Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjadi Seseorang yang Ia Inginkan



Menjadi Seseorang yang Ia Inginkan

0"Mengikuti orang yang berkencan memang keahlian Nico. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, tetapi aku sudah mantap ingin bercerai dengan Aiden," kata Anya.     

"Mengapa harus bercerai? Apakah karena kamu diterima di akademi itu? Kamu tidak mendapatkan pengumumannya hari ini kan? Mengapa kamu tiba-tiba membuat keputusan dengan gegabah? Bukankah kamu mencintai Aiden? Apakah kamu tidak ingin mencari tahu mengapa Aiden melakukan semua ini?" semua pertanyaan itu keluar dari mulut Tara secara beruntun, tidak memberikan Anya kesempatan untuk menjawab satu per satu.     

"Saat aku melihat berita di internet, aku jadi paham. Aiden bilang Keara adalah cinta pertamanya dan ia tidak bisa melupakannya. Ia bilang aku hanya pengganti dan tidak pernah mencintaiku. Aku tahu semua itu bohong," kata Anya dengan suara pelan. "Aku tahu semuanya. Aku tahu ia bohong padaku. Aku tahu ia menyembunyikan sesuatu dariku."     

"Kalau kamu tahu Aiden menyembunyikan sesuatu darimu, tanyakan padanya. Mungkin masalah ini juga menyulitkannya? Mengapa kamu malah bersedia untuk bercerai? Atau kamu memang benar-benar ingin berpisah dan memilih akademi itu dibandingkan Aiden?" Tara tidak memahami mengapa dua orang yang saling mencintai harus saling menyakiti.     

"Ketika aku menerima pengumuman ini, aku sudah memutuskan. Aku memutuskan untuk melepaskannya karena Aiden jauh lebih penting untukku. Aiden berjanji padaku tidak akan menyembunyikan apa pun dariku. Kalau ia tidak ingin menceritakannya kepadaku, mungkin ini memang masalah pribadinya," Anya menatap ke arah jendela. Hujan kembali turun.     

Anya khawatir buah apel di kebunnya akan rusak terkena hujan deras yang terus turun sehingga ia menyuruh para pelayan untuk memetiknya dan mengirimkan beberapa untuk Raka sebagai ucapan terima kasih untuk membantunya.     

Ciuman itu tidak pernah terjadi …     

Meski Raka masih mencintainya sekali pun, hanya ada Aiden di hati Anya.     

Namun sekarang, hatinya terasa dingin. Hujan di luar sana tidak hanya mengguyur tanah dan membasahinya, tetapi juga membasahi hati Anya.     

"Kalau begitu, cari tahu apa yang sedang dihadapi Aiden. Aku khawatir kamu juga akan terpengaruh dengan masalah yang terjadi pada Aiden dan Keluarga Atmajaya," kata Tara.     

"Tidak ada yang terjadi pada Aiden dan keluarganya. Ia mempercayai foto palsu dan menuduhku berselingkuh dengan Raka. Padahal aku tahu sebenarnya ia yang sudah tidak ingin tinggal bersamaku lagi," kata Anya. "Hanya karena aku bersikeras tidak ingin menceraikannya, akhirnya Aiden terpaksa berpura-pura menjadi pria brengsek dan memanfaatkan Keara. Aku bisa membayangkan ia akan mencuci tangannya dengan jijik setelah menyentuh Keara. Ketika ia mendekati Keara, ia pasti merasa sangat tidak nyaman."     

Anya tersenyum tipis saat mengatakannya seperti sudah pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk membujuk Aiden.     

Meski ia sudah berusaha untuk bertahan sekuat tenaga, Aiden tidak memberikannya jalan lain.     

"Aiden sengaja ingin menyakitiku, tetapi aku lah yang terus menyulitkannya. Aku memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, aku memaksanya untuk menyakitiku lebih lagi dan semua ini membuatnya semakin menderita," lanjut Anya. "Tara, aku benar-benar mencintai Aiden. Aku tidak bisa berpisah darinya. Tetapi kalau memang ini yang ia inginkan, aku harap kita masih punya jalan untuk hidup masing-masing."     

Setelah mengatakannya, Anya menutup teleponnya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi air mata terus mengalir.     

Pintu kamarnya tertutup dan ia menangis tanpa suara di dalam.     

Tetapi ia tidak tahu kalau Aiden sedang berdiri di depan pintu dan mendengarkan semua kata-katanya dengan jelas.     

Aiden tahu bahwa istri kecilnya ini sangat kuat dan cerdas. Aiden tahu Anya bisa hidup tanpa dirinya.     

Ia hanya bisa berharap Anya berhasil mencapai cita-citanya menjadi seorang parfumeur handal seperti ibunya.     

Ia tidak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya pada Anya. Lebih baik, ia menanggung semuanya sendirian.     

'Anya, bencilah padaku dan jangan pernah memaafkan aku. Dengan ini, kamu bisa melupakan masa lalu dan memulai hidup yang baru,' pikir Aiden dalam hati.     

Aiden bersandar di dinding koridor sambil mendengarkan tangisan Anya. Hatinya tiba-tiba mati rasa dan ia seperti tidak bisa bernapas.     

Hana menghampiri Aiden dan mendengar suara isak dari dalam ruangan. "Tuan, Anya …"     

Aiden mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar Hana berhenti berbicara. Ia tidak ingin Anya tahu kalau ia sudah kembali. Ia hanya bisa melihat Anya dari jauh, melindungi hati Anya agar ia tidak terluka lebih dari ini.     

…     

Pada jam makan siang, Tara mengunjungi Anya. Mendekati akhir tahun, kliniknya sangat ramai dan semua orang berbondong-bondong untuk membuat janji pemeriksaan.     

Ia hanya bisa datang mengunjungi Anya pada saat jam makan siang.     

Seharian Anya terus menangis hingga matanya bengkak seperti kacang. Ketika Tara datang, Anya sedang berbaring di sofa ruang keluarga. Ia memegang dua kompres dingin untuk mengurangi bengkak di matanya.     

"Aku lapar. Apakah kamu sudah makan?" Tara meletakkan tasnya dan duduk di samping Anya. tanpa banyak bicara, ia langsung mengambil tangan Anya dan memeriksa denyut nadinya.     

"Belum. Apakah kamu datang untuk makan bersama denganku?" Anya bersandar di sofa dan tidak bergerak, membiarkan Tara memeriksanya.     

"Aku ingin menumpang makan. Hari ini aku sangat lelah. Aku ingin makan banyak untuk mengobati luka di hatiku," kata Tara setengah bercanda.     

"Bu Hana sudah memasak banyak makanan enak. Kamu akan makan dengan puas hari ini," Anya tersenyum tipis, tetapi suaranya terdengar serak.     

Tara tidak banyak bertanya. Ia tahu apa yang membuat mata Anya bengkak dan suaranya serak. Tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu Anya …     

"Kandunganmu sehat, tetapi tubuhmu sangat lemah dan kamu kurang makan," kata Tara sambil menurunkan tangan Anya.     

"Ibuku sudah melihat berita di internet. Ia bilang kalau seorang pria ingin berpisah dari kita, tidak peduli apa pun alasannya, kita tidak boleh memohon dan terus merendahkan diri di hadapannya. Setidaknya, kita masih harus menjaga harga diri dan martabat kita agar kita tidak terlihat murahan," senyum di wajah Anya masih tetap sama, tetapi ekspresinya terlihat sedih. "Aku sudah menyulitkan Aiden."     

"Kamu masih tinggal di sini dan Bu Hana masih merawatmu dengan sangat baik. Itu artinya, Aiden masih mencintaimu. Aku yakin ia tidak punya pilihan lain selain menceraikanmu. Aku rasa ia melakukan semua ini demi kebaikanmu," sebagai orang luar, Tara menyaksikan semua ini dengan pikiran yang netral.     

Selama ini, Tara melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Aiden memperlakukan Anya. Kalau itu bukan cinta, lalu seperti apakah cinta itu sebenarnya?     

"Tara, apakah di dalam pernikahan ini, hanya Aiden yang boleh memutuskan semuanya? Apakah ia yang boleh membuat keputusan, sementara aku hanya boleh diam saja dan menantinya?" Anya melepaskan dua kompres yang masih menempel di matanya, lalu menatap ke arah Tara.     

"Itu …" Tara terdiam sejenak mendengarnya.     

"Apakah kamu tidak merasa semua ini salah? Aiden berpikir bahwa perceraian ini adalah hal yang terbaik untukku, tetapi pernahkah ia berpikir apakah aku merasakan hal yang sama? Apakah aku tidak bisa ikut memilih? Apakah perasaanku tidak ada artinya? Menurutku, perceraian adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Aku mencintai Aiden dan tidak ingin berpisah dengannya. Aku ingin hidup bersamanya dengan bahagia, bersama dengan anak kita. Aku tidak peduli apakah aku bisa tinggal di rumah besar seperti ini. Aku tidak peduli apakah aku memiliki mobil mewah untuk bepergian. Aku bahkan tidak peduli meski aku tidak memiliki apa-apa sekali pun," jawab Anya dengan tenang.     

Tara merasa ada yang berbeda dari Anya hari ini, tetapi ia tidak tahu apa yang membuatnya begitu berbeda.     

"Ketika Aiden ingin menikah denganku, ia bilang akan menghormatiku dan membiarkan aku tetap menjadi diriku sendiri. Tetapi sekarang, ia ingin aku mengikuti jalur yang telah dibangunnya. Ia mengubahku untuk menjadi seseorang yang ia inginkan. Dan ia menggunakan alasan bahwa ia melakukan semua ini untukku," air mata Anya kembali mengalir lagi. "Bagaimana aku bisa hidup tanpanya? Tanpa Aiden aku tidak akan bisa bahagia …"     

Tara langsung mengambil tisu dan mengusap air mata Anya. "Jangan menangis. Matamu sudah sangat bengkak. Nanti kamu tidak bisa membuka matamu kalau bengkaknya lebih besar dari ini. Kamu juga sedang hamil. Bagaimana kalau anakmu jadi cengeng nanti …" Tara berusaha untuk menghibur Anya dan mengeluarkan semua kata-kata yang ada di benaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.