Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menyatakan Perang



Menyatakan Perang

0"Aiden bersama denganku semalam. Ia sedang mabuk dan menceritakan banyak hal mengenai kamu," tangan Keara memain-mainkan gelang di tangannya.     

Anya berusaha untuk melupakan gelang yang ada di tangan Keara. Tetapi entah mengapa, sesuatu mengganjal pikirannya.     

"Aku tidak ingin mendengarkan apa pun darimu. Aku akan bertanya sendiri pada Aiden. Tidak perlu membuat masalah di sini," Anya terlihat tenang. Ia bisa melihat dengan jelas apa yang Keara inginkan.     

Namun, Keara sama sekali tidak peduli. Ia mengangkat tangannya dan memandang gelang yang indah itu sambil tersenyum. "Bukankah gelang ini indah? Aiden yang memberikannya untukku. Ini adalah edisi terbatas."     

"Keara, apakah kamu datang sebagai wanita simpanan untuk membuat kekacauan di rumah tangga orang lain dan memaksa istri sah untuk menyerahkan posisinya? Aku ] bisa melihat keindahan dari gelangmu tetapi kamu sendiri tidak seindah gelang itu. Kamu wanita yang menginginkan pria beristri. Bukankah itu menjijikkan?" Tara yang baru saja keluar dari kamar mandi bisa mendengar kata-kata Keara. Ia langsung menghampiri Anya untuk membantunya.     

"Tara, sebelum kamu berbicara, pastikan dulu bahwa temanmu ini adalah wanita baik-baik, bukan wanita perebut milikku," sebelumnya, Keara masih merupakan tunangan Ivan sehingga ia tidak berani mengungkapkan cintanya pada Aiden dengan terang-terangan.     

Tetapi sekarang, ia adalah wanita lajang. Ia tidak perlu merahasiakan perasaannya terhadap pria yang dicintainya.     

Anya sangat tidak menyukai Keara. Ditambah lagi, Keara membatalkan pertunangannya di saat Ivan sedang sakit. itu sangat kejam!     

Keara sama sekali tidak memedulikan Anya. Ia bahkan sekarang berani datang ke depan rumah Anya untuk menyatakan perang.     

Namun, Anya juga tidak mau menyerah. Ia hanya mencibir. "Aiden bukan sebuah barang. Ia bukan milik siapa pun dan juga bukan milikmu. Jangan bermimpi."     

Keara perlahan duduk di sofa ruang keluarga dan menekan tombol di ponselnya. Suara Aiden yang dalam dan menghipnotis langsung terdengar dari ponsel tersebut.     

Anya ingat betul ketika hari pertunangan Natali, ponsel ibunya menghilang tetapi seseorang bisa meniru suara ibunya untuk membodohinya sehingga ia hampir saja celaka.     

Saat ini, ketika mendengar suara Aiden dari ponsel Keara, ia tetap tenang dan sama sekali tidak terkejut.     

Ia sama sekali tidak percaya bahwa itu adalah suara Aiden. Semua ini pasti palsu.     

Keara ingin menghancurkan hubungan Anya dan Aiden sehingga ia akan melakukan segala hal untuk mencapainya. Tetapi Anya sangat percaya dan yakin pada Aiden.     

Kepercayaannya itu tidak akan pernah goyah.     

"Apakah aku harus menunggu rekaman itu selesai sebelum kamu pergi?" tanya Tara.     

"Sabar. Setelah mendengarnya, kamu tidak akan bisa berbicara lagi," Keara terlihat tenang, duduk di sofa dengan santai, sama sekali tidak ingin pergi.     

Suara Keara muncul di rekaman tersebut. "Aiden, kalau aku tidak bertunangan dengan Ivan, apakah kamu akan menikahiku?"     

"Aku tidak suka menjawab pertanyaan berandai-andai seperti itu," suara Aiden terdengar dingin.     

"Aku bersama dengan Ivan bukan karena aku tidak menyukaimu. Aku terlalu mencintaimu hingga ingin membuatmu cemburu. Tetapi siapa sangka kamu malah memilih wanita lain dan menikah hanya karena emosi. Setelah pertunanganku dengan Ivan, aku selalu menyesali perbuatanku. Aiden, sekarang kamu sudah menikah, tetapi aku masih melajang. Aku hanya ingin bertanya, mengapa Anya? Apa yang kamu sukai darinya?"     

"Karena ia sepertimu," suara Aiden terdengar tajam seperti pisau yang menusuk hati Anya.     

Sebelumnya, Anya merasa ragu dengan kedudukannya di hati Aiden dan selalu merasa bahwa ia adalah pengganti Keara. Tetapi ketika mendengarnya dari mulut Aiden langsung, Anya merasa sakit hati.     

Tubuhnya langsung terasa dingin seolah ia baru saja tenggelam di air yang beku. Darahnya pun terasa ikut membeku ketika mendengar suara suaminya mengatakan hal yang paling ia takuti.     

"Anya, jangan percaya padanya. Rekaman itu palsu," melihat wajah pucat Anya, Tara langsung menenangkannya.     

Anya memaksakan senyum di bibirnya dan menatap ke arah Keara. "Apakah kamu pikir aku akan percaya? Ketika aku bertemu dengan Aiden, Aiden masih tidak bisa melihatku."     

"Apakah kamu pikir itu hari pertamamu bertemu dengan Aiden? Bagaimana kalau Aiden pernah melihatmu dan sudah tahu bahwa kamu mirip denganku?" melihat tujuannya sudah tercapai, Keara bangkit berdiri dan memandang Anya dengan bangga. "Anya, kamu telah merebut tempatku. Kamu hanyalah penggantiku."     

Tara ikut sakit hati melihat sahabatnya dilukai seperti itu. "Apakah kamu sudah selesai? Sekarang pergilah. Keberadaanmu di sini sangat mengganggu kami."     

"Tidak usah marah seperti itu. Aku bisa pergi sendiri. Anya, apakah kamu tidak ingin tahu siapa yang menculik Aiden? Saat itu, ia pergi untuk menemui ibumu. Bukankah ibumu mengira Aiden adalah Ivan, putra Bibi Imel? Apakah kamu pikir ibumu akan berbuat baik kepadanya?" Keara menatap Anya dengan tajam sebelum mengambil tasnya dan pergi dari rumah Anya.     

Anya bisa merasakan hatinya remuk. Ia ingat ketika ibunya baru saja bangun dari koma dan mengetahui bahwa ia telah menikah dengan Aiden, ibunya sangat emosional.     

Ibunya pernah salah mengira Aiden dan Ivan adalah orang yang sama.     

Apa maksud Keara sebenarnya?     

Siapa yang menculik Aiden?     

Selama ini, Anya pikir Imel lah yang menculik Aiden. Tetapi hingga saat ini Aiden masih baik-baik saja. Kalau memang benar Imel yang menculik Aiden, mana mungkin wanita sekejam itu akan membiarkan Aiden hidup?     

Anya tidak berani memikirkannya. Ibunya benar-benar membenci Imel. Selama bertahun-tahun, ibunya menderita karena telah kehilangan indera penciumannya. Ia tidak bisa bekerja, tidak bisa membuat parfum, tidak bisa memasak dan tidak bisa mencicipi makanan.     

Kalau benar ibunya salah mengira Aiden adalah Ivan, mungkinkah ibunya akan melakukan sesuatu yang ekstrem?     

Anya sendiri tidak yakin.     

Tidak! Ibunya tidak akan melakukan hal seperti itu. Penculikan Aiden adalah kecelakaan!     

"Akhirnya dia pergi juga. Keara benar-benar mengesalkan," gerutu Tara. Kemudian, ia memandang ke arah Anya yang sedang duduk di sofa dengan kaku. "Apakah kamu baik-baik saja?"     

"Ah? Apa katamu?" Anya tersadar dari lamunannya begitu Tara menghampirinya.     

"Ada apa denganmu? Kamu tidak percaya pada kata-katanya kan?" Tara menatap Anya dengan khawatir. "Kamu tahu sendiri Keara adalah wanita yang licik. Jangan percayai apa katanya. Kalau kamu ingin tahu, lebih baik tanyakan langsung pada Aiden."     

"Aku tidak tahu. Aku bingung," Anya menatap Tara dengan tatapan kosong. "Kalau benar ibuku yang menculik Aiden, Aiden tidak akan pernah memberitahuku."     

"Ibumu bukan orang seperti itu. Tidak peduli seberapa besar rasa bencinya pada Imel, ia tidak akan pernah melukai Ivan. Jangan biarkan Keara membuatmu ragu," Tara menarik Anya dari sofa. "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Ketika Aiden pulang, kamu bisa menanyakannya padanya."     

"Baiklah," Anya mengangguk.     

Berita bahwa Keara datang ke rumahnya untuk menemui Anya telah sampai di telinga Aiden.     

"Tuan, Nyonya tidak nafsu makan. Sepertinya ia merasa khawatir dan terpengaruh dengan kedatangan Nona Keara. Apakah Anda mau menjelaskannya?" tanya Harris.     

Harris menatap Aiden dengan bingung. Bukankah Aiden ingin menghabiskan hari Natal bersama dengan Anya?     

Tetapi mengapa Aiden terlihat ingin membuat Anya sedih dan meninggalkannya.     

Apakah …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.