Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kembali ke Masa Itu



Kembali ke Masa Itu

0"Anya, Aiden sedang sibuk. Pulanglah!" Jenny langsung mengusirnya tanpa basa basi.     

"Aku bisa menunggunya," Anya sudah bertekad untuk menemui Aiden hari ini.     

Karena Aiden tidak pulang akhir-akhir ini, ia bahkan tidak punya kesempatan untuk berbicara dengannya. Masalah ini terus menerus berlarut, membuat Anya tidak bisa tenang.     

Hari ini, ia akan menunggunya!     

"Kalau kamu mau menunggu, tunggu saja sendiri!" Jenny mendengus dan mengabaikan Anya. ia kembali ke kursinya dan mulai makan jelly dari Aiden dengan senang.     

Anya duduk di kursi ruang tunggu dan hanya bisa menanti Aiden dengan sabar.     

Di dalam kantornya, Aiden menatap ke arah sosok istrinya dari layar monitor. Hatinya serasa diremas-remas, membuat napasnya sedikit berat.     

"Tuan, apakah Anda ingin membiarkan Nyonya masuk?" tanya Harris.     

"Tidak usah," jawab Aiden.     

Anya melihat Harris ketika Harris keluar dari kantor Aiden. Matanya langsung memandang Harris dengan berbinar. Ia bangkit berdiri dan berkata, ��Harris, apakah Aiden masih sibuk?"     

"Nyonya, Tuan tidak punya waktu untuk menemui Anda hari ini. Apakah Anda mau saya antarkan pulang?" tanya Harris.     

"Tidak usah. Kamu pasti juga sibuk. Aku bisa menunggu," binar di mata Anya terlihat meredup. Tetapi ia hanya bisa menjawab dengan senyuman.     

Harris tidak berusaha membujuknya lagi, tetapi ia berkata, "Kalau Anda butuh apa pun, panggil saya."     

Anya mengangguk dan berterima kasih pada Harris.     

Ia terus menunggu, menunggu, dan menunggu, hingga hari mulai larut. Tetapi Aiden sama sekali tidak keluar dari ruangannya.     

"Anya, ini sudah jam pulang kantor. Mengapa kamu masih di sini?" kata Jenny sambil membersihkan mejanya.     

"Pulanglah. Aku masih ingin menunggu," kata Anya sambil tersenyum tipis.     

"Apakah kamu benar-benar bebal atau kamu hanya pura-pura tidak tahu? Kak Aiden tidak mau melihatmu. Apa gunanya kamu tetap menempel padanya seperti ini. Kamu hanya akan membuatnya semakin lelah padamu," cibir Jenny.     

Anya bisa merasakan perasaannya tidak stabil akhir-akhir ini. Ia sudah menunggu sejak siang dan harapannya perlahan mulai pupus.     

Kata-kata Jenny seperti pisau tajam yang menusuk hatinya dalam-dalam, membuatnya semakin sulit untuk bernapas.     

"Ini masalahku dengan Aiden. Kamu orang luar, tidak perlu ikut campur," jawab Anya dengan dingin.     

"Siapa yang orang luar? Kamu atau aku? Aku adalah sepupu Kak Aiden dan hubungan kami tidak akan pernah terputus. Tetapi kamu, apa jadinya kamu setelah kalian berpisah?" Jenny menatap Anya sambil tertawa. "Harris memanggilmu dengan sebutan Nyonya. Apakah kamu pikir kamu benar-benar istri dari CEO Atmajaya Group. Jangan konyol."     

Anya hanya bisa bungkam. Sudah setengah tahun ia menikah dengan Aiden. Dari awal hingga saat ini, tidak pernah sekali pun ia mengandalkan identitas Nyonya Atmajaya untuk melakukan apa pun. Ia selalu berhati-hati karena tidak ingin mempermalukan suaminya.     

Ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai istri dari CEO Atmajaya Group. Ia hanyalah Anya, istri Aiden. Sebelumnya, Aiden juga ingin mengumumkan pernikahan mereka di hadapan umum tetapi Anya yang menolak dan ingin menyembunyikannya.     

Sekarang, semua keputusannya itu balik menyerang dirinya.     

Jenny menertawakannya, menganggap ia hanyalah wanita gila yang tidak bisa melepaskan kekasihnya.     

"Kalau kamu memang senang menunggu, tunggu saja. Aku mau pulang!" Jenny memandang rendah ke arah Anya dan kemudian pergi sambil tersenyum.     

Di bawah hinaan Jenny, Anya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Punggungnya tetap terlihat tegak seolah berusaha untuk bertahan dari semua penghinaan yang ia rasakan. Kuku jarinya menusuk ke telapak tangannya. Hanya rasa sakit yang bisa membuatnya tetap sadar.     

Ia bangkit berdiri dan menghampiri pintu kantor suaminya.     

Aiden melihat Anya berdiri di depan pintu kantornya dari CCTV. Hatinya bergejolak dengan hebat, tetapi ia tidak mampu berbuat apa pun.     

Sementara itu, Anya mengulurkan tangannya yang gemetaran, tidak sanggup untuk mengetuk pintu di hadapannya. Tangannya terangkat di udara untuk waktu yang cukup lama, sebelum akhirnya tangan itu kembali ke sisinya tanpa berbuat apa pun.     

Pandangannya lurus ke arah pintu kantor Aiden, kerinduan seolah bisa terpancar dari matanya. Ia meletakkan tas yang dibawanya sebelum berbalik dan pergi.     

Setelah Anya pergi, Aiden membuka pintu kantornya dan mengambil tas yang ditinggalkan Anya. Ada sebuah parfum dan surat di dalamnya.     

Aiden mengenal tulisan tangan di surat tersebut hanya dengan sekali lihat. Tulisan tangan yang indah dan elegan itu adalah tulisan tangan istrinya, wanita yang paling dicintainya di muka bumi ini.     

…     

'Aiden, aku tidak tahu apakah kamu mau menemuiku hari ini atau tidak, tetapi aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku.     

Apakah kamu ingat, aku pernah bilang aku ingin kita hidup dengan bahagia dan damai, tanpa kesalahpahaman, tanpa kecurigaan, tanpa perang dingin.     

Bisakah kita kembali ke masa itu?     

Banyak orang bilang, seorang pria sulit untuk melupakan cinta pertamanya. Tetapi aku merasa suamiku yang cerdas dan bijaksana bukanlah pria seperti itu.     

Aku meminta seseorang untuk menyelidiki mengenai penculikanmu. Mengapa kamu tidak memberitahuku bahwa ibuku yang melakukannya?     

Apakah benar seperti yang Keara katakan? Kamu menikahiku karena ingin balas dendam pada ibuku? Hanya karena ingin menggusur taman ibuku demi meredakan kemarahanmu?     

Apakah kamu ingin aku percaya pada kebohongan Keara?     

Atau kamu ingin agar aku percaya bahwa kamu menikahiku dengan taman itu?     

Atau kamu ingin aku percaya bahwa kamu tidak mencintaiku dan aku hanyalah pengganti Keara?     

Aiden, aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.     

Kamu mencari berbagai alasan untuk pergi dariku dan bahkan meminta Kak Maria untuk membantumu.     

Meskipun aku masih muda, aku sudah bersama denganmu selama setengah tahun. Aku sudah belajar banyak.     

Aku tahu kamu ingin menjauh dariku. Tetapi apa alasan yang sebenarnya?     

Aku benar-benar khawatir. Kita adalah suami istri, tetapi kamu selalu menanggung semuanya sendirian. Seharusnya kita berbagi suka dan duka bersama.     

Aku tidak akan pernah meninggalkanmu di saat sulit …     

Kalau kamu tidak mau aku mengetahui apa pun, aku bisa berpura-pura bodoh dan membiarkanmu menceraikan aku.     

Meski kamu tidak ingin bersama denganku lagi, meski kamu tidak menginginkanku dan anak kita, kamu masih tetap satu-satunya cinta sejatiku.     

Apakah kamu ingat parfum ini? Ini adalah parfum yang aku buat khusus untukmu, satu-satunya di dunia ini.     

Aku menunggu jawabanmu …     

Kamu bisa memberikan surat cerai kepadaku.     

Atau kamu juga bisa menceritakan semuanya kepadaku dan kita akan menghadapi masalahnya bersama-sama.     

Ketahuilah, kalau kamu memutuskan untuk menyembunyikan semuanya dariku dan melepaskan aku, setelah kita berpisah, aku tidak akan pernah kembali lagi.     

Jadi, apakah kamu benar-benar ingin bercerai dariku dan merahasiakan semuanya?'     

…     

Anya membubuhkan namanya di ujung kanan surat tersebut.     

Setelah membacanya, mata Aiden memerah, menahan air matanya, membuat bola matanya seperti sedang berdarah. Tangannya terkepal dengan erat, berusaha untuk menahan perasaannya. Menahan perasaan ini begitu sulit hingga membuatnya ingin runtuh.     

Istri kecilnya sangat cerdas.     

Anya tidak percaya bahwa Aiden masih mencintai Keara dan ingin kembali kepada cinta lamanya.     

Anya tidak percaya bahwa Aiden menikahinya hanya untuk balas dendam dan mendapatkan taman milik ibunya.     

Aiden bahkan sengaja membuatnya menunggu seharian tanpa menemuinya, sengaja memberikan jelly buatannya pada wanita lain, hanya karena ia ingin membuat Anya membencinya.     

Tetapi Aiden tidak bisa melakukan semua ini lagi …     

Ia sudah tidak sanggup. Ia tidak mau menyakiti Anya lebih dari ini.     

Tetapi ia juga tidak bisa memberitahu kebenarannya, bahwa mereka adalah paman dan keponakan. Ia tidak bisa memintanya untuk berpisah darinya.     

Ia tidak mau Anya menderita seperti dirinya saat mengetahui bahwa mereka ternyata berhubungan darah. Lebih baik Anya membencinya dan menyalahkannya …     

"Anya, apa yang harus aku lakukan …" gumam Aiden dengan suara yang lirih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.