Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Akan Pernah Kembali



Tidak Akan Pernah Kembali

0"Tuan, apa yang sebenarnya terjadi?" Harris menatap Aiden dengan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa nama Anya akan dibawa-bawa dalam masalah ini.     

"Anya adalah putri kandungku. Dua hasil tes DNA menunjukkan bahwa Anya adalah darah dagingku. Dokter Tirta telah mengabdi untuk Keluarga Atmajaya selama bertahun-tahun dan laporan yang diberikannya tidak mungkin salah. Harris sudah bekerja untukmu dan menjadi tangan kanan yang paling kamu percayai. Hasil tes DNA yang ia bawa dari Hong Kong tidak mungkin salah. Kesalahannya ada pada diri kita, kita yang tidak bisa menerima kenyataan. Kalau ini terus dilanjutkan, Anya juga akan menderita …" air mata menetes dari sudut mata Maria saat mengatakannya.     

Harris tidak bisa menelan berita yang mengejutkan ini. Kalau Anya adalah putri Maria, itu artinya Anya adalah keponakan Aiden?     

"Tuan, istri Anda sedang hamil sekarang. Mungkinkah akan ada kesalahan dari hasil tes DNA dikarenakan kondisinya yang sedang hamil? Saya akan mendesak pengacara untuk mengurus larangan penerbangan Anda agar Anda bisa menjalankan tes ulang," kata Harris dengan tenang.     

Harris tidak setuju dengan rencana Maria.     

Menyuruh Aiden dan Anya bercerai dan membunuh anak di dalam kandungan Anya hanya berdasarkan dua tes DNA adalah tindakan yang sangat kejam.     

"Kak, kalau kakak ingin aku menerima kenyataan ini, biarkan aku melakukan tes ulang. Kalau hasilnya salah atau ada seseorang yang ingin mengacaukan hubungan kami, bukankah Anya juga akan menderita?" Aiden tidak mau menyerah dengan mudah. Ia berharap akan ada keajaiban yang terjadi.     

Ia berharap semua ini hanyalah kesalahan.     

"Aiden, usia kehamilan Anya sudah hampir memasuki dua bulan. Ketika janin itu berusia tiga bulan, ia akan mulai terbentuk. Apakah kamu mau menunggu sampai saat itu tiba sebelum mengaborsinya?" tanya Maria.     

"Mengapa anak itu tidak bisa dilahirkan? Kalau hasil tes DNA ketiga bisa membuktikan bahwa ternyata dua hasil tes DNA sebelumnya salah, anak itu bisa lahir dengan sehat," Aiden bersikeras.     

"Tetapi …"     

"Aku tidak peduli. Aku akan mengatur untuk tes ulang. Jika memang hasilnya benar, aku akan menceraikan Anya dan membahas nasib anak kami dengannya. Tidak ada satu orang pun yang boleh memberitahu masalah ini pada Anya. Kalau sampai Anya tahu, jangan salahkan aku kalau aku berbuat sesuatu," kata Aiden.     

Suara Aiden terdengar sangat dingin dan tatapannya sangat tajam seperti ingin membunuh seseorang.     

Maria bergidik saat mendengarnya. Ia juga berharap bahwa Anya bukanlah putrinya. Tetapi hati kecilnya juga menginginkan putrinya kembali ke pangkuannya …     

Namun, menurut dua hasil tes DNA, Anya adalah putri kandungnya. Kalau begini, bagaimana ia bisa mengatakannya pada Anya? Bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya?     

"Aku tidak akan memberitahu Anya," jawab Maria dengan suara lemah.     

"Nyonya, Tuan Aiden dan Nyonya Anya memiliki hubungan yang sangat baik. Meski hanya ada sedikit harapan, kita harus tetap berjuang dan tidak boleh menyerah. Mari kita berharap pada tes ulang tersebut," kata Harris.     

"Aiden, hatiku sangat sakit. Aku tidak bisa menunggu lama. Bagaimana kalau kita meminta Dokter Tirta melakukannya lagi di bawah pengawasan kita?" tanya Maria.     

"Tuan, Nona Tara juga akan menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya. Dokter Tirta pasti bisa dipercaya," Harris merasa semakin cepat masalah ini terselesaikan, akan semakin baik.     

"Aiden, apakah kamu tidak bisa memahami perasaan seorang ibu? Aku bisa mencintai putriku dari jauh dan tidak mengatakan bahwa aku adalah ibu kandungnya. Tetapi bagaimana bisa aku melihat kalian yang memiliki hubungan darah tinggal bersama sebagai suami istri, dan lagi Anya mengandung anak darimu!" Maria memukul dadanya, seolah berusaha untuk mengurangi rasa sakit di hatinya.     

"Aku …" Aiden ingin mengatakan sesuatu. Bibirnya bergerak, tetapi tidak tahu apa yang harus diucapkan.     

Maria menarik lengan kemeja Aiden dan berkata dengan suara keras. "Malam ini juga kalian harus berpisah. Kalau kamu tidak ingin melihatku mati, kalian tidak boleh tinggal di tempat yang sama dan selesaikan masalah ini secepat mungkin."     

"Aku akan berpisah darinya," kata Aiden dengan suara dalamnya.     

"Kapan tes ulang itu bisa dilaksanakan?" tanya Maria.     

"Kak, aku ingin menghabiskan hari Natal bersama dengan Anya. Tolong beri aku waktu satu bulan. Aku akan melakukan tes itu sebelum kandungannya memasuki bulan ketiga," suara Aiden terdengar serak. Ia terlihat sangat kelelahan.     

"Kamu hanya membohongi dirimu sendiri. Kamu membohongiku ketika kamu mengatakan bahwa kamu akan pergi ke luar negeri untuk menjalankan tes itu. Kamu hanya ingin mengulur waktu!" teriak Maria. "Apakah kamu pikir aku senang dengan berita ini? Aku juga mengharapkan kebahagiaanmu dan Anya. Aku tidak mau semua ini terjadi …"     

"Tidak pernah sekali pun aku memohon padamu, Kak. Aku hanya ingin menghabiskan hari Natal bersama dengannya. Anggap saja itu hari terakhir aku bisa bersama dengan Anya," mata Aiden terlihat sangat pedih. Ia tidak mau berpisah dengan Anya.     

Ia tidak mau …     

Maria menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis. "Aku tidak bisa menunggu. Aku sudah hampir gila saat menunggu Harris kembali dari Hong Kong. Kalau kamu ingin aku menunggu hingga Natal, itu sama saja dengan membunuhku."     

Aiden hanya bisa mengepalkan tangannya dengan keras. "Kalau kakak memaksaku seperti ini, aku akan membawa Anya pergi dan tidak akan pernah kembali lagi."     

"Kamu …" mata Maria terbelalak lebar. Ia takut Aiden tidak mau berpisah dengan Anya sehingga ia mendesak Aiden untuk segera berpisah dengannya.     

Tetapi ia tidak menyangka Aiden akan mengancamnya seperti ini.     

"Nyonya, kalau memang hasil tes itu benar, Tuan Aiden pada akhirnya akan bercerai dengan Nyonya Anya. Setelah itu, mungkin kita tidak akan pernah melihat Nyonya Anya lagi. Bulan ini mungkin akan menjadi bulan terakhir kita bertemu dengannya. Tolong setujui permintaan Tuan," Harris mencoba untuk membujuk Maria.     

Sebagai pihak yang di tengah, Harris bisa berpikir dengan jernih.     

Anya masih muda dan ia memiliki cita-cita menjadi parfumeur seperti ibunya. Kalau Anya bercerai dari Aiden, Anya mungkin akan langsung pergi ke luar negeri dan tidak akan pernah kembali.     

Kalau tidak ada Aiden lagi di hidupnya, untuk apa Anya kembali ke Indonesia?     

Ada satu hal lagi yang membuat Harris khawatir.     

Nadine sudah kembali ke Indonesia, tetapi ia tidak pernah muncul di hadapan Keluarga Atmajaya. Tanpa sengaja, Harris bertemu dengannya di saat ia ditugaskan untuk membawa hasil tes tersebut.     

Sebelum Nadine menghilang, Nadine adalah asisten Keara dan hubungan kedua wanita itu sangat dekat.     

Harris merasa khawatir. Apa mungkin saat ia bertemu dengan Nadine, ia terlalu bersemangat hingga tidak sadar bahwa Nadine melakukan sesuatu kepada hasil tesnya.     

Tetapi Harris tidak berani mengatakannya pada Aiden ….     

Ini adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Ia menyembunyikan kenyataan bahwa ia telah bertemu dengan Nadine. Dan ia lalai dalam menjalankan tugas sepenting ini …     

Berpikir bahwa ia mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Anya lagi, Maria kembali menangis.     

"Kak, pindahlah ke rumah Nico selama satu bulan agar kamu bisa sering bertemu dengan Anya," kata Aiden.     

Tangis Maria langsung berhenti dan tanpa pikir panjang, ia langsung memutuskan. Ia menyetujui permintaan Aiden untuk menunggu hingga hari Natal. Ia akan menghargai setiap detik yang bisa ia habiskan bersama dengan Anya dalam bulan ini.     

Harris mengantar Maria kembali ke kamar rawat Bima dan kemudian pergi.     

Melihat mata Maria yang memerah, Nico merasa khawatir. "Ibu, apa yang sebenarnya ibu sembunyikan dari aku?"     

"Jangan tanyakan apa pun, Nico. Saat ibu sudah tenang, ibu akan memberitahumu," jawab Maria dengan suara lirih. "Ayah, aku ingin tinggal bersama dengan Nico sementara waktu."     

Bima ingin membujuk Maria agar tetap tinggal di rumah utama, tetapi memikirkan perasaan menantunya, ia hanya mengangguk. "Baiklah."     

"Jangan sedih ibu. Meski kamu tidak bisa menemukan Nana, masih ada aku. Selama kita tidak menyerah, kita akan menemukan Nana," Nico memeluk pundak ibunya dengan lembut dan berusaha untuk menghiburnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.