Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Perancis



Perancis

0Aiden mengambil tisu di meja dan mengulurkan tangannya. Ia menghapus air mata di sudut mata Keara dengan lembut.     

"Berpura-pura lemah dan menangis di hadapanku tidak ada gunanya," tangan besar Aiden membelai wajah Keara dengan sangat lembut, tetapi kata-kata yang terucap dari mulutnya benar-benar berkebalikan.     

Keara memegang tangan Aiden dan menahan tangan itu agar tetap menyentuh wajahnya. "Aiden, bisakah kita memulai kembali? Aku tidak keberatan meski kamu sudah menikah sekali pun."     

"Aku yang keberatan." Aiden menarik tangannya kembali dengan dingin. "Apakah kepura-puraan ini masih tetap berlanjut?"     

"Apa?" Keara terlihat terkejut mendengar pertanyaan itu.     

"Aku tidak nafsu makan kalau harus makan di depanmu. Silahkan makan saja," suara Aiden terlihat dingin, tanpa ada kehangatan sama sekali. Ia bangkit berdiri dan mengambil jasnya yang ia sampirkan di belakang kursi.     

"Aiden, banyak orang yang melihat. Apakah kamu benar-benar akan meninggalkan aku sendiri?�� Keara merasa sangat malu. Aiden benar-benar tidak peduli padanya.     

Aiden menghampirinya dan memeluk pinggang Keara dengan lembut. Kemudian, ia sedikit menunduk untuk berbisik di telinganya. Ia berkata dengan suara yang dingin. "Lain kali, jangan berlagak pintar. Aku hanya ingin memanfaatkanmu, tetapi kamu malah datang dengan sukarela. Sayangnya, kamu tidak akan pernah bisa memanfaatkanku."     

Keara tahu ia tidak bisa menahan Aiden lagi. Ia memegang tangan Aiden erat-erat dan sengaja menunjukkan penampilan malu-malu agar semua orang yang mengintai mereka bisa mendapatkan foto yang bagus.     

"Aku tidak keberatan meski kamu menggunakan aku. Aku malah senang kalau aku bermanfaat untukmu. Bisakah kamu berhenti bersikap dingin padaku," kata Keara.     

Tangan Aiden memegang dagu Keara, "Kalau seperti ini, apakah kita bisa terlihat seperti berciuman."     

Seharusnya, Keara merasa sangat senang saat disentuh oleh Aiden. Tetapi tangan Aiden memegang dagunya dengan sangat keras seolah berusaha untuk meremukkannya.     

Setelah beberapa detik, Aiden melepaskannya dan meninggalkan Keara sendiri.     

Keara terduduk di kursinya dan melihat dua makanan yang datang. Tetapi entah mengapa hatinya terasa sangat kosong.     

Raka dan Nico menyaksikan semua kejadian ini dengan hati yang kacau.     

"Apakah kamu mengerti?" Nico menepuk pundak Raka.     

"Aku bisa melihat Aiden sama sekali tidak peduli pada Keara. Ia tidak ingin kembali bersama dengannya, tetapi hanya memanfaatkan Keara saja untuk berpura-pura," kata Raka. "Mengapa Aiden melakukan semua ini?"     

"Mengapa pamanku memaksa bibiku untuk menyerah?" Nico juga kebingungan.     

"Apakah ada yang salah dengan kesehatannya? Apakah ini seperti cerita-cerita di dalam novel? Sang pria memiliki penyakit yang mematikan. Untuk tidak membuat pasangannya sedih, ia berpura-pura kejam padanya. Apakah pamanmu sakit?" tanya Raka.     

"Tidak mungkin. Pamanku jauh lebih kuat dibandingkan kuda. Ia juga memiliki gaya hidup yang sehat dan menjalankan pemeriksaan kesehatan dengan rutin. Aku yakin pamanku tidak sakit," Nico langsung membantah dugaan Raka.     

"Aku tidak bisa menemukan alasan lain mengapa ia melakukan ini kalau bukan karena kesehatannya. Aiden tidak ingin kembali bersama dengan Keara, tetapi ia sengaja membuat berbagai kesalahpahaman. Ia menyentuh wajah Keara, memeluknya dan terlihat seperti ingin menciumnya …"     

"Aku juga tidak paham," kepala Nico terasa seperti ingin pecah.     

"Ia melakukan semua ini untuk membuat Anya salah paham. Agar Anya menceraikannya, ia bahkan sengaja membuat dirinya terlihat brengsek," Raka tidak memahami mengapa Aiden melakukan semua ini?     

Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Aiden?     

Satu-satunya yang terpikirkan di benak Raka, sesuatu yang Aiden sembunyikan pasti akan membuat Anya terluka.     

Jadi, Aiden memutuskan untuk membuat Anya sedih dibandingkan memberitahukan yang sebenarnya padanya.     

…     

Keesokan paginya, berita mengenai Aiden dan Keara tersebar di seluruh penjuru kota, baik dari internet mau pun dari koran dan tabloid.     

Komentar-komentar di internet pun langsung bertebaran.     

"Astaga! Bagaimana ini bisa terjadi?"     

"Keara baru saja membatalkan pertunangannya dengan Ivan, tetapi sekarang ia langsung berkencan dengan Aiden."     

"Dua putra Keluarga Atmajaya sama-sama memilih Keara."     

"Aiden, aku sering melihatmu mengenakan kacamata hitam lagi. Aku hampir mengira kamu buta lagi. kalau kamu tidak buta, berarti kamu bisa melihat dengan jelas, kan? Bagaimana bisa kamu lebih memilih Keara dibandingkan dengan Anya yang cantik, muda dan cerdas?"     

"Komentar di atas, biarkan aku menjawab pertanyaanmu. Itu karena Keluarga Tedjasukmana lebih miskin dibandingkan Keluarga Pratama."     

"Anya terlalu muda. Keara memiliki lebih banyak pengalaman."     

"Ini sungguh gila. Aiden, kalau memang Anya hanyalah pengganti untukmu, apakah kamu tidak bisa melihat bahwa Anya jauh lebih menarik?"     

"Aiden apakah kamu sudah berpisah dengan Anya? Jangan bilang kamu berselingkuh di belakangnya."     

"Aku mendukung Aiden kembali bersama dengan Keara. Mereka berpisah dengan pasangan mereka untuk menyatukan cinta mereka …"     

…     

Anya tidak sengaja membaca berita itu saat ia sedang sarapan.     

Melihat Aiden dan Keara berciuman di dalam foto tersebut, sendok yang ia pegang dengan tangannya langsung terjatuh ke lantai.     

Ia tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat. Foto Aiden berciuman tiba-tiba saja tersebar di internet.     

Ini adalah balas dendam yang Aiden lakukan padanya karena foto ciumannya dengan Raka. Itu sebabnya, Aiden juga membiarkan foto ini untuk tersebar di internet.     

Beberapa komentar di internet bahkan jauh lebih buruk lagi.     

Anya berusaha untuk tetap tegar dan menahan air matanya. "Aiden, mengapa kamu terus berusaha untuk memaksaku seperti ini …" gumamnya dengan suara pelan.     

"Anya, ada apa?" mendengar suara barang terjatuh, Hana langsung menghampirinya.     

Anya tidak menjawab pertanyaan Hana. Ia langsung menuju ke kamar ibunya sambil tetap berusaha menahan air matanya. Ia membongkar lemari nakas ibunya dan menemukan paket yang ia terima beberapa saat yang lalu.     

Ia mengeluarkan ponselnya dan memfoto sebuah dokumen. Dokumen itu adalah dokumen penerimaan pendaftarannya di Akademi Parfum Perancis. Setelah itu, ia mengirimkannya di grup chatnya.     

Anya : Aku berhasil lulus pendaftaran Akademi Parfum di Perancis. Aku masih muda dan aku ingin mengejar cita-citaku. Aiden, aku setuju untuk bercerai. Aku berharap kamu bisa mencapai keinginanmu."     

Tara : Anya, kamu sangat hebat!     

Nico : Tara, diamlah!     

Aiden : Selamat. Aku akan pulang nanti.     

Anya tersenyum dan menangis pada saat yang bersamaan. Akhirnya Aiden bersedia untuk bertemu dengannya setelah ia setuju untuk bercerai.     

"Apakah kamu masih mau makan, Anya? aku sudah mengambilkan sendok baru," Hana terlihat sedikit khawatir. Ketika ia menghampiri Anya dan berdiri di depan pintu kamar Diana, ia melihat Anya sedang memegang sebuah amplop coklat di tangannya.     

"Terima kasih, Bu Hana. Tetapi aku sudah kenyang." Anya membawa dokumen itu ke lantai atas.     

Tidak lama kemudian, Tara meneleponnya. "Anya, apakah kamu melihat berita di internet sehingga kamu memutuskan untuk bercerai? Ketika Aiden menemui Keara, Nico mengikutinya. Kata Nico, mereka tidak berciuman. Jangan terpengaruh dengan foto itu."     

Anya tertawa saat mendengarnya, tetapi tawanya terdengar hambar. "Mengikuti orang yang berkencan memang keahlian Nico. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, tetapi aku sudah mantap ingin bercerai dengan Aiden."     

Anya menutup matanya sesaat. Saat ia membukanya lagi, tatapannya terlihat kosong dan air mata jatuh tanpa suara. Meski demikian, pikirannya tetap jernih.     

Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.