Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Anak Siapa



Anak Siapa

0"Kalau kamu ingin bercerai dariku, aku tidak akan menyulitkanmu. Tetapi kalau kamu ingin membunuh anakku, langkahi mayatku dulu!" suara Anya terdengar dingin.     

"Nyonya, Tuan Aiden baru saja mendengar berita bahwa Anda pingsan dan langsung bergegas kemari. Tuan Bima yang mengirimkan Anda ke ruang operasi," kata Harris.     

Wajah Aiden terlihat muram dan menyeramkan. Matanya memancarkan tatapan yang membunuh.     

Semua petugas rumah sakit langsung menundukkan kepalanya, tidak berani untuk memandang ke arah Aiden.     

Air mata Anya seperti kran yang sudah bocor, terus mengalir tanpa henti. "Aku tidak tahu apa yang terjadi dan aku tidak tahu siapa yang harus aku percayai? Aiden, mengapa kamu seperti ini? mengapa kamu tiba-tiba saja membenciku seperti ini?"     

Aiden merasakan dadanya seperti terbakar. Sampai kapan ia harus merasakan sakit seperti ini?     

Ia ingin menarik tubuh Anya ke dalam pelukannya dan mengatakan bahwa ia mencintainya.     

Ia sangat mencintai Anya.     

"Aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya tertarik pada wajahmu saja. Tetapi semakin aku memandangmu, aku semakin sadar bahwa kamu palsu. Sesuatu yang palsu tidak akan pernah menjadi asli," Aiden mengatakannya dengan sangat kejam. Setelah itu, ia langsung berbalik dan pergi.     

Seperti disambar petir, Anya terdiam di tempatnya dan tidak bisa bereaksi.     

Keara mengatakan bahwa ia hanyalah pengganti, tetapi ia tidak mempercayainya.     

Namun, ketika Aiden mengatakannya dengan mulutnya sendiri, ia merasa seperti orang yang paling bodoh di dunia.     

Ia pikir ia mengenal Aiden. Ia pikir dirinya lah yang ada di hati Aiden.     

Ia pikir Aiden sedang mengalami masalah dan ingin menjauh untuk melindunginya.     

Tetapi kenyataan telah menampar wajahnya dengan keras.     

Aiden tidak mencintainya. Ia hanyalah pengganti Keara.     

Selama enam bulan terakhir, Anya hanya berada di dalam mimpi, menjadi seorang putri yang dicintai oleh pangerannya.     

Ia terlanjur jatuh ke dalam mimpi dan tidak ingin bangun. Tetapi kali ini, Aiden telah membangunkannya.     

"Aiden, tunggu!" Anya mengejar Aiden dengan bertelanjang kaki.     

Lantai koridor rumah sakit itu licin dan dingin. Anya merasa kedinginan dan ia tidak berani berjalan terlalu cepat.     

Ketika melihat hal ini, Harris juga merasa sangat sedih. Ia mengingatkan Aiden dengan suara pelan. "Tuan, Nyonya mengejar Anda."     

Aiden hanya bisa memejamkan matanya dengan ekspresi kesakitan dan menarik napas dalam-dalam. Pada akhirnya, ia tidak bisa sekejam ini pada Anya.     

Ia berbalik dan berjalan menuju ke arah Anya dengan langkah lebar. Tanpa menunggu reaksi dari Anya, ia langsung menggendongnya.     

Merasakan kehangatan suaminya setelah sekian lama, Anya langsung memeluk leher Aiden dan mengubur kepalanya di bahu Aiden, menangis seperti anak kecil.     

Tanpa berkata apa-apa, Aiden langsung memeluknya dan membawanya menuju ke lift.     

Para petugas rumah sakit yang melihat Aiden pergi tidak berani mengejarnya. Mereka segera menelepon Bima dan memohon ampun padanya.     

Aiden memeluk tubuh Anya, merasakan bobot tubuh istrinya itu lebih ringan dibandingkan sebelumnya.     

Setiap hari, Hana selalu meneleponnya dan melaporkan mengenai kondisi Anya.     

Anya tidak bisa tidur, tidak bisa makan dan bekerja seperti orang gila.     

Aiden benar-benar merindukannya. Setiap malam, ia selalu pulang secara diam-diam untuk memandang Anya dari kejauhan, tetapi ia tidak berani memberitahunya.     

Saat ini, tubuh mungil Anya sedang berada di dalam pelukannya. Ia menatap wanita yang paling dicintainya dan berharap ia bisa menjaganya seumur hidup.     

Di mobil, Harris langsung memberikan sebuah selimut pada Aiden agar Aiden bisa menghangatkan tubuh Anya.     

Dengan mata yang masih berkata-kata, Anya berkata, "Kakiku dingin."     

"Kalau kamu tahu dingin, mengapa kamu tidak mengenakan sepatu," Aiden menegurnya dengan keras, tetapi tangannya berusaha untuk menyelimuti kaki Anya dengan lembut.     

Tangan Aiden terasa hangat, tidak hanya menghangatkan kaki Anya tetapi juga hatinya.     

Anya bersandar di kursinya dan memandang wajah tampan suaminya. "Maafkan aku."     

"Maaf kenapa?" tanya Aiden tanpa ekspresi.     

"Tidak seharusnya aku meragukanmu. Kamu adalah ayah dari anak ini, tidak mungkin kamu begitu kejam dan ingin membunuhnya. Aku terlalu panik hingga menamparmu tadi," Anya menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Aiden yang ia tampar sebelumnya.     

Tepat saat tangan Anya hampir menyentuh wajahnya, Aiden langsung menghindar.     

"Kamu tidak boleh melahirkan anak ini," kata Aiden dengan dingin.     

Tangan Anya berhenti bergerak, gemetaran saat menggantung di udara cukup lama. Dan kemudian, perlahan ia menurunkan tangannya. "Aku tidak percaya. Aku tidak akan mempercayai semua yang kamu katakan sekarang. Aku tahu betapa kamu mencintai anak ini. Aku tahu kamu juga menantikan kelahirannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu tiba-tiba berubah?"     

Aiden mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah foto. Foto Anya dan Raka sedang berciuman di bawah pohon apel.     

Di foto tersebut, bibir Anya menunjukkan senyum yang penuh dengan kebahagiaan.     

"Apa ini?" Anya merasa bingung. Mengapa ada foto semacam itu? Ia sama sekali tidak pernah berciuman dengan Raka!     

Aiden mencibir saat mendengar pertanyaannya. "Apakah kamu mau bilang foto ini palsu? Apakah kamu tidak pernah bertemu dengan Raka?"     

"Aku memang bertemu dengannya, tetapi aku tidak pernah menciumnya!" kata Anya.     

Anya memang sempat bertemu dengan Raka saat ia dan Aiden berpisah.     

Saat itu, Raka ingin mengunjungi Nico dan kebetulan melewati kebun apelnya. Ketika melihat ada Anya di sana, Raka berhenti untuk menyapanya.     

Anya merasa berterima kasih pada Raka karena mau membantunya untuk menyelidiki mengenai kasus penculikan Aiden sehingga ia memberikan beberapa buah apel pada Raka.     

"Aku tidak pernah tahu ketika kamu bersama dengan Raka, ternyata kamu sebahagia ini," suara Aiden terdengar sangat dingin dan mata tajamnya menatap lurus ke arah Anya.     

"Kami tidak berciuman. Aku hanya sedang memetik apel!" Anya menggelengkan kepalanya dengan putus asa. Ia tidak tahu bagaimana fotonya bisa jadi seperti ini?     

"Tidak perlu menjelaskan. Aku sendiri punya mata dan bisa melihat," wajah Aiden terlihat kaku. Ia tidak mau mendengarkan penjelasan apa pun dari bibir Anya. "Lebih baik bayi di dalam kandunganmu disingkirkan saja. Lagi pula, tidak ada yang tahu anak siapa itu."     

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu pada anak kita? Ini adalah anakmu. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Raka. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan foto itu, tetapi aku berani bersumpah, aku tidak akan pernah mengkhianatimu!" Anya tidak tahu bagaimana cara membuktikan bahwa ia tidak bersalah.     

Ia sama sekali tidak pernah mengkhianati Aiden.     

Hanya Aiden satu-satunya pria yang ia cintai!     

Aiden memegang dagu Anya dengan sedikit keras, "Untuk apa menangis? Air matamu tidak akan membuatku memaafkanmu. Kalau Raka tidak mau melepaskanmu dan kamu masih ingin bersama dengannya, kalian bisa kembali bersama."     

"Tidak! Aiden, aku mohon padamu. tidak bisakah kamu sedikit mempercayaiku?" suara Anya terdengar serak. Hatinya sudah hancur dan penuh dengan kesedihan.     

Pada saat iu, mereka sudah tiba di depan rumahnya. Aiden melepaskan tangannya dari dagu Anya, membuat Anya merasa sedikit lega, mengira Aiden memaafkannya. Tetapi Aiden malah mengusirnya. "Keluarlah dari mobil."     

"Aku tidak mau keluar!" Anya menggelengkan kepalanya dan memeluk lengan Aiden erat-erat. "Mengapa kamu tidak mempercayaiku? Hanya kamu satu-satunya yang aku cintai. Foto itu palsu. Percayalah padaku."     

"Anya, aku benci wanita pengkhianat yang tidak tahu malu," dengan tidak sabaran, Aiden mendorong tubuh Anya dan memaksanya untuk keluar dari mobil.     

Setelah itu, ia pergi dan meninggalkannya sendirian …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.