayahku baru saja selesai operasi dan butuh istirahat. Kalau kamu ingin menanyakan uangnya, ayahku sudah bilang uang itu akan diberikan kepada Natali. Uang itu akan digunakan untuk pemulihan Natali, bukan untukmu."     

"Mona, apakah kamu tidak punya malu? Kamu ingin mengambil uangku untuk membiayai kekasihmu yang masih muda. Keluarlah dari tempat ini!" Deny berteriak ke arah Mona dan mengusirnya.     

"Aku tidak akan pergi tanpa mendapatkan uang itu," Mona berlari ke arah tempat tidur dan mencengkram kerah baju Deny. "Ketika kita bercerai, kamu berbohong padaku, mengatakan bahwa kamu tidak punya uang dan perusahaanmu masih punya banyak hutang. Kamu menipuku untuk mengusirku dari rumah. Katakan sejujurnya, berapa banyak uang yang kamu sembunyikan?"     

"Aku tidak punya uang. Raka yang membayar biaya operasiku," Deny menepis tangan Mona, merasa sangat marah. Tekanan darahnya meningkat dan detak jantungnya juga semakin cepat.     

Suster yang berada di dalam ruangan langsung berusaha untuk menenangkan Deny dan memintanya untuk menjaga emosinya.     

Sementara itu, di luar ruangan, pengawal Deny sudah berhasil menjatuhkan kekasih Mona dan langsung memasuki ruangan untuk menyeret Mona keluar.     

"Lepaskan aku. Kalau kamu tidak memberikan uang itu, aku tidak akan pergi," Mona terus menerus berteriak dan berteriak. Ia hampir saja menjatuhkan dirinya di tanah dan merajuk.     

��Raka, bisakah kamu memberikan 300 juta untuknya. Aku tidak ingin melihatnya lagi," Deny mengerang dengan kesal, merasa sangat malu dengan kejadian ini.     

"Aku ingin 1 milyar, sesuai dengan persetujuanku dengan Anya sebelumnya. Raka juga ada pada saat itu. Ia bisa menjadi saksi," mata Mona memandang ke arah Raka.     

Raka langsung mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dompetnya. "Di dalam kartu ini ada sekitar 300 juta. Terserah kamu mau mengambilnya atau tidak. Aku tidak punya tanggung jawab untuk memberikan uang ini kepadamu."     

Mona langsung merampas kartu itu dari tangan Raka. "Mengapa tidak? Kamu masih berhutang 700 juta padaku."     

"Katakan dengan jelas, siapa yang berhutang padamu dan apa alasannya?" Anya mengambil kesempatan saat Mona sedang lengah untuk mengambil kartu di tangannya.     

Mona terkejut dan langsung ingin menyerbu Anya, tetapi pengawal Aiden yang ada di samping Anya langsung menendangnya.     

Aiden sudah memerintahkan secara khusus agar tidak ada satu orang pun yang mendekati Anya, terutama Mona. Pengawal itu sangat waspada setiap waktu dan memperhatikan sekelilingnya, terutama Mona.     

"Ah!" Mona terjatuh ke lantai dengan keras dan kesulitan untuk bangkit. "Beraninya kalian!" teriak Mona dengan kesal dan kemudian ia memandang ke arah Raka, "Kamu adalah calon menantuku, tetapi kamu malah bersengkokol dan ikut melukaiku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.