Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pengacara Datang



Pengacara Datang

0"Anya, sudah waktunya makan malam," Hana datang menghampiri mereka sambil memberikan sebuah cardigan untuk Anya.     

Anya melepaskan selimut yang melingkupi tubuhnya dan mengenakan cardigan tersebut. Ia juga memakai kaus kaki dan sandal untuk menjaga dirinya tetap hangat.     

"Kamu terlihat seperti beruang kutub, hangat sekali." Tara menggandeng tangan Anya sambil berjalan menuju ke meja makan bersama-sama.     

Berkat adanya Tara, Anya merasa suasana hatinya jauh lebih baik. Ia bisa makan setengah porsi nasi dan satu mangkuk sup.     

Setelah makan siang, Tara menemani Anya untuk mengobrol dan menonton TV bersama-sama di ruang keluarga. Sementara itu, Hana membuatkan camilan untuk mereka.     

Anya memandang ke arah jendela dan melihat hujan kembali turun. Karena hujan yang terus menerus mengguyur, Anya tidak bisa pergi ke mana-mana karena takut kesehatannya akan memburuk.     

"Kalau hujannya sudah berhenti, aku akan mengajakmu berjalan-jalan nanti!" kata Tara.     

"Tara, Aiden ingin menceraikan aku sebelum tahun baru. Kita sudah tidak punya banyak waktu untuk bersenang-senang," kata Anya dengan senyum pahit.     

"Jangan berpikir seperti itu. Dalam beberapa hari, suasana hati Aiden akan membaik dan kalian …"     

"Suasana hatinya akan membaik setelah aku pergi dari kehidupannya," bisik Anya dengan lirih.     

"Apakah kalian tidak ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik? Kalian masih bisa membicarakannya tanpa perlu bercerai secara mendadak seperti ini," Tara menyadari ada sesuatu yang salah dengan sikap Anya.     

"Aku tidak perlu menjelaskan apa pun kepada orang yang tidak ingin mempercayaiku," Anya menatap ke arah luar jendela dengan tenang.     

"Lalu apa yang ingin kamu lakukan? Menerima perceraian ini?"     

"Aku tidak tahu. Harris bilang bahwa ayah Aiden yang meminta orang untuk membawaku ke ruang operasi dan menggugurkan kandunganku," kata Anya.     

Kalau Bima dan Aiden tidak menginginkan anak ini, kalau semua Keluarga Atmajaya tidak menginginkan anak ini, apakah Anya bisa melindunginya dari mereka?     

Dengan cara apa?     

Maria pun ikut membujuknya untuk menggugurkan anak ini.     

Ia ingin berlari, bersembunyi dari semuanya. Tetapi sampai kapan ia harus berlari?     

Pada akhirnya, ia tidak bisa menghindari masalah ini.     

"Mengapa kakek Nico melakukan hal itu? Ini kan bukan urusannya. Ini adalah keputusanmu dan Aiden, apakah kalian ingin mempertahankan anak ini atau tidak," Tara menjadi semakin bingung dan tidak memahami situasinya.     

"Mereka tidak mau memberitahu apa pun kepadaku. Mereka hanya ingin mengusirku dari rumah ini dan membunuh anakku," Anya tertawa dengan pahit. Hujan turun semakin deras, membuat hatinya semakin dan semakin dingin.     

"Jangan terlalu kepikiran. Ketika Nico pulang nanti, aku akan memintanya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Keluarga Atmajaya," Tara merasa aneh dengan semua situasi ini.     

Ketika Anya hamil, Tara tahu betul Aiden begitu bahagia. Tidak hanya Aiden, tetapi juga seluruh Keluarga Atmajaya.     

"Sekarang aku merasa sangat sedih. Aku tidak bisa melindungi anakku hanya karena aku menikah dengan keluarga kaya. Mereka tidak mau memberitahuku alasan mengapa ingin menceraikanku dan malah menuduhku berselingkuh. Aku hanya bisa bertahan demi anakku," kata Anya.     

"Anya …" suara Tara terdengar tercekat. Melihat situasi Anya saat ini, ia tidak hanya merasa kasihan pada Anya. Tetapi ia juga bisa melihat nasibnya di masa depan.     

Apakah ia juga akan mengalami hal yang sama seperti apa yang Anya alami?     

Apa yang sebenarnya terjadi pada Keluarga Atmajaya? Bahkan Nico saja yang merupakan anggota keluarga langsung sama sekali tidak mengetahuinya.     

Ia adalah cucu dari Keluarga Atmajaya. Meski ia sudah berusia 26 tahun, semua orang masih menganggapnya seperti anak kecil yang bodoh.     

Selama Aiden dan Anya bertengkar, Nico sama sekali tidak datang ke rumah mereka karena takut Anya akan mempertanyakan masalah Keluarga Atmajaya padanya.     

Apa yang harus ia katakan pada Anya, kalau ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi?     

…     

Siang harinya, Harris datang ke rumah, bersama dengan seorang pengacara.     

"Mengapa kamu sudah pulang?" Hana keheranan saat melihat Harris. "Apakah Tuan Aiden juga pulang?"     

"Tuan masih di kantor," kata Harris dengan suara pelan.     

"Apakah kamu ingin menemuiku?" Anya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi semuanya sehingga ia terlihat tenang. Ia sudah pernah bertemu dengan pengacara yang ada di samping Harris. Pengacara Eddy dulu pernah membantunya untuk menuntut Raisa dan menyuruh Raisa meminta maaf padanya.     

"Nyonya, saya adalah pengacara Tuan Aiden. Hari ini, saya datang untuk membahas masalah perceraian Anda," Eddy menyerahkan dokumen cerai pada Anya dengan sopan. "Silahkan dibaca-baca terlebih dahulu. Kalau Anda tidak puas, kita bisa membahasnya."     

Anya sama sekali tidak membuka lembaran kertas tersebut dan langsung menyobeknya. "Aku tidak akan menandatanganinya. Kalau memang Aiden mau bercerai dariku, suruh dia datang dan bicara padaku sendiri."     

"Tuan Aiden tidak bisa menemui Anda. Tolong jangan menyulitkan pekerjaan saya," Eddy tampaknya sudah bisa menebak bahwa Anya akan merobek kertas tersebut sehingga ia mengeluarkan salinannya dari tasnya dan memberikannya pada Anya.     

Anya ingin merobeknya lagi, tetapi Harris melangkah maju dan berkata. "Nyonya, Pengacara Eddy membawa sepuluh salinan dokumen ini. Tidak ada gunanya Anda merobeknya. Lebih baik Anda membacanya dan mencari cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya."     

"Kamu juga menyarankan aku bercerai dengan Aiden? Tidak ada orang lain selain kamu yang tahu apa yang aku dan Aiden lalui hingga menjadi seperti ini. Kami saling mencintai. Aku tidak tahu apa kesalahanku, hingga Aiden ingin membuangku dengan kejam seperti ini," Anya beruasha mengatakannya dengan tenang. Tetapi matanya tidak bisa membohongi perasaannya.     

Rasa sakit hati dan pedih terpancar darinya, membuat mata Anya yang biasanya terlihat cerah menjadi memerah.     

Hana langsung menghampiri Anya dan berusaha untuk melindunginya. "Apa yang kamu lakukan? Anya sedang hamil. Mengapa kamu memaksanya untuk bercerai?"     

Harris terlihat sedikit malu dan berkata, "Ibu, ini bukan keinginanku. Tuan Aiden yang memintanya."     

"Tidak perlu melibatkan Anya kalau memang ada masalah yang terjadi di Keluarga Atmajaya. Anya tidak bersalah dan tidak seharusnya ia diperlakukan seperti ini," Hana berusaha untuk melindungi Anya dari Harris dan Eddy. "Jangan pojokkan Anya seperti ini. Kalian pergilah, biar aku yang menerima dokumennya."     

Melihat kondisi Anya saat ini, Harris tahu ia tidak bisa membujuknya lagi. Sehingga akhirnya ia memutuskan untuk membawa Eddy pergi.     

"Beristirahatlah, Nyonya. Kami akan kembali lagi besok," kata Harris sebelum pergi.     

Eddy tidak mau pergi karena merasa tugasnya belum selesai, tetapi Harris memaksanya dan bahkan hampir saja menyeretnya. Ketika ia masuk ke dalam mobil, Eddy menatap kembali ke arah Anya dan berkata. "Harris, kalau kita kembali tanpa hasil seperti ini, Tuan Bima akan menyalahkan kita."     

"Kalau kita memaksakan hingga terjadi sesuatu pada Nyonya, Tuan Aiden tidak akan memaafkan kita. Kamu tahu sendiri Tuan Aiden jauh lebih menyeramkan dari Tuan Bima," Harris memperingatkan Eddy.     

Walaupun Bima memerintahkan mereka agar Anya menandatangani surat cerai itu sekarang juga, Aiden tidak mau kalau mereka berdua sampai mencelakai Anya.     

"Suasana di kantor sangat buruk sehingga menjadi alasan bagi Tuan Aiden ingin bercerai. Tetapi menurutku, Tuan Aiden masih sangat peduli pada Nyonya Anya. Mengapa mereka harus bercerai? Ditambah lagi, dalam persyaratan cerainya, Nyonya Anya diminta untuk menggugurkan kandungannya. Kalau memang Tuan Aiden tidak ingin memiliki anak, masih ada jalan lain selain bercerai."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.