Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hasil Tes DNA Ketiga



Hasil Tes DNA Ketiga

0"Suasana hatinya sedang bagus. Cepat masuklah!" kata Jenny dengan sengaja.     

Nico menatap ke arah Harris dengan curiga. Ia tidak mempercayai kata-kata Jenny begitu saja. "Apakah benar suasana hati paman sedang bagus?"     

"Saya baru saja kembali dari luar. Bagaimana kalau Anda melihatnya langsung?" kata Harris tanpa berekspresi.     

"Kamu masuk dulu," dengan bijak, Nico memutuskan untuk mundur dan menyuruh Harris masuk terlebih dahulu.     

Harris akhirnya memantapkan tekadnya dan melangkah masuk ke dalam ruang kantor Aiden. Aiden mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Harris. "Kamu sudah kembali."     

"Nyonya tidak mau menandatangani surat cerainya dan ingin berbicara dengan Anda secara langsung," kata Harris. "Hasil tes DNA yang dilakukan oleh Tuan Bima mungkin akan segera keluar."     

"Aku akan menelepon untuk mencari tahu," Aiden sudah tidak mampu berharap lagi.     

"Tuan, bagaimana kalau menjelaskan semuanya pada Nyonya?" kata Harris.     

Aiden hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Harris.     

Nico dan Jenny menantikan keluarnya Harris dari kantor Aiden. Mereka tidak mendengar teriakan atau makian sama sekali dan Harris keluar dari kantor Aiden dengan selamat.     

"Sepertinya memang benar suasana hati paman cukup baik hari ini," Nico merapikan kemejanya dan berjalan memasuki kantor Aiden dengan berani.     

Jenny menatap ke arah pintu kantor Aiden dengan khawatir. Tidak selang lama, ia bisa mendengar teriakan Nico datang dari dalam.     

"Asisten Harris, aku berubah pikiran. Aku ingin segera menjalankan proyek barunya!" keinginan Jenny untuk bertahan hidup membuatnya berubah pikiran dengan sangat cepat.     

Bibir Harris langsung menyunggingkan senyum tipis yang sama sekali tidak kentara, "Saya akan segera mengaturnya."     

"Paman, aku ingin melaporkan sesuatu kepadamu," Nico mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai karena dilempar Aiden dan mengembalikannya di atas meja pamannya.     

Aiden hanya memandang Nico dengan dingin. "Ada apa?"'     

"Penggusurannya telah dilakukan dan aku akan segera menjalankan proyek baru. Jangan rindu padaku," kata Nico sambil tersenyum lebar.     

"Keluarlah!" Aiden tidak mau bercanda dengan Nico.     

"Ya, ya, aku akan pergi. Apakah paman tidak ingin mengatakan apa pun kepadaku?" tanya Nico.     

"Kamu harus melaporkan proyek ini ke perusahaan setiap hari Senin dan Jumat," kata Aidne.     

Nico terdiam di tempatnya seperti sebuah patung batu. Apa yang baru saja ia dengar?     

"Kalau kamu menjalankan proyek baru, apakah kamu pikir kamu akan bebas dari kendaliku?" tanya Aiden.     

Nico ingin menangis mendengarnya. "Paman, kalau paman dan bibi sedang bertengkar, jangan melampiaskannya padaku. Paman bisa melampiaskannya pada Keara."     

"NICO!" raung Aiden.     

"Aku tidak bersalah! Paman ingin menceraikan bibi karena Keara. Paman benar-benar keterlaluan. Apakah paman tidak memikirkan …"     

"Ini salah Anya …" sela Aiden.     

"Apa?" Nico pikir ia salah dengar. Salah Anya? memangnya bibinya salah apa?     

Aiden mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan foto Anya dan Raka pada Nico. Nico membuka layar ponselnya dan melihat Anya dan Raka sedang berciuman.     

Nico langsung menutup mulutnya dengan terkejut, tetapi kemudian ia tersadar, "Paman, foto ini palsu."     

"Apakah kamu berani mengatakan bahwa Raka sudah tidak mencintai Anya? Raka dan Anya tidak bisa dipisahkan. Kalau memang mereka ingin kembali bersama, aku akan membantunya," kata Aiden.     

"Paman, pasti ada kesalahpahaman. Aku akan tanyakan pada Raka. Kalau paman ingin menceraikan bibi karena foto ini, paman juga tidak ada bedanya. Bukankah paman juga ingin berhubungan kembali dengan Keara?" kata Nico dengan kesal.     

"Hmm …" jawab Aiden dengan tidak jelas.     

"Paman, bukankah seharusnya paman mengelak? Jangan bilang paman benar-benar ingin kembali bersama dengan Keara?" Nico tidak bisa percaya.     

Ia tidak mengenal pria di hadapannya ini! Pria ini bukan pamannya!     

"Dengan siapa aku berhubungan atau dengan siapa aku berpisah adalah urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur," Aiden menandatangani dokumen proyek baru yang Nico bawa dan kemudian mengembalikannya. "Bekerjalah sebaik mungkin."     

"Aku akan mencari Raka," Nico menerima dokumen itu dan pergi dengan cepat.     

Aiden mengambil ponselnya dan langsung menelepon Maria.     

"Kak, apakah hasilnya sudah keluar?" tanya Aiden.     

"Hasilnya akan keluar sekitar pukul lima. Aku dan ayah tidak bisa pergi. Bagaimana kalau kamu yang mengambil hasilnya?" kata Maria.     

"Apakah kakak juga menyalahkanku?" setelah Aiden dan Bima bertengkar, Aiden menyuruh beberapa pengawalnya untuk mengawasi rumah Keluarga Atmajaya. Ia tidak membiarkan Bima dan Maria berbuat seenaknya.     

Mereka bahkan hanya bisa menerima telepon dan tidak bisa menelepon siapa pun.     

Maria tahu bahwa Bima menyuruh seseorang untuk mengaborsi bayi di kandungan Anya. Tindakan itu membuat Aiden sangat sakit hati. Aiden benar-benar murka sehingga mengurung mereak di rumah.     

"Aiden, jangan salahkan ayah. Ayah melakukan semua ini untukmu," kata Maria.     

Bima dan Aiden baru saja berbaikan setelah sekian lama memiliki hubungan yang buruk. Tetapi sekali lagi, hubungan mereka kembali hancur.     

"Anak itu adalah anakku dan Anya. Kalian tidak punya hak untuk mengakhiri nyawa anak itu. Apakah kalian pernah membicarakannya denganku sebelumnya?" teriak Aiden.     

"Aiden, kamu telah mengulur masalah ini terlalu lama. Ayah takut kamu tidak mampu menyerahkan Anya. kebetulan Anya pingsan saat itu. Itu adalah kesempatan yang tepat sehingga kami memutuskan untuk mengaborsi kandungannya," kata Maria.     

"Tidak peduli apa pun hasil tes DNA-nya, jangan pernah sentuh bayi di dalam kandungan Anya. Aku yang akan menyelesaikan masalah ini sendiri," Aiden ingin Anya menerima fakta bahwa anak di dalam kandungannya itu tidak boleh dilahirkan. Ia tidak mau menggugurkannya secara paksa.     

Ia ingin mengurangi rasa sakit yang diderita Anya. Tetapi entah mengapa, semua keputusannya malah membuat Anya semakin hancur.     

Dulu, ia berjanji untuk menjaganya dan melindunginya seumur hidup. Ia berjanji tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Anya.     

Tetapi kenyataannya, ia lah orang yang paling kejam     

Ia lah yang paling menyakiti Anya.     

Pada pukul lima sore, berita datang dari rumah sakit dan hasil tes DNA sudah keluar.     

Harris pergi sendiri untuk mengambil hasil itu. Setelah mendapatkannya, ia langsung kembali ke kantor dan memberikan dokumen yang masih tersegel itu pada Aiden.     

"Tuan, Tuan Raka ingin bertemu dengan Anda pukul enam nanti," kata Harris.     

Aiden tidak menjawab. Ia membuka amplop coklat yang dipegangnya dan membaca hasilnya. Setelah itu, Aiden langsung memasukkan dokumen tersebut dalam mesin penghancur kertas.     

Harris tidak bisa melihat ekspresi di wajah Aiden. Tetapi melihat Aiden langsung menghancurkan dokumen itu, Harris sudah tahu apa hasilnya.     

"Pukul setengah enam. Suruh dia untuk menemuiku di kantor," setelah diam untuk beberapa saat, akhirnya Aiden menjawab.     

"Baik, Tuan. Nona Keara ingin makan malam dengan Anda," Harris menatap Aiden dengan hati-hati.     

"Informasi yang ia dapatkan sangat cepat," wajah Aiden menjadi semakin murung.     

"Nona Keara tahu bahwa Anda ingin menggunakannya untuk bercerai dari Nyonya. Ia sama sekali tidak keberatan dimanfaatkan oleh Anda. Mungkin ia berharap akan membuat kepalsuan ini menjadi nyata," kata Harris.     

"Kalau ia ingin aku bertemu dengannya, aku akan menemuinya. Pergilah ke café di dekat tempat kerjanya dan pesankan aku meja di dekat jendela," kata Aiden.     

"Kalau Anda bertemu dengan Nona Keara di sana, kemungkinan besar akan ada wartawan yang mengambil gambar Anda. Apakah saya harus memberitahu media dan mencegah mereka agar tidak membuat berita?" tanya Harris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.