Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Syarat Perceraian



Syarat Perceraian

0Harris menoleh ke belakang dan melihat rumah Tuan dan Nyonya.     

Kemarin, setelah Aiden membawa Anya pulang dari rumah sakit, ia langsung meminta Tara untuk memeriksa kondisi Anya.     

Setelah meninggalkan rumah, Aiden tidak kembali ke kantor. Sebaliknya, ia langsung pergi ke rumah Keluarga Atmajaya dan bertengkar dengan Bima.     

Bima kehilangan kendali atas emosinya sampai melemparkan cangkir tehnya, hingga mengenai wajah Aiden.     

Cangkir the itu pecah berkeping-keping dan juga meninggalkan luka di dekat alis Aiden.     

Hari ini, Aiden mengenakan kacamata hitamnya saat rapat perusahaan karena ingin menutupi luka tersebut, membuat orang-orang berpikir bahwa ia buta lagi.     

Setelah menikah dengan Anya, hubungan Aiden dengan Keluarga Atmajaya sudah jauh membaik karena ia ingin Anya diterima oleh Keluarga Atmajaya.     

Sekarang, Anya tengah hamil dan Nico sudah bertunangan. Hubungan Aiden dan Bima yang dulunya dingin mulai kembali hangat.     

Tetapi kemarin, Bima begitu marah hingga melukai Aiden. Hubungan antara ayah dan anak sekali lagi hancur.     

"Jangan mempertanyakan keputusan Tuan Aiden," kata Harris dengan tenang.     

"Aku ingin tahu. Sebenarnya, apakah Tuan Aiden benar-benar ingin bercerai?" tanya Eddy.     

Harris terdiam saat mendengar pertanyaan itu. Apakah Aiden ingin bercerai?     

Tentu saja tidak. Aiden tidak mau bercerai dari Anya. Aiden tidak ingin kehilangan anaknya.     

Kemarin, Harris menemani Aiden pergi ke rumah Keluarga Atmajaya. Ia bisa mendengar dengan jelas pertengkaran antara Bima dan Aiden.     

Aiden meminta tidak ada satu orang pun yang boleh menyentuh bayi di kandungan Anya sebelum hasil tes DNA ketiga keluar.     

Ia akan menceraikan Anya dan mengatur semuanya. Ia sendiri yang akan menyelesaikannya.     

Tidak ada orang lain yang boleh menyentuh Anya.     

Namun, Keluarga Atmajaya sudah tidak bisa menunggu lagi. Saat Anya pingsan kemarin, Bima menyuruh dokter rumah sakit untuk mengambil tes darahnya. Maria juga langsung pergi ke rumah sakit untuk menjalankan tes DNA.     

Harris melihat jam tangannya. Seharusnya, hasil tes DNA itu sudah keluar.     

"Harris, apa yang kamu pikirkan? Mengapa kamu terlihat linglung?" tanya Eddy.     

Lamunan Harris langsung buyar. "Bukan apa-apa. Ayo kita kembali."     

"Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Tuan Bima yang menyuruhku untuk menemui Nyonya Anya hari ini. Tetapi bagaimana dengan Tuan Aiden? Apakah ia ingin bercerai?" tanya Eddy.     

"Aku juga tidak tahu. Pikiran Tuan Aiden sulit untuk ditebak," Harris mengalihkan pembicaraan.     

Sementara itu di rumah, Anya sedang berbaring di sofa, memegang kepalanya yang terasa pusing.     

Hana merasa panik dan bingung melihat kondisi Anya. "Anya, bagaimana kalau kamu menelepon ibumu. Mungkin ia bisa …"     

"Tidak usah. Ibuku masih sedang masa pemulihan. Jangan ganggu dia. Selama bertahun-tahun, ia menunda pengobatannya hanya untuk membesarkan aku. Sekarang adalah kesempatan yang berharga untuknya. Aku tidak mau membuatnya khawatir dengan masalahku," kata Anya.     

"Apakah kamu mau membaca perjanjian cerainya? Kalau Aiden ingin bercerai dan kembali bersama dengan Keara, aku akan keluar dari rumah ini dan ikut denganmu. Aku akan membantumu untuk mengurus anakmu. Aku tidak mau tetap berada di sini dan melayani wanita seperti Keara," kata Hana dengan marah.     

Anya merasa sangat tersentuh dengan ketulusan Hana. "Bu Hana, terima kasih."     

"Tidak usah berterima kasih padaku. Aku sama sekali tidak bisa membantumu," Hana menghela napas panjang.     

"Tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja," Anya mengambil dokumen yang terletak di atas meja.     

Saat membacanya, Anya tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Aiden memberikannya saham sebesar Atmajaya Group sebesar 5% dan uang ganti rugi sebesar 100 juta.     

Anya tidak paham seberapa besar 5% saham Atmajaya Group, tetapi ia tahu betul bahwa saham itu sangatlah berharga.     

Untuk mendapatkan saham, Nico bahkan rela menjadi ayah bagi anak Lisa. Untung saja Aiden segera bertindak sehingga akhirnya Nico dan Lisa bisa mendapatkan kebahagiaannya masing-masing.     

Nico bisa mendapatkan saham dari Atmajaya Group sementara Lisa menikah dengan pria yang dicintainya. Sebagai bonusnya, Nico bisa bertunangan dengan wanita yang dicintainya.     

Tetapi untuk mendapatkan saham itu, Anya melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa besar perjuangan Nico. Ia berjuang susah payah untuk mendapatkan saham itu dari tangan Bima.     

Sekarang, Aiden memberikan saham itu secara cuma-cuma kepadanya.     

Meski demikian, Aiden tidak memberikan banyak uang kepadanya. Kalau Anya ingin pergi ke luar negeri setelah perceraiannya dan melanjutkan studinya, Anya tidak tahu apakah uang 100 juta itu cukup.     

Setelah itu, Anya membalik halamannya dan merasakan hatinya runtuh berkeping-keping. Aiden memintanya untuk menggugurkan kandungannya.     

Tubuh Anya sedikit gemetaran karena campuran dari kemarahan dan kesedihan. Wajahnya yang terlihat tenang langsung bersimbah air mata, seolah hatinya ditusuk dengan pisau berulang kali.     

'Aiden, apakah ini maumu?     

Aku percaya kamu tidak akan mengirimkanku ke ruang operasi itu tanpa bertanya dan meminta ijin dariku.     

Tetapi kamu menyuruhku untuk membunuh anak di dalam kandunganku sebagai salah satu syarat untuk perceraian kita. Haruskah kamu memaksaku seperti ini?     

Apakah ini bentuk rasa hormatmu kepadaku?'     

Anya memeluk lututnya, menguburkan kepalanya di pangkuannya dan menangis dengan pahit.     

Tiba-tiba saja, ia merasa napasnya tersengal-sengal. Ia bersandar dengan lemah di sandaran sofa, berusaha untuk menahan tangisnya, tetapi air terus mengalir tanpa henti.     

Keluarga Atmajaya tidak ingin ia melahirkan anak ini. Dengan kemampuannya sendiri, apakah ia mampu melindungi anaknya?     

Apa yang harus ia lakukan untuk melindungi anak ini?     

Mengingat kembali tatapan dingin Aiden kepadanya, mengingat kembali bagaimana Aiden menolak untuk mendengarkan penjelasannya, Anya hanya bisa menelan semua kepahitan ini tanpa bisa berbuat apa-apa.     

Ia tidak punya bukti untuk menunjukkan bahwa ia tidak bersalah.     

Rasa sakit di dadanya membuat ia kesulitan untuk bernapas. Kepalanya seperti ditusuk dengan seribu jarum. Rasa sakit itu membuatnya langsung memegang kepalanya.     

"Ada apa, Anya?" Hana langsung mengambil dokumen yang terlempar di lantai saat Anya memegang kepalanya dengan kedua tangannya.     

"Sakit kepala!" kata Anya dengan suara lemah.     

Hana langsung membantunya untuk berbaring dan memijat kepalanya. "Jangan terlalu banyak berpikir. Lupakan semuanya!"     

Anya hanya bisa memejamkan matanya, tetapi rasa sakit di kepalanya membuat sudut matanya gemetaran. Keningnya berkerut, seakan berusaha untuk mengurangi rasa sakitnya.     

…     

Aiden sedang duduk di meja kantornya. Dari layar monitor komputernya, ia bisa melihat wajah istrinya yang kesakitan. Tangannya terulur, membelai wajah Anya dari layar.     

Melihat air mata mengalir di wajah Anya, Aiden hanya bisa mengepalkan tinjunya hingga membuat urat di tangannya menonjol.     

Begitu Harris kembali ke kantor, ia bisa mendengar suara Aiden dari dalam ruangan. "Aku ingin pekerjaan ini selesai dalam satu minggu. Apa gunanya kalian di perusahaan ini?" teriaknya dengan keras.     

Setelah itu, direktur departemen perencanaan bersama para bawahannya keluar dari kantor Aiden. Melihat wajah mereka yang pucat dan tubuh mereka lunglai, Jenny pun ikut ketakutan. "Asisten Harris, kamu sudah kembali. Cepat bantu aku. Sepupuku sudah menggila!"     

"Nona Jenny, bagaimana kalau Anda menjalankan proyek baru Anda dengan Tuan Nico sedikit lebih cepat?" Harris memanfaatkan kesempatan ini karena ia juga ingin mengusir Jenny.     

"Aku tidak mau menjadi asisten Nico," gerutu Jenny dengan tidak senang hati.     

"Kebetulan, aku juga tidak ingin memiliki asisten yang hanya pintar merias wajah dan mengecat kukunya," Nico menepuk pundak Harris. "Bagaimana suasana hati pamanku hari ini?"     

Jenny merasa kesal dengan kata-kata Nico. Begitu mendengar pertanyaan Nico, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk membalas dendam. "Suasana hatinya sedang bagus. Cepat masuklah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.